Martin Braithwaite tidak akan menyangka kalau namanya menjadi prioritas bagi klub sebesar Barcelona ketika mereka ingin mendatangkan striker beberapa waktu lalu.
Blaugrana mungkin saja akan memilih striker yang sudah memiliki nama atau yang sudah mencetak banyak gol bagi klubnya mengingat klub ini akan selalu terkait dengan banyak pemain hebat di seluruh dunia. Akan tetapi, larangan untuk mencari pemain dari luar kompetisi La Liga membuat mereka harus mempersempit pantauan dan berakhir dengan terpilihnya Braithwaite sebagai striker anyar Barca.
Penggawa asal Denmark ini datang dengan harapan bisa mengisi kekosongan lini depan yang hilang akibat cederanya Ousmane Dembele dan Luis Suarez. Ketergantungan terhadap sosok Messi dalam mencetak gol diharapkan bisa diminimalisir dengan mendatangkan Braithwaite.
Tidak sedikit penggemar Barcelona yang heran ketika tim kesayangannya mendatangkan Braithwaite. Bahkan legenda seperti Rivaldo pun heran. “Saya tidak punya alasan untuk melakukan upaya untuk memasukkan pemain depan yang, dengan segala hormat, saya ragu kalau itu pemain yang cocok untuk Barcelona,” ujarnya.
Sebelumnya, mereka dihubungkan dengan Pierre Emerick Aubameyang. Ketika jangkauan transfer dipersempit dengan hanya boleh merekrut pemain dari La Liga, nama Willian Jose yang lebih sering muncul dalam berita. Namun, mereka memilih Braithwaite dengan kontrak sampai 2024 plus buy out clause sebesar 300 juta Euro. Angka yang melebihi harga Lautaro Martinez atau Erling Haaland.
Rasa heran juga tidak hanya datang dari pendukung Barcelona. Si pemain sendiri juga pasti kaget kenapa namanya yang terpilih untuk menjadi pemain depan Barca. Pengalamannya yang hanya bermain untuk tim sekelas Middlesbrough, Toulouse, hingga Leganes, membuatnya tidak percaya kalau itu semua bisa membawanya sampai ke Barcelona dan mendapat kontrak panjang serta klausul yang besarnya melebihi pemain-pemain yang secara kualitas lebih baik ketimbang Braithwaite.
Saking tidak percayanya, istrinya curiga ketika melihat suaminya memiliki gerak-gerik mencurigakan. Ia dianggap selingkuh, meski saat itu Braithwaite sedang berusaha untuk menutupi kegembiraannya bisa bergabung dengan Barcelona.
“Saya tahu istri saya sedang merasakan sesuatu, sebab saya harus menerima banyak panggilan telepon, lalu mengendap-endap keluar rumah. Dia bertanya-tanya, dia bahkan nyaris bertanya apakah saya punya wanita simpanan atau semacamnya,” kata Braithwaite.
Namun seiring berjalannya waktu, sang istri mendapat jawaban kalau suaminya sedang melakukan negosiasi bersama Barcelona. Upaya untuk merahasiakan kepindahannya berakhir sia-sia karena istrinya juga sudah tahu dari pemberitaan di banyak media.
“Ketika saya ingin memberi tahu semuanya, segalanya tidak berjalan dengan lancar. Informasi itu bocor dan dia ternyata sudah tahu apa yang mau saya katakan. Ternyata ponselnya sama sibuknya dengan saya. Saya kecewa karena saya tidak mendapat reaksi bahagia darinya, tapi yang jelas dia sangat senang,” tuturnya menambahkan.
Banyak yang menilai kalau kepindahan Braithwaite hanya keberuntungan semata. Kalau Suarez atau Dembele tidak cedera, namanya mungkin tetap berada di Leganes. Namun, Braithwaite menolak itu. Masuknya Barcelona adalah hasil dari kerja kerasnya di dunia sepakbola. Inilah yang membuat dirinya begitu bangga kalau bisa mencicipi kesempatan bermain dengan tim dan pemain kelas dunia.
“Saya merasa bangga dan menepuk punggung saya. Saya berkata pada diri saya sendiri, bahwa kerja keras itu membuahkan hasil dan itu memberi saya motivasi lebih untuk mendorong sampai batas apa yang bisa saya lakukan dalam karier saya,” tuturnya.
Braithwaite berani meninggalkan karier bagusnya bersama Toulouse hanya untuk merasakan sulitnya bermain di Inggris bersama Middlesbrough. Ia tidak pernah melewati satu musim kompetisi secara penuh. Ia bahkan mendapat cap sebagai seorang pengacau karena dianggap terlalu mengkritik Tony Pulis, manajernya saat itu dan memaksa untuk pindah ke Leganes.
“Saya tidak punya masalah karena pelatih pasti memiliki keputusan sulit. Saya hanya tidak cocok. Itulah hidup. Sesuatu yang sifatnya normal. Hanya saja, beberapa yang dikatakan jauh dari kebenaran sesungguhnya,” kata Braithwaite.
“Saya percaya pada kebebasan berbicara. Orang-orang diizinkan untuk menunjukkan kekecewaannya dan saya hanya berbagi kekecewaan tersebut. Sayangnya, beberapa orang menciptakan citra tentang saya. Tapi, itu bagian dari perjalanan saya menuju ke sini (Barcelona). Perjalanan yang sangat sulit,” tuturnya menambahkan.
Tidak hanya mendapat label jelek, Braithwaite juga nyaris tidak bisa meraih impiannya bermain sepakbola. Ketika masih kecil, ia memiliki masalah di bagian pinggulnya. Dua tahun ia berkutat dengan kursi roda. Masa-masa yang paling menyedihkan menurut pria 29 tahun ini.
Namun, segala rasa sakit yang ia rasakan justru bisa membawanya menuju klub kelas dunia seperti Barcelona. Sayangnya, ia belum bisa memenuhi ekspektasi para pendukungnya. Wajar, karena sepakbola saat itu sedang mati karena pandemi dan ia juga baru bermain tiga pertandingan saja. Masa kosong seperti sekarang ia pakai untuk belajar dan berlatih agar dirinya bisa kembali lebih bugar dan lebih baik lagi saat kompetisi La Liga kembali dilanjutkan akhir pekan ini.
“Kita harus membuat waktu bekerja untuk kita. Saya hanya ingin kembali memulai, karena saya tidak suka untuk membuat alasan.
Sebelum mencari gol pertamanya bersama Barca, Braithwaite sudah membuat dua asis pada laga debutnya melawan Eibar yang berakhir dengan kemenangan Barca 5-0 atas Eibar. Sebuah modal yang cukup bagus untuk membuktikan kepada banyak orang kalau kedatangannya ke Camp Nou bukan karena keberuntungan melainkan hasil dari kerja keras yang sudah ia lakukan selama bertahun-tahun. Jika Braithwaite mempertahankan etos kerjanya, maka bukan tidak mungkin gol pertamanya bersama Blaugrana akan hadir akhir pekan ini ketika mereka melawan Real Mallorca.