Jay Rodriguez, Dari Kebetulan Jadi Kebanggaan

Foto: Burnley

Jay Rodriguez akhirnya pulang ke Turf Moor. Menandatangani kontrak hingga 2021 dengan opsi perpanjangan satu tahun tambahan, Rodriguez kembali dengan nomor punggung yang sama ketika ia baru pertama diorbitkan ke tim senior the Clarets: 19.

“Kami sudah menginginkan Jay [Rodriguez] untuk pulang sejak satu atau dua tahun lalu. Saya rasa ini merupakan waktu yang tepat untuk Jay pulang,” buka Manajer Burnley Sean Dyche.

“Jay sempat absen lama karena cedera. Tapi dalam beberapa tahun terakhir dirinya telah membuktikan diri. Masih rajin cetak gol. Masih haus akan pertandingan kompetitif. Ia akan menambah daya gedor kami,” lanjut Dyche.

“Kami tidak melakukan banyak perubahan dalam tubuh tim. Saya sangat senang Jay dan Erik Pieters dapat datang dalam waktu singkat, karena itu berarti akan lebih banyak waktu untuk membuat mereka satu dengan tim ini”.

“Khusus Jay, dia sudah paham tentang Burnley karena sejarahnya di sini. Semoga dirinya dapat langsung masuk dan membantu kami meraih kesuksesan,” tambah mantan nakhoda Watford tersebut.

Sebuah Kebetulan

Untuk sebagian orang, Rodriguez mungkin lebih dikenal lewat masa-masanya bersama Southampton. Apalagi saat membela the Saints dia ikut dipanggil tim nasional Inggris bersama Ricky Lambert dan Adam Lallana. Namun sebelum menggunakan seragam the Three Lions, Rodriguez hanyalah seorang ballboy untuk Ian Wright.

“Saya sepertinya berusia 12 tahun saat itu, sebagai anak-anak tidak ada tempat duduk yang lebih menyenangkan dibandingkan pinggir lapangan. Menyaksikan pemain-pemain dari jarak dekat. Secara tidak langsung, saya mempelajari mereka,” aku Rodriguez.

Kehadiran Rodriguez di Burnley tidak lebih dari sebuah kebetulan. Kakek dan neneknya merupakan juru masak di Coruna. Mereka pindah ke Burnley karena urusan pekerjaan. Merasa nyaman di area Barat Laut Inggris, mereka akhirnya membesarkan keluarga di sana.

Rodriguez seperti Taro Misaki yang kebetulan masuk Nankatsu. Bedanya, darah sepakbola mengalir dalam keluarga Rodriguez. Ayahnya, Enrique Rodriguez pernah diberi kesempatan untuk masuk Deportivo La Coruna sebelum hijrah ke Burnley. Ia kemudian terdaftar untuk tim cadangan the Clarets dan membukakan jalan untuk anaknya, Jay.

“Ayah juga seorang penyerang. Dia sebenarnya cukup bagus. Saya sering menyaksikan dia main karena pertandingan-pertandingan yang dijalaninya hanya sebatas partai lokal. Kami selalu membicarakan sepakbola,” kata Jay Rodriguez.

Sekitar enam tahun belajar di akademi Burnley, termasuk menjadi ballboy, Rodriguez akhirnya mendapatkan kontrak dari tim senior. Mantan penyerang Wimbledon FC, Steve Cotterill jadi orang pertama yang memberikannya kontrak. Dari tujuh pemain akademi Burnley yang bisa diberi jaminan masa depan, hanya Rodriguez yang menarik perhatian Cotterill.

Dibina Owen Coyle

Foto: Express & Star

Sayangnya, Rodriguez tidak pernah bermain di bawah asuhan Cotterill. Nahkoda yang telah memegang kemudi tim sejak 2004 itu lebih dulu ditendang setelah mengantar Burnley ke papan bawah Championship. Tapi hanya sebulan setelah Cotterill pergi, Rodriguez akhirnya mendapat kesempatan merumput bersama tim senior ketika mereka menjamu Bristol City di Turf Moor.

Walaupun hanya empat menit di atas lapangan, ini adalah penantian panjang bagi para pendukung the Clarets. “Sejak pertama saya datang ke sini, banyak orang memberikan kesan positif tentang dirinya,” aku Coyle.

Pertandingan itu jadi satu-satunya laga di mana Rodriguez tampil untuk Burnley pada musim pertamanya. Tapi bukan berarti ia tidak memiliki masa depan di tim kampung halamannya.

Pada jendela transfer musim dingin 2008, Rodriguez dipinjamkan ke klub Skotlandia, Stirling Albion. Ia mencetak tiga gol dari 11 pertandingan di sana. Tergolong sedikit mungkin untuk seorang penyerang. Namun, gol bukanlah tujuan utama Coyle mengirim Rodriguez.

“Coyle sudah tahu Jay bertalenta. Semua tahu itu. Tapi ia ingin memastikan apakah sikap Jay mendukung talenta tersebut. Jawabannya, ya. Jay tidak pernah sekalipun mengeluh. Ia selalu menjadi bagian dalam tim. Meski banyak pemain di sini yang semi-profesional, Jay tidak merasa lebih besar dibandingkan lainnya,” aku nakhoda Stirling saat itu, Allan Moore.

Coyle jelas mendengar dengan laporan yang ia dapat. “Rodriguez adalah seorang pekerja keras dan penyerang sejati. Saya yakin dirinya bisa terus berkembang. Saya hanya dapat membantu menjaga perkembangannya dan apabila semua sesuai, Burnley memiliki talenta besar,” puji Coyle.

