Jacksen F. Tiago yang Membawa Lagi Tawa di Persipura

Foto: Liga Indonesia

Persipura Jayapura memiliki sebuah dasar tersendiri dalam permainan yang biasa mereka terapkan: kebahagiaan.

Laiknya anak-anak asal Papua yang kerap bermain sepak bola dengan riang, Persipura juga seperti itu. Mereka selalu menunjukkan keindahan berbalut kesenangan dalam permainan sepakbola yang mereka peragakan.

Sekilas, hal ini mirip dengan Brasil. Anak-anak di negeri Samba lazimnya bermain sepak bola dengan bahagia sekaligus indah. Dari situ, lahirlah pola permainan yang bernama Jogo Bonito; Permainan yang membuat Brasil dikenal dunia.

Para pemain asal Papua adalah pemain yang dianugerahi bakat alam. Hal itu ditambah dengan tempaan alam Papua yang keras, menjadikan para pemain Papua kuat secara mental, serta memiliki fisik yang terbilang mumpuni.

Namun, kesenangan itu sempat memudar dalam permainan Persipura belakangan ini. Setelah menjadi juara di ajang Indonesia Soccer Championship 2016, mereka belum mencatatkan prestasi lagi di kancah sepak bola Indonesia.

Ya, semua itu terjadi, hingga akhirnya sosok yang betul-betul mengenal Persipura kembali. Ia adalah Jacksen F. Tiago.

***

Di awal musim 2019, Persipura bisa dibilang tampil buruk. Mereka cuma mencatatkan satu kemenangan dari delapan laga awal liga. Sisanya, mereka meraih hasil imbang empat kali dan kalah tiga kali.

Catatan ini menjadi alarm tersendiri bagi tim sebesar Persipura. Apalagi, pada ajang Liga 1 2017 dan 2018, mereka juga gagal menorehkan prestasi yang apik. Pada 2017, mereka hanya finis di posisi 6 dengan torehan 60 poin.

Prestasi Persipura kian melorot di ajang Liga 1 2018. Mereka hanya finis di posisi 12 dengan catatan 44 poin. Mereka terlempar dari posisi 10 besar untuk pertama kalinya, sejak Liga Super Indonesia 2008/2009.

Memasuki 2019, harapan bagi Persipura mulai tumbuh. Mereka juga memiliki talenta-talenta apik macam Todd Rivaldo Ferre maupun David Rumakiek yang naik level ke tim senior, setelah berprestasi apik bersama Persipura U-19.

Namun, Persipura justru terseok. Hasil satu kemenangan dari delapan laga awal liga jelas bukan hasil baik. Tim berjuluk ‘Mutiara Hitam’ itu sampai terjerembab di posisi 16 klasemen sementara Liga 1 2019. Posisi yang sejatinya bukan habitat mereka.

Pembenahan langsung dilakukan Persipura. Luciano Leandro dilengserkan, dan mereka menunjuk nama Jacksen F. Tiago sebagai pengganti. Jacksen sendiri baru mengganggur usai mengakhiri kerja sama dengan Barito Putera.

Perekrutan Jacksen ini bukan tanpa sebab. Ia adalah sosok yang sudah mengenal Persipura karena pernah menjadi nakhoda tim sejak 2008/09 hingga 2014.

Pemain-pemain macam Ian Louis Kabes, Ricardo Salampessy, hingga Boaz Solossa pernah merasakan tangan dingin Jacksen. Ia juga yang sukses mempersembahkan tiga gelar liga bagi Persipura dalam kurun waktu 2009-2013.

Begitu ia menangani tim, Persipura langsung mendapatkan beberapa hasil positif. Persipura sukses mendapatkan enam kemenangan, dua hasil imbang, dan hanya dua kali kalah dari 10 laga awalnya sebagai pelatih ‘Mutiara Hitam’.

Alhasil, posisi Persipura langsung melonjak. Mereka merangkak naik ke papan tengah klasemen. Memasuki akhir September 2019, mereka semakin menggila. Mereka sukses membukukan lima kemenangan dan hanya sekali kalah hingga pertengahan November.

Penampilan apik ini mendongkrak posisi mereka ke posisi dua klasemen sementara Liga 1, di bawah Bali United. Mereka bahkan berpeluang untuk tampil di AFC Cup, dengan catatan mereka finis di posisi dua dan sang juara Liga 1 kelak lolos ke babak grup Liga Champions Asia.

Ian Louis Kabes pun menjelaskan alasan kenapa Persipura mampu tampil apik sejauh ini. Menurutnya, Jacksen membuat pemahaman antar pemain jadi lebih baik. Tidak hanya itu, pendekatan personal yang diberikan Jacksen berpengaruh bagi para pemain.

“Kebersamaan antara kami terjalin kuat, kami juga saling dukung satu sama lain, dan hadirnya Jacksen membuat kami tahu apa saja yang harus kami benahi. Ia juga tahu kekurangan kami dan apa yang harus kami tingkatkan,” ujar Kabes.

Ya, Jacksen memang dikenal sebagai pelatih dengan pendekatan personal yang apik. Ia bisa berperan menjadi sosok bapak, yang melindungi para pemain sekaligus memberi perhatian lebih kepada mereka.

Metode ini sudah pernah ia terapkan saat membawa Persipura berprestasi dalam kurun waktu 2009-2013. Ia mengasuh Persipura dengan cara pandang orang Brasil. Ia tahu bahwa pada dasarnya, kebahagiaan harus ada di skuat Persipura.

Bakat alam dan fisik sudah dimiliki para pemain. Tinggal si pengasuh (dalam hal ini pelatih) harus bisa mengakomodasi hal tersebut. Jacksen mampu melakukannya karena ia melihat, anak-anak Persipura ini sama seperti pemain Brasil.

Mereka harus menyepak bola dengan bahagia, tanpa ada tuntutan ini-itu yang berlebih. Hasilnya? Persipura kini mampu kembali ke habitat mereka sebagai tim papan atas Indonesia.

Tidak hanya itu, yang terpenting adalah Jacksen sudah mengembalikan rasa senang para pemain Persipura dalam menyepak bola. Mereka tidak lagi terbebani hal yang tidak perlu, dan fokus untuk bermain sepak bola dengan bahagia.

***

Masih ada sisa beberapa laga lagi yang harus dijalani Persipura di ajang Liga 1 2019. Meski begitu, sulit bagi mereka untuk jadi juara di akhir musim karena selisih poin mereka dengan Bali United sudah terpaut 13 angka.

Tapi, setidaknya Persipura sudah menunjukkan jika mereka mampu untuk bangkit. Mereka juga kembali bermain sepak bola dengan senang. Sebuah hal yang tentu menggembirakan.

Di balik kebangkitan ini, ada sosok Jacksen di sana. Ya, ia adalah pria yang berhasil mengembalikan tawa dan bahagia di tubuh ‘Mutiara Hitam’ dengan sifat kebapakannya.