Gordon Ramsay, dari Pesepakbola Menjadi Koki Terkenal

Gordon Ramsay dikenal sebagai chef yang tidak mudah terkesan. Mulutnya lebih mudah mengeluarkan kata-kata sampah ketimbang pujian kepada peserta kompetisi memasak tempatnya menjadi juri.

Tidak banyak yang tahu kalau chef kelahiran 8 November 1966 ini sejatinya mengawali kariernya sebagai pesepakbola. Tidak tanggung-tanggung, klub yang dibelanya adalah raksasa Skotlandia, Glasgow Rangers. Namun, cedera parah harus mengakhiri kariernya.

Sampai usia 10 tahun, Ramsay sudah diajak oleh pamannya, Roland, untuk datang ke Stadion Ibrox demi menyaksikan Rangers. Sampai akhirnya orang tuanya pindah ke Selatan Birmingham di Stratford-upon-Avon.

Kepindahannya ini membuat Ramsay akhirnya membela Oxford United. Saat bermain di tim muda Oxford, pemandu bakat Rangers menemukan keistimewaan pada dirinya. Sampai-sampai keluarganya harus kembali ke Skotlandia agar Ramsay bisa berlatih bersama Akademi Rangers.

“Aku main sangat bagus. Aku adalah seorang bek kiri yang secara alami agresif, seorang penekel ulung. Anda mungki bisa melewatiku sekali, tapi setelahnya tak akan pernah mungkin lagi di kesempatan kedua. Aku begitu cepat. Aku adalah sprinter 100 meter yang hebat. Kalau ingin membandingkan dengan orang lain, aku pikir itu adalah Stuart Pearce,” kata Ramsay kepada Observer Sport Monthly.

“Ayahku adalah penggemar Rangers dan begitu bangga padaku. Tapi menjadi pemain Rangers amatlah sulit dan bikin stres. Karena Anda tak pernah tahu apakah akan jadi pemain atau tidak. Aku ketakutan setiap waktu,” kisah Ramsay.

Ramsay menjelaskan kalau pertandingan di era itu sangatlah keras, tak seperti sepakbola saat ini. Dan kerasnya pertandingan pula yang merenggut mimpinya sebagai pesepakbola. Ia menderita cedera ligamen lutut serius yang membuatnya harus mempertimbangkan kembali keinginannya menjadi pesepakbola.

Ramsay mengklaim kalau dia pernah bermain buat tim utama di tiga pertandingan. Akan tetapi hal ini menimbulkan kontroversi karena klaimnya tidak akurat. Dia memang masuk tim utama, tapi hanya di pertandingan testimonial pada September 1985. Ia ada dalam skuad Rangers sebagai trialis.

Pada 2009, juru bicara Ramsay mengklarifikasi klaimnya tersebut: “Gordon selalu bermain-main soal masa lalu sepakbolanya dan telah jelas soal fakta kalau dia tak pernah menjadi pemain profesional.”

Dalam buku otobiografinya, Humble Pie, Ramsay menulis kalau dirinya adalah anak sekolah berbakat yang dipantau pemandu bakat Rangerse selama periode tiga tahun dalam liburan sekolahnya. Saat itu, ia bermain di beberapa pertandingan non-league sebagai trialis.

Cedera parah itu terjadi pada 1985. Ia memikirkan kembali masa depannya dan memilih fokus sekolah. Pada 1987, ia lulus dari jurusan manajemen perhotelan. Capaian ini membawanya bekerja bersama chef papan atas Eropa seperti Marco Pierre White dan Albert Roux. Sampai akhirnya ia memulai menjadi chef sendiri pada 1993.

Meski pintu untuk menjadi bintang sepakbola telah tertutup, tapi Ramsay punya jalan lain untuk bisa bermain dengan para bintang sepakbola lainnya. Ia merintis kesuksesan dengan menjadi juru masak. Namanya melambung ketika ia menjadi juri antagonis dalam variety show memasak.

Dari dapur, Ramsay pernah menerima tiga bintang Michelin. Menurut Forbes, ia menghasilkan 62 juta USD pada 2018 dan menjadikannya sebagai selebritas terkaya ke-33 di dunia. Karena kepopulerannya ini pula, ia diundang dan menjadi peserta tetap Soccer Aid, acara amal yang menghadirkan pesepakbola top dan selebritis.

Gordon adalah salah satu contoh bagaimana mimpinya mungkin tidak tercapai. Akan tetapi, ia mewujudkan sesuatu yang lebih besar, untuk melampaui mimpinya yang terdahulu.