Ivan Zamorano dan Cerita di Balik Nomor Punggung 1+8 di Inter Milan

Selain permainan agresif dan penampilan keren di lapangan dengan headband menahan rambut sebahunya agar tetap rapi, ada hal lain yang membuat sosok Ivan Zamorano terus dikenang di Italia. Adalah nomor punggung unik, 1+8 yang pernah dipakainya selama beberapa musim bersama Inter Milan. Bahkan, hingga kini tak akan ada pemain lain yang bisa memiliki nomor punggung seperti itu.

Zamorano mungkin bukan penyerang tajam dengan koleksi gol yang banyak selama mengabdi di Inter Milan sejak 1996, berbeda dengan sosoknya ketika menjadi ujung tombak Real Madrid selama empat musim sebelumnya. Catatan golnya kalah jauh dari rekan duetnya di I Nerazzurri, Ronaldo. Namun, striker internasional Chile itu sangat disegani, bukan hanya dalam tim, tapi juga para lawan.

Nomor Keramat

Musim panas 1996, Zamorano resmi dipinang Inter secara free transfer dari Madrid. Saat itu, usia pemain kelahiran 18 Januari 1967 itu hampir memasuki 30 tahun. Banyak prestasi telah dituainya di klub ibu kota Spanyol itu selama empat musim, termasuk trofi La Liga 1994/1995 sekaligus top scorer dan pemain asing terbaik. Total 101 gol dalam 173 penampilan di semua ajang menjadi catatannya.

Sebenarnya, bergabung dengan La Beneamata bukanlah pengalaman pertamanya di Italia. Delapan tahun sebelumnya, Zamorano pernah direkrut Bologna setelah tiga musim memulai karier di tanah kelahirannya. Tapi, saat itu dia yang masih 21 tahun langsung “disekolahkan” ke klub Swiss, St. Gallen hingga dipermanenkan musim berikutnya, dan bertahan sampai 1990 sebelum terbang ke Sevilla.

Ketika mendarat di Giuseppe Meazza, Zamorano yang berstatus sebagai penyerang maut di Madrid pun diberi kehormatan memakai nomor punggung keramat, nomor 9 dan diduetkan dengan striker Italia, Maurizio Ganz. Selama ini, pemain yang akrab disapa “Bam Bam” itu memang identik dengan nomor tersebut, baik sejak di Sevilla, maupun Bersama Los Merengues, dan juga di timnas Chile.

Demi Ronaldo

Musim berikutnya, Ronaldo yang baru saja menuai sukses di Spanyol bersama Barcelona datang pula. Bomber Brasil yang masih berusia 20 tahun itu memakai nomor punggung 10 dan dipasang dengan Zamorano. Namun, masalah nomor punggung ini kemudian mendatangkan masalah ketika Roberto Baggio bergabung ke Inter pada musim panas 1998, direkrut dari Bologna setelah Piala Dunia 1998.

Bintang Italia yang penuh kontroversi itu memaksa mengambil nomor punggung 10 yang sebelumnya telah dipakai Ronaldo. Agar tak jadi masalah yang berlarut di dalam tim, Zamorano merelakan nomor punggung 9 miliknya sebagai pengganti. Dia pun malah mengaku senang menyerahkan kausnya pada pemain yang digambarkannya sebagai “penyerang terbaik di dunia” itu, dilansir oleh Football Italia.

“Saya punya pemain depan terbaik di dunia Luis Nazario de Lima Ronaldo sebagai rekan satu tim, dan menontonnya dalam latihan adalah luar biasa,” puji Zamorano. “Saat Ronnie pertama di Inter, dia tak mengatakan apa-apa pada saya (soal nomor punggung). Saya terus bermain dengan nomor 9 dan dia mengambil nomor 10,” katanya menambahkan, tanpa menyinggung Baggio yang hadir belakangan.

Namun, setelah Piala Dunia 1998, di mana Ronaldo terpuruk karena kekalahan di final, legenda Inter Sandro Mazzola menyarankan agar nomor punggung 9 diberikan untuk mengembalikan motivasinya. “Saya berikan kaos saya kepada yang terbaik di dunia. Tapi kaos apa yang akan saya pakai? Mazzola berkata, mengapa tidak pakai nomor 18 dan memberi tanda tambah di tengah?” lanjut Zamorano.

Striker berjuluk Ivan el Terrible itu pun meminta izin kepada presiden klub dan federasi Italia untuk memakai nomor punggung unik tersebut. “Awalnya kami menggunakan selotip dan membuat tanda tambah. Tapi setelah pertandingan keempat atau kelima, pabrikan yang membuat kaos Inter mulai mengirimkan nomor 1+8. Itu jadi salah satu kaos terlaris dalam sejarah sepak bola Italia,” ujarnya.

Jiwa Tim

Total 41 gol dalam 149 pertandingan di semua kompetisi selama 4,5 tahun mungkin tidak terdengar seperti rekor seorang legenda. Tapi Zamorani adalah pemain yang mengerti apa artinya jadi seorang Interisti, klaim Planet Football. Statistik saja memang tak bisa menjelaskan semangat, keinginan, dan tekad luar biasa yang ditunjukkannya setiap kali turun ke lapangan, seperti panggilan dan julukannya.

Gigi Simoni, pelatih Inter 1997/1998, musim kedua Zamorano di klub tersebut, menggambarkannya sebagai “jiwa tim”. “Saya masih ingat bagaimana dia menyemangati tim sebelum turun ke lapangan. Setiap pertandingan seperti perang baginya. Tapi itu bukan hanya soal determinasi, karena dia juga pemain yang sangat bagus,” kata pelatih yang memenangkan Piala UEFA 1997/1998 untuk Inter itu.

Zamorano menjadi duet impian di lini depan. Dia selalu mengambil peran membuat pemain bertahan lengah untuk memberi ruang bagi rekan setim. Bukan hanya Ronaldo, dia juga telah melayani Baggio hingga Adrian Mutu, Alvaro Recoba dan Christian Vieri selama waktunya bersama Il Biscione. Musim dingin 2001, pengabdiannya pun selesai seiring kepindahannya ke klub Meksiko, CF America. Selang dua tahun, dia mewujudkan impiannya bermain untuk Colo-Colo di Chile, sebelum pensiun pda 2003.

Sumber: Football Italia, Info Bae, Planet Football