Gelar Dunia Ketiga Untuk Brasil

Carlos Alberto Bersama Trofi Jules Rimet Ketiga Brasil. Foto: Arsenalnews.com

21 Juni 1970 menjadi hari yang bersejarah bagi tim nasional Brasil. Ketika itu, mereka berhasil merengkuh gelar Piala Dunia yang ketiga sepanjang sejarah setelah menghancurkan catenaccio milik Italia dengan skor telak 4-1. Hasil ini membuat mereka menjadi negara pertama yang bisa menjadi juara Piala Dunia tiga kali dan berhak menyimpan trofi Jules Rimet yang asli.

Brasil datang ke Meksiko, tuan rumah Piala Dunia 1970, dengan misi memperbaiki hasil yang mereka raih empat tahun sebelumnya. Pada edisi 1966, Brasil main buruk di Inggris dengan hanya menempati peringkat tiga grup yang otomatis membuat pencapaian pada dua Piala Dunia sebelumnya (juara 1958 dan 1962) menjadi tidak berarti.

Meski masih diperkuat oleh bintang-bintang seperti Pele, Rivelino, Gerson, dan Carlos Alberto, Brasil juga tidak diunggulkan untuk menjadi juara. Selain kiprah buruk pada 1966, mereka juga didera masalah yang sifatnya non teknis.

Piala Dunia 1970 seharusnya menjadi ajang megah pertama bagi Joao Saldanha, seorang jurnalis yang ditunjuk oleh federasi sepakbola Brasil (CBF) sebagai pelatih. Ajaib, di tangan Saldanha Brasil bisa meraih enam kemenangan dari enam pertandingan awal. Masalah kemudian datang ketika ia menyebut tidak akan menempatkan Pele dan Tostao dalam satu tim.

Publik Brasil semakin dibuat panas ketika Saldanha mengatakan kalau Pele bisa saja tidak dibawa ke dalam skuat karena masalah penglihatan. Puncak dari intrik yang terjadi dalam tubuh timnas Brasil adalah ketika Presiden mereka yaitu Emilio Medici meminta Saldanha untuk membawa Dario dan Dada ke dalam timnya. Saldanha jelas semakin emosi mendengar intervensi seperti ini.

“Saya tidak membuat kacau Kabinet yang ia punya, jadi dia juga tidak boleh mengacaukan tim saya,” kata Saldanha, Tidak ingin konflik terus berlanjut, CBF akhirnya memecat Saldanha dan menggantinya dengan Mario Zagallo. Keputusan mengganti Saldanha dengan Zagallo bukannya tanpa masalah. Sang suksesor kurang memiliki pengalaman karena baru empat tahun terjun ke dunia kepelatihan.

Namun di bawah Zagallo, masalah ini justru bisa diatasi. Pada skuat yang dibawa ke Meksiko, tidak ada nama Dario dan Dada. Persoalan siapa yang lebih baik antara Pele dan Tostao diatasi dengan memainkan mereka secara bersamaan. Dua pemain ini bahkan memperkaya serangan Brasil. Bersama Jairzinho, Rivelino, dan Gerson, lima pemain ini membentuk kuintet dengan nama The Famous Five 10 karena kepandaian mereka yang bisa menjadi pengatus serangan dalam tim.

Brasil tampil dahsyat sepanjang turnamen. Mereka memenangkan seluruh enam pertandingan, mencetak 19 gol, dan hanya satu kali menang dengan skor selisih satu gol. Satu-satunya kemenangan dengan skor 1-0 terjadi ketika mereka mengalahkan juara bertahan, Inggris. Untuk mencapai final, mereka mengalahkan rivalnya sesama tim Amerika Latin. Uruguay kalah dengan skor 4-2 pada babak perempat final. Pada semifinal, giliran Peru yang menjadi korban setelah tumbang dengan skor 3-1.

Pada laga final, Brasil sudah ditunggu oleh Italia. Jogo Bonito akan dihalau oleh Catenaccio. Pada akhirnya, yang bermain indah yang akhirnya menang. Brasil unggul 4-1 melalui Pele, Gerson, Jairzinho, dan salah satu gol terbaik yang pernah terjadi di sepakbola milik Carlos Alberto. Italia sendiri hanya bisa mencetak satu gol melalui Roberto Boninsegna.

Keberhasilan mengangkat Piala Dunia untuk ketiga kalinya sekaligus menghapus segala masalah-masalah yang mendera mereka sebelumnya. Trofi ini bahkan diraih oleh Selecao melalui permainan indah yang mengundang decak kagum banyak kalangan dengan The Famous Five menjadi poros serangan. Rivellino yang diabaikan Saldanha menjadi andalan Zagallo berkat kepiawaian kaki kirinya. Jairzinho memiliki kecepatan dan keberanian berduel satu lawan satu, lalu ada Gerson yang memiliki kemampuan melepaskan umpan-umpan panjang. Pele akan bermain lebih ke dalam, dan Tostao menjadi playmaker.

Permainan individu yang kental serta dikombinasikan dengan umpan-umpan pendek disertai dribel yang merepotkan lawan. Hal ini yang membuat Brasil 1970 disebut-sebut sebagai salah satu tim sepakbola terbaik yang pernah ada.

“Jika saya bermain, saya yakin kalau kami yang akan menang,” ujarnya ketika ditanya siapa yang lebih baik antara Brasil 1970 dan skuat Spanyol 2008 hingga 2012. “Perbandingan semacam ini akan selalu ada, tapi mereka tidak bisa dibandingkan secara individu. Pemain berkualitas kami di tahun 1970 jauh lebih banyak dibanding Spanyol yang hanya memiliki dua sampai tiga pemain bagus,” kata Pele.

Bagi Pele, Piala Dunia 1970 adalah momen kebangkitannya setelah dua turnamen sebelumnya ia tidak tampil optimal karena mengalami cedera. Edson Arantes do Nascimento menjadi pemain pertama dan satu-satunya yang bisa memenangi tiga Piala Dunia. Bagi Mario Zagallo, keberhasilannya ini menjadikan namanya sebagai orang pertama yang menjadi pemenang Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih. Rekor lain juga ditorehkan oleh Jairzinho. Ia menjadi pemain yang bisa mencetak gol di seluruh pertandingan fase grup hingga final.

Apes bagi Brasil, trofi Jules Rimet yang asli, yang seharusnya menjadi koleksi bersejarah bagi sepakbola mereka, tiba-tiba raib dicuri orang pada Desember 1983. Beberapa orang maling berhasil mengambilnya setelah melumpuhkan petugas keamanan gedung. Saat itu, pencuri dihadapkan dengan dua trofi yang salah satunya adalah trofi replika. Pencuri itu ternyata berhasil mengambil trofi yang asli. The Guardian menyebut kalau trofi yang asli kini sudah dilebur dan telah dijual sebagai logam mulia yang nilainya miliaran rupiah.