Harald Schumacher, Kiper Jerman yang Paling Dibenci Warga Prancis

Salah satu media Prancis, France Football pernah mengadakan polling pada 2016; daftar pesepakbola top yang paling dibenci oleh warga Prancis. Kiper Jerman, Harald Schumacher masuk ke dalam daftar itu. Meskipun sudah hampir tiga dekade berlalu, namun sepertinya masyarakat Prancis masih mengingat tragedi yang membuat pemain itu jadi sosok sangat tak populer di negeri Menara Eiffel.

Pada Piala Dunia 1982, Jerman Barat berhadapan dengan Prancis di Sevilla, Spanyol dalam laga semi final. Satu jam pertandingan berlangsung, terjadilah pelanggaran keras oleh Schumacher terhadap bek Prancis, Patrick Battison hingga membuatnya tidak sadarkan diri. Dalam jajak pendapat pasca Piala Dunia, dia mengalahkan Adolf Hitler di posisi kedua sebagai orang paling tak populer di Prancis.

Kiper Andalan

Schumacher bukan kiper sembarangan. Dia sudah dikontrak profesional oleh tim Bundesliga Jerman, FC Koln di usia 18 tahun pada 1972, setelah 10 tahun menghabiskan karier remaja bersama Schwarz-Weiss Dueren, klub kota kelahirannya. Musim perdana sebagai pemain profesional, sang kiper muda memang hanya mencatatkan satu penampilan. Tapi musim berikutnya, dia mulai mencuri perhatian.

Pada musim ketiga, Schumacher sudah jadi andalan FC Koln. Hingga dia berhasil mempersembahkan trofi pertama, DFB-Pokal 1976-1977. Lalu, berlanjut gelar double winners, Bundesliga dan DFB-Pokal musim berikutnya. Setelahnya, panggilan dari timnas pun datang. Pada 1979, Schumacher mencatat debut bersama Jerman Barat, dan sukses memenangkan trofi Euro 1980 setelah mengalahkan Belgia.

Dua tahun kemudian, Schumacher ikut ke Piala Dunia 1982 Spanyol. Sebagai juara Eropa, mereka jadi unggulan. Tapi, malah mengawalinya dengan hasil memalukan; kalah 1-2 dari tim Afrika, Aljazair. Di laga terakhir, mereka diduga main mata dengan Austria, demi lolos ke putaran berikutnya. Kedua tim lolos setelah Jerman Barat menang 1-0, sedang Aljazair tersingkir, meski ketiga tim punya poin sama.

Bertabrakan

Jerman Barat yang kala itu diarahkan oleh pelatih Jupp Derwall terus melaju hingga semi final. Tetapi, mereka harus berhadapan dengan Prancis, tim favorit lainnya yang diperkuat oleh trio gelandang luar biasa; Jean Tigana, Alain Giresse dan Michel Platini. Di laga itu pula Schumacher meninggalkan jejak hingga namanya terus dikenang, baik sebagai pahlawan tim maupun juga sebagai pembuat masalah.

Sejak awal, laga berlangsung sengit, kedua tim saling serang. Jerman Barat unggul lebih dulu setelah Pierre Littbarski mencetak gol di menit 17. Tapi, 10 menit kemudian Prancis membalas lewat penalti Platini setelah Dominique Rocheteau dijatuhkan di kotak terlarang. Masuk babak kedua, permainan mulai menjurus keras. Schumacher jadi salah satu sosok sentral hingga akhirnya Prancis tersingkir.

Pada menit 60, sebuah tragedi terjadi. Bek Prancis, Patrick Battiston tergeletak di lapangan setelah bertabrakan dengan Schumacher. Kejadian itu berawal ketika pemain yang baru 10 menit masuk ke lapangan itu menerima umpan indah dari Platini. Dia berhasil melewati dua pemain lawan, dan lalu menendang bola melambung di atas kepala Schumacher, tapi gagal masuk ke gawang Jerman Barat.

Saat penonton mengalihkan tatapan dari bola, Battiston tampak terkapar di lapangan. Dari tayangan ulang, Schumacher jelas terlihat tak ingin mengamankan bola, karena dia menabrak lawan dengan kekuatan penuh. Dia melompat dan berbalik untuk mengurangi benturan di tubuhnya. Sedang wajah Battiston beradu dengan tulang pinggulnya, hingga tak sadarkan diri selama hampir setengah jam.

Semua orang menunggu wasit mengeluarkan kartu merah. Namun, dia menilai bukan pelanggaran. Penalti pun tidak, karena Schumacher kemudian melakukan tendangan gawang. Sedang Battiston harus mendapatkan perawatan, karena tiga tulang rusuknya retak dan tulang belakang rusak, serta kehilangan dua gigi. Bahkan, dia dikabarkan sempat harus diberi oksigen untuk bisa bertahan hidup.

Kontroversi

Laga itu pun akhirnya dimenangkan Jerman Barat, setelah Schumacher menggagalkan dua tendangan lawan dalam adu penalti; namun mereka kalah dari Italia di final. Lima tahun kemudian, sang kiper menyatakan dia hanya mencoba untuk mendapatkan bola. Dia juga mengaku tak pergi memeriksa kondisi Battiston, karena beberapa pemain Prancis berdiri dengan gerakan mengancam ke arahnya.

Pengakuan itu disampaikan dalam otobiografinya berjudul Anpfiff (Kick-off). Buku itu juga memuat pernyataan kontroversi yang menyebut sejumlah pemain Bundesliga menggunakan obat terlarang. Itu membuatnya dikeluarkan dari timnas dan kontraknya diputus oleh FC Koln. Dia sempat pindah ke Schalke 04, hingga bermain untuk Fenerbahce, Bayern Munchen dan pensiun di Borussia Dortmund pada 1996. Kini, Schumacher menjadi Wakil Presiden FC Koln setelah sempat melatih beberapa klub.

Sumber: Jerman Barat vs Prancis, Toni Schumacher, Planet World Cup, Slate, The Guardian