Frustrasi Virtus Entella karena Tak Punya Liga

Foto: BBC.com

Penggemar Manchester United mungkin merasa kalau musim ini, mereka menjadi pihak yang paling frustrasi seiring dengan labilnya kondisi dan situasi di klub. Hal senada juga mungkin dirasakan oleh penggemar Real Madrid yang di beberapa pertandingan terakhir, mereka tak merasakan kemenangan. Namun, tak ada yang bisa melampaui perasaan penggemar Virtus Entella di musim ini.

Virtus Entella merupakan kesebelasan Liga Italia yang musim lalu terdegradasi ke Serie C. Segalanya berlangsung normal, sampai kondisi membingungkan itu tiba. Mereka frustrasi, bukan karena kalah, tapi karena tak bermain.

Saat ini, kesebelasan yang berbasis di Genoa, Italia Utara, ini masih mencari tahu di mana mereka harusnya bermain: di Serie B atau Serie C. Karena di kedua liga tersebut, tidak ada jadwal pertandingan yang melibatkan mereka.

Serie B diikuti oleh 22 kesebelasan.  Sebanyak tiga kesebelasan dengan poin paling sedikit langsung terdegradasi ke Serie C, sementara peringkat ke-18 dan ke-19 saling berhadapan dan yang kalah terdegradasi.

Musim lalu, Novara, Pro Vercelli, dan Ternana, langsung terdegradasi ke Serie C. Sementara Virtus Entella di peringkat ke-19 berhadapan dengan Ascoli di peringkat ke-18. Dari dua leg, kedua kesebelasan bermain imbang 0-0. Karena Ascoli lebih tinggi peringkatnya, maka mereka yang berhak bertahan di Serie A.

Masalah kemudian hadir ketika Bari di peringkat ketujuh dan Avellino di peringkat ke-15 mengalami masalah finansial. Mereka pun terdegradasi ke Serie D. Lalu, Cesena di peringkat ke-13 pun bangkrut. Dengan ketidak hadiran tiga kesebelasan, Serie B menjadi diikuti hanya 19 kesebelasan, alias kurang tiga kesebelasan lagi.

Virtus Entella dan beberapa kesebelasan merasa kalau mereka bisa mendapatkan keuntungan dari tiga kesebelasan tambahan yang terdegradasi ini. Karena rumitnya pertarungan hukum, maka Serie B tetap diikuti 19 kesebelasan.

Semuanya berjalan normal. Virtus Entella memainkan pertandingan pembukanya di Serie C dengan kemenangan 3-1 atas Gozzano pada 17 September. Lalu, tak berselang lama, Komite Olahraga Nasional Italia, CONI, memutuskan pengurangan poin untuk Cesena harusnya diaplikasikan musim 2017/2018 dan bukan 2018/2019. Ini berarti Virtus Entella naik satu peringkat pada musim lalu, dan bisa menghindari degradasi.

Oleh CONI, Virtus Entella diminta untuk berhenti bermain di Serie C, karena mereka akan naik divisi. Semua pertandingan mereka di Serie C pun dibatalkan. Bagai disambar petir di siang borong, kabar mengejutkan hadir dari Federasi Sepakbola Italia, FIGC. Menurut mereka, CONI tak punya kewenangan untuk membuat keputusan macam itu. Lantas, pada Selasa, 9 Oktober ini, masalah ini dibawa ke pengadilan admininstratif, untuk menentukan nasib Virtus Entella.

Berpengaruh pada Gaji

Bek Entella, Gabriel Cleur, menggambarkan kalau perubahan divisi ini akan memberikan sejumlah perubahan, salah satunya soal kontrak pemain. “Sejumlah pemain punya kontrak untuk Serie C dan kalau mereka bermain di Serie B, akan ada perbedaan bujet dan uang,” tutur Cleur kepada BBC.

“Jadi kami tidak tahu kalau kami dibayar untuk Serie B atau Serie C. Gaji sejumlah pemain jadi terlambat, tapi semuanya tetap dibayar, sesuai dengan standar gaji di Serie C,” ungkap Cleur.

Cleur merupakan pesepakbola berusia 20 tahun berkebangsaan Italia. Di Italia, dia tinggal sendiri untuk mengejar karier sepakbola. Karena tinggal sendiri, ia tak punya tabungan untuk mundur, dan kalau dia ingin membeli tiket pulang, hal ini juga berdampak.

Karena ini, para pemain Entella berencana untuk mendatangi kantor pusat FIGC sebagai bagian protes. Namun, Direktur Klub menyarankan untuk tak melakukan ini. “Kami ingin menambah tekanan, tapi direktur mengatakan kalau hal itu mungkin bukan ide bagus,” kata Cleur.

Saat ini, para pemain masih tetap berlatih, bahkan dua kali lebih keras. Pasalnya, setelah diputuskan akan main di liga mana, mereka masih harus mengejar sekitar delapan sampai sembilan pertandingan. Mereka harus bermain pada Sabtu dan Rabu untuk setidaknya tiga bulan. “Yang mana ini tidak menguntungkan buat kami secara fisik dan mental. Pertandingan ini akan menguras kami.”

“Tak ada yang mau bertanggung jawab di sini. Setiap federasi mendorong tanggung jawab ke yang lain. Tak peduli sebagus apa kami berlatih, kalau keputusan TAR tidak memberikan kamihasil yang bagus, atau CONI dan FIGC tidak masuk dan membuat keputusan, tak ada yang bisa kami lakukan. Semua di luar jangkauan kami.”

“Para pemain punya keluarga yang harus diperhatikan. Kebanyakan pemain tak punya uang banyak atau punya banyak tabungan yang bisa mereka gunakan,” tutup Cleur.