Keberhasilan mengalahkan Tottenham Hotspur pada pekan ke-30 Premier League membuat Ralph Hasenhuttl, manajer mereka, senang bukan kepalang. Hal ini membuat pelatih asal Jerman tersebut memuji beberapa pemainnya karena kerja keras mereka. Satu yang membuatnya bahagia adalah betapa gemilangnya penampilan gelandang James Ward-Prowse yang keluar menjadi bintang lapangan.
“Sebuah tendangan bebas luar biasa dari James Ward-Prowse. Penjaga gawang tidak bisa menjangkaunya. Kalian tahu, dia adalah pemain yang sangat berbahaya dan punya banyak kesempatan untuk mencetak gol,” kata mantan manajer RB Leipzig tersebut.
Penampilan gemilang Ward-Prowse saat itu menimbulkan harapan kalau dirinya akan dipanggil oleh Gareth Southgate untuk memperkuat tim nasional. Namun ketika Southgate mengumumkan 23 nama yang akan bertanding melawan Rep Ceko dan Montenegro, namanya tidak ada di dalam daftar yang sempat membuatnya kecewa.
“Saya tidak punya apa-apa untuk dikomentari. Saya sudah melihat konferensi pers dan wawancaranya lalu membaca tentang siapa-siapa saja yang dipanggil, tapi sepakbola adalah permainan yang penuh opini dan pendapat,” kata Ward-Prowse.
Beruntung Ward-Prowse tidak terjebak dalam kekecewaan untuk waktu yang lama. Satu demi satu pemain yang sudah datang ke St George’s Park perlahan memutuskan untuk kembali ke klubnya dengan alasan cedera. Entah alasan tersebut benar atau hanya akal-akalan untuk menolak bermain di jeda internasional, namun kejadian tersebut membuka pintu bagi Ward-Prowse.
Setelah menunggu dua tahun, Ward-Prowse punya peluang untuk kembali bermain di Wembley pada kualifikasi Euro 2020. Terakhir kali ia bermain dengan tim Tiga Singa terjadi pada 22 Maret 2017 saat menghadapi Jerman pada pertandingan persahabatan. Itupun hanya bermain tujuh menit saja.
Meningkat Berkat Hasenhuttl
Musim 2018/2019 menjadi musim terbaik Ward-Prowse selama membela The Saints. Jumlah enam golnya menjadi yang terbaik kedua di klub setelah striker mereka, Danny Ings. Kehadiran Hasenhuttl di kursi kepelatihan menjadi salah satu faktor di balik meningkatnya penampilan pemain kelahiran Portsmouth ini.
“Setelah melalui akademi di Southampton, saya selalu dianggap masih menjadi bocah akademi. Sejak manajer baru di Southampton datang, dia menyebutkan beberapa hal yang perlu saya ubah dan saya bisa mengubahnya. Dia memberi tahu saya kekuatan dan kelemahan saya dan saya mendapatkan manfaat dari kehadirannya di pinggir lapangan. Percakapan saya dengannya berjalan sangat baik dan saya menghormati pendekatannya,” tuturnya.
Saat masih dipegang oleh Mark Hughes, Ward-Prowse bukanlah pilihan utama di lini tengah Soton. Hingga akhir Desember, ia hanya bermain 3 kali sebagai starter di Premier League. Setelah masuknya Hasenhuttl, Ward Prowse mulai mendapat tempat dalam skema 3-4-2-1 dan sudah bermain 11 kali secara beruntun.
“Saya selalu berusaha untuk mempertahankan profesionalisme dan tekad saya untuk menunjukkan kepada orang dan para penggemar serta manajer kalau saya cukup baik bermain di level ini. Saya hanya menunggu kesempatan itu dan ketika datang, saya akan berusaha mengambilnya dengan kedua tangan saya. Saya tidak ingin melihat kembali masa lalu,” tuturnya.
Saat situasi sedang tidak memihak Ward-Prowse, beberapa kesebelasan sebenarnya sudah mengincarnya pada bursa transfer musim dingin. Burnley, Watford, dan RB Leipzig menjadi kesebelasan yang tertarik kepadanya. Selain kesempatan yang jarang diberikan, Soton juga kerap dikenal gemar melepas pemain-pemain akademinya. Pemain berusia 24 tahun ini bisa saja mengikuti teman-temannya seperti Adam Lallana, Luke Shaw, Sadio Mane, hingga Virgil Van Dijk. Namun ia akhirnya memilih untuk bertahan.
“Pada akhirnya saya hanya ingin bermain setiap minggu, dan jika manajer menuntut hal-hal tertentu dari saya, saya harus mematuhinya dan mengubah cara saya. Saya merasa mendapatkan manfaat sebagai pribadi sebagai seorang pemain dari banyaknya pasang surut yang saya alami dalam beberapa waktu terakhir.”
Legenda hidup mereka, Matt Le Tissier menyebut kalau Ward-Prowse layak untuk bermain di tim nasional. “Dia layak untuk mendapatkan panggilan itu. Dalam beberapa bulan terakhir, dia tampil luar biasa. Setiap saya melihat penampilannya, dia selalu menunjukkan performa yang layak untuk diganjar penghargaan pemain terbaik,”
Menjadi David Beckham Baru
Dalam dua pertandingan terakhir, David De Gea dan Hugo Lloris menjadi korban dari kaki Ward-Prowse. Menariknya, proses kebobolan yang mereka terima selalu sama yaitu berkat tendangan bebas yang menjadi keahliannya. Tak ayal, ia kerap disebut-sebut sebagai David Beckham baru mengingat sepakan bebas Ward-Prowse lebih mengandalkan akurasi alih-alih kekuatan tendangan.
“Saya hanya ingin menciptakan cara dan teknik saya sendiri. Saya selalu memantulkan bola dua kali sebelum saya mengambilnya dan menempatkan logo bola di bagian atas. Kemudian saya akan mundur empat langkah dan menendang. Semudah itu.”
“Ada tiga pemain favorit saya terkait tendangan bebas: David Beckham, Steven Gerrard, dan Frank Lampard. Mereka bertiga adalah pemain yang eksekusi bola matinya saya kagumi. Saya selal menonton video mereka tetapi pada akhirnya saya menciptakan teknik saya sendiri, apa yang benar bagi saya, bekerja keras, dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin di tempat latihan.”
“Menyenangkan jika mendapatkan momen seperti pertandingan terakhir saya melawan Tottenham Hotspur ketika gol saya menjadi gol kemenangan. Saya senang melihat kerja keras saya terbayar.” Para penggemar timnas Inggris tentu berharap, salah satu dari gawang Ceko dan Montenegro menjadi korban ketiga dari tendangan bebas Ward Prowse.
Sumber: Telegraph, Guardian, BBC, Independent, Transfermarkt, Mirror