Hanya Ada Burger, Tidak Ada Helikopter

Foto: TalkSport

Beberapa kompetisi di Eropa telah menyelesaikan bursa perpindahan pemain pada 5 Oktober lalu. Dalam deadline day atau tenggat waktu transfer, beberapa perpindahan pemain melibatkan banyak nama besar. Sebut saja kehadiran Edinson Cavani di Manchester United atau masuknya nama Thomas Partey sebagai penggawa anyar Arsenal.

Deadline day merupakan hari yang sibuk dalam bursa transfer di dunia sepakbola. Banyak cerita yang terjadi pada masa-masa kritis tersebut. Bagi pemain yang ingin pindah, tenggat waktu sebaiknya digunakan dengan baik agar kepindahannya ke kesebelasan lain tidak menemui kendala. Begitu juga dengan pemilik kesebelasan dan agen yang harus cepat menemui kata sepakat sebelum hari berganti.

Penggemar juga menjadi sosok yang sibuk pada deadline day. Banyak dari mereka yang rela begadang sembari menyegarkan lini masa media sosial untuk melihat apakah timnya berhasil medapatkan pemain baru atau tidak.

Selain cerita yang menggambarkan sibuknya kesebelasan mencari dan menjual pemain, tenggat waktu transfer juga kerap menyajikan cerita unik. Salah satunya adalah cerita yang pernah terjadi kepada Peter Crouch saat ia hijrah menuju Stoke City.

Pada deadline day 2011, Spurs bersiap untuk melego Crouch ke Stoke City. Kedatangan Emmanuel Adebayor membuat Harry Redknapp tidak bisa menggaransi menit main yang cukup bagi penyerang jankung tersebut. Oleh karena itu, pindah menjadi satu-satunya jalan yang harus dipilih.

“Saya sebenarnya senang berada di Spurs. Saya betah di sana. Saya bahkan sempat bercengkrama dengan Daniel Levy dan tidak pernah terbersit untuk pindah. Kemudian segalanya berubah setelah Stoke melayangkan tawaran. Saya betah, tapi ketika saya bertemu dengan Harry Redknapp, kami semua langsung melakukan conference call dengan Levy,” kata Crouch.

Ada perasaan kecewa dalam diri Crouch. Wajar, mengingat Crouch menjadi pahlawan Spurs kala membawa mereka finis pada posisi empat musim kompetisi 2009/2010. Selain itu, golnya ke gawang AC Milan pada 2010/2011 membawa Spurs untuk pertama kalinya mencicipi perempat final Liga Champions Eropa. Sebuah prestasi tertinggi mengingat The Lylywhites saat itu bukan tim yang konsisten finis tampil di Eropa seperti sekarang.

Setelah akhir yang mengecewakan tersebut, Crouch langsung pergi ke Stoke menggunakan mobil pribadinya bersama sang ayah. Crouch nantinya akan memilih tinggal di rumah teman ibunya di Birmingham yang letaknya di antara London dan Stoke.

Di tengah perjalanan, Crouch memutuskan berhenti dulu untuk mengisi perutnya. Restoran McDonald’s menjadi tempat yang ia pilih. Di tengah-tengah makan siangnya, Crouch menyaksikan tayangan Sky Sports News. Tiba-tiba ia kaget ketika membaca di layar kalau “Peter Crouch sedang menuju Stoke dengan menggunakan helikopter.”

Tentu saja Crouch kaget. Objek pemberitaan Sky Sports saat itu sedang menikmati nikmatnya makanan cepat saji. Setelah kaget, Crouch dan ayahnya hanya bisa tertawa. Boro-boro helikopter, menurut Crouch yang benar-benar ada saat itu hanyalah sebuah big mac.

“Saya melihat ponsel saya untuk melihat apa yang terjadi dan ternyata media memberitakan saya berada di helikopter di Staffordshire. Sebuah hal yang sangat lucu karena saya saat itu sedang duduk di sana dengan sebuah big mac.

Pada akhirnya, kepindahan Crouch ke Stoke City terealisasi. Sambil menunggu dokumen-dokumen penting beres, Crouch makan malam bersama Wilson Palacios, rekan setimnya di Tottenham yang didatangkan satu paket dengan dirinya. Pada pukul setengah 11 malam, Crouch benar-benar resmi sebagai penggawa anyar Stoke City.

Meski Crouch menyebut kalau kepindahannya ke Stoke saat itu sebagai bentuk perlakuan yang kejam, namun mantan pemain Liverpool ini justru menjalani karier yang cukup bagus di Brittania Stadium. Crouch bermain 261 kali dan membuat 62 gol. The Potters menjadi kesebelasan yang cukup lama ia perkuat yaitu delapan musim.

Beberapa rekor apik juga ia buat. Bersama finalis Piala FA 2011 ini, Crouch mencetak golnya yang ke-100 di Premier League sekaligus menjadi pemain tertua yang bisa mencatat rekor tersebut. Dengan 46 gol yang ia buat di Premier League, Crouch menjadi top skor Premier League untuk Stoke City.

“Stoke diisi oleh beberapa orang yang luar biasa di belakang layar. Saat waktunya untuk pergi, sulit untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka,” ujar Crouch.