Masuk Radar Tim Nasional

Rodriguez pun masuk ke dalam rancangan tim Coyle untuk musim 2008/2009. Meski hanya sebagai pelapis. Rodriguez tampil 35 kali, menggunakan 768 menit yang didapatnya untuk menyumbangkan lima gol untuk the Clarets. Burnley yang ketika itu masih mengandalkan Robbie Blake berhasil meraih tiket promosi setelah mengalahkan Sheffield United pada final playoff 2008.

Naik ke Premier League, Coyle masih mengandalkan Blake di lini depan sehingga Rodriguez harus disekolahkan lagi. Ia menetap di Championship dan membela Barnsley sampai Brian Laws memanggilnya pulang di pertengahan musim. Bersama Laws inilah Rodriguez mulai masuk radar tim nasional Inggris.

“Bagaimana dirinya masuk dalam daftar pemain Stuart Pearce membuktikan bahwa Jay ada di jalur yang benar. Ini bukan sebuah kejutan, karena ia memang punya talenta dan sesuai dengan kebutuhan tim U21 Inggris. Kami hanya harus memastikan bahwa dirinya akan terus menjadi bagian tim nasional,” kata Laws.

Tampil impresif di liga, masuk radar tim nasional, jasa Rodriguez mulai diperebutkan. Tapi Laws tahu ia harus mempertahankan Rodriguez di Turf Moor. “Jay adalah alasan mengapa saya ragu membeli penyerang baru. Kami sudah sepakat bahwa Jay harus dijaga,” ungkap mantan bek Nottingham Forest tersebut.

Laws dipecat oleh Burnley setelah rentetan hasil buruk menjelang tahun baru. Beruntung hal itu tidak mempengaruhi masa depan Rodriguez. Ia tetap bertahan di Turf Moor dan kian menggila diasuh Eddie Howe.

Kebanggan Burnley

Terlibat dalam 39 gol dari 63 laga bersama Howe. Itu sama saja 61,9%. Jauh di atas persentase kontribusinya ketika diasuh Laws, delapan gol dari 22 pertandingan atau 36,3%. Howe sampai menyebut Rodriguez sebagai kebanggaan Burnley!

Reputasi Rodriguez semakin besar. Namanya mulai masuk radar Premier League. Padahal ia belum pernah tampil di divisi tertinggi sepakbola Inggris itu. Waktu the Clarets promosi bersama Owen Coyle, Rodriguez main untuk Barnsley. Namunkarena konsistensinya di lini depan, Howe harus berhadapan dengan peserta Premier League.

“Jelas sulit mempertahankan Jay. Saya tentu mau ia tetap di sini. Tapi pasti akan susah,” ungkap Howe. “Setiap kesebelasan Premier League yang menyaksikan pertandingan kami dan mengejarkan pekerjaan rumah mereka, pasti sadar Jay menjalani musim luar biasa,” lanjut mantan pemain Inggris U21 itu. “Dirinya masih muda, konsisten mencetak gol, dan memiliki atribut yang melengkapi kemampuannya,” jelas Howe.

Pada akhirnya, Burnley benar-benar melepas Rodriguez. Tanpa Howe di pinggir lapangan. Dengan meningkatnya performa Charlie Austin dan Danny Ings di lini depan the Clarets, Rodriguez dilepas ke Southampton dengan dana enam juta Pauns.

Memecahkan Rekor, Vakum, dan Bangkit

“Sebagai orang yang melihat dari luar, Southampton adalah kesebelasan yang menarik. Saya sangat senang bisa menjadi bagian tim ini,” buka Rodriguez.

“Kalian bisa melihat sendiri bagaimana mereka [Southampton] dengan cepat merangkak ke Premier League. Tidak ada batasan bagi klub ini dan mereka masih ingin terus mendorong lebih jauh lagi,” jelasnya setelah resmi mendatangani kontrak empat tahun di St.Mary’s.

Ketika itu, Southampton sampai memecahkan rekor transfer mereka untuk mendaratkan Rodriguez. Memang tidak seberapa jika melihat dana yang dikeluarkan peserta Premier League lain. Tapi untuk the Saints, Rodriguez memecahkan rekor 11 tahun klub. Investasi yang dibayarnya dengan panggilan ke tim nasional Inggris dan 35 gol dalam empat musim.

Rodriguez sempat absen selama satu musim lebih setelah ligamen lututnya robek. Setelah pulih dirinya tak lagi sama. Hanya terlibat dalam tujuh gol dalam 36 pertandingan Premier League. Ia dijual ke West Bromwich Albion (WBA) dengan dana 12 juta Pauns dan perlahan bangkit.

Pada 2018/2019, dirinya mencetak 22 gol dari 48 pertandingan. Mencatatkan rekor baru sepanjang karier profesionalnya. Sebelumnya ia tidak pernah mencetak lebih dari 20 gol dalam satu musim. Melihat performa itu, Eddie Howe ingin reuni dengan Rodriguez dengan membawanya ke Bournemouth.

***

Namun sebelum Rodriguez bersinar, saat WBA terdegradasi dari Premier League, Burnley sudah memiliki niatan untuk membawanya pulang. Mereka menawarkan 16 juta Pauns ke WBA untuk jasa Rodriguez. Tapi tawaran itu ditolak oleh the Baggies yang meminta 20 juta Pauns. Uniknya, setelah tampil ganas di Championship, Rodriguez justru dilepas seharga 10 juta Pauns.

Mungkin kegagalan WBA untuk promosi ikut berpengaruh ke harga jualnya. Entah, yang jelas Rodriguez memang ingin pulang ke Turf Moor. Bahkan di puncak kariernya bersama Southampton, Rodriguez tetap ingat akan Burnley dan berterimakasih kepada the Clarets.

“Saya bukanlah sosