Nama Hamburger Sport-Verein e.V. (Hamburg SV)adalah sinonim dari nama besar klub sepakbola Jerman. Sejak bergulirnya Bundesliga tahun 1963, klub dari Hamburg ini tidak pernah degradasi!
Dengan prestasi segudang, mereka mendominasi persepakbolaan Jerman pada era 1980-an dengan meraih total enam gelar Bundesliga, 1 Liga Champions, dan 3 kali gelar DFB-Pokal. Selain prestasi, nama-nama besar sempat menjadi bagian dari kesuksesan Hamburg SV. Sebut saja Markus Babbel, Tomas Ujfalusi, Rafael van der Vaart, Kevin Keegan, Vincent Kompany, hingga legenda Tim Nasional Jerman, Franz Beckenbauer, pun pernah memperkuat Die Rothosen.
Kini Hamburg bukan hanya kesulitan mencapai kembali prestasi di masa lalu. Untuk bertahan di Bundesliga pun cukup sulit. Dalam lima musim terakhir, mereka menjalani dua kali playoff untuk bertahan di Bundesliga. Sisanya, mereka bersaing di papan bawah, dengan hanya sekali mereka mampu menembus 10 besar.
Dalam 10 musim terakhir, Hamburg SV total berganti manajer sebanyak 9 kali. Ini adalah ironi bagi klub sebesar Hamburger SV. Musim ini mereka terjembab di posisi ke-18 demgam 18 poin hingga pekan ke-27. Peluang mereka untuk terdegradasi pun terasa begitu besar.
Skuat yang Terbatas
Jurek Rohrberg, jurnalis senior Jerman, mengungkapkan alasan Hamburg kesulitan beberapa musim terkahir. “Skuat mereka adalah masalahnya. Dalam tim mereka tidak memiliki sosok pemimpin, dan hanya memiliki satu striker yakni Bobby Wood yang sejauh ini hanya mencetak satu gol,” kata Rohrberg.
“Hamburg SV berganti manajer kurang lebih 9 kali dalam 10 musim terakhir. Mereka tidak memiliki filosofi permainan, ditambah mereka meminjamkan Pierre-Michel Lassoga, yang sebenarnya sosok striker yang mereka butuhkan,” ucap Rohberg dikutip dari Sky Sports.
Pada awal musim Hamburg SV di bawah Markus Gisdol membawa optimisme tinggi. Musim lalu Gisdol membawa Hamburg SV di posisi ke-14. Gisdol pun dianggap mampu membawa Hamburg meraih kejayaan seperti yang ia raih bersama Hamburg SV pada era 1980-an.
Namun fondasi yang dibuat Gisdol cukup rapuh dalam bertahan. Mereka selalu memiliki celah dan kurang cepat dalam tranisis menyerang ke bertahan. Mereka sempat meraih dua kemenangan di dua pekan pertama. Namun setelah cederanya Nicolai Muller, permainan Hamburg terjun bebas dengan mengalami delapan kekalahan dari 10 pertandingan setelahnya. Gisdol pun lengser awal Januari lalu.
Bernd Hollerbach ditunjuk menjadi pengganti Gisdol. Sejauh ini Hollerbach tidak mampu berbuat banyak. Sejak ditunjuk menggantikan Gisdol, ia belum mampu meraih satupun kemenangan.
Hollerbach kesulitan dengan skuat yang ada. Hollerbach hanya bergantung dengan Jann-Fiete Arp sosok yang baru genap 18 tahun Januari lalu. Ia sukses mencetak 15 gol dan 2 asis sejauh ini. Namun bergantung pada sosok muda bukanlah hal baik. Inkonsistensi masih sering ditunjukkan. Arp masih sering tampak frustrasi apabila mendapat pengawalan cukup ketat dari lawan.
Krisis Finansial yang Mendera
Lebih dalam lagi, apa yang dialami Hamburg SV adalah salah satu dampak dari masalah interal petinggi klub. Finansial mereka sempat memburuk pada tahun 2013 lalu, sebelum mendapat suntikan dana segar dari Klaus-Michael Kühne, seorang usahawan lokal pada 2014.
Setelahnya pihak klub kesulitan mencari konsistensi untuk memilih jajaran staf klub. Hal ini berdampak pada pergantian manajer yang sering berganti tiap musim. Lebih jauh lagi, secara mentalitas para jajaran petinggi pun dianggap kurang mendukung stabilitas klub.
Sven Tollner wartawan Sky Sports menjelaskan bagaimana jajaran petinggi Hamburg seolah kehilangan gairah menangani klub, “Mereka tidak memiliki rencana jangka panjang. Tidak ada satupun dari mereka yang memiliki pemikiran untuk membawa klub ini berbicara jauh di Bundesliga. Tidak ada konsep yang jelas.”
Namun dalam keterpurukan yang dialami Hamburg SV, warga Hamburg sendiri masih memberikan dukungan yang luar biasa bagi klub kebanggaan mereka. Volksparkstadion, stadion kebanggan Hamburg SV, tidak pernah sepi dukungan. Dalam kondisi apapun stadion berkapasitas 57.000 penonton selalu dipenuhi penonton rataan penonton hingga pekan ke-25 mencapai 49.000 penonton. Angka ini tergolong fantastis mengingat Hamburg kini bukan bersaing di papan atas namun berjuang untuk tidak terdegradasi.
Hamburg SV kini menghitung waktu yang mereka punya untuk memperbaiki performa mereka. Degradasinya Hamburg SV adalah kehilangan besar bagi Bundesliga. Dengan sejarah mereka yang cukup mengakar di Jerman, mereka mestinya bisa memperbaiki penampilan mereka di sisa 18 pertandingan musim ini.
Kini, para suporter membuat penanda khusus di Volksparkstadion, sebuah penanda waktu yang mereka punya untuk membuat perubahan dan bertahan di Bundesliga. Namun apabila Hamburg memang terdegradasi adalah kabar baik bagi Anda suporter Werder Bremen bukan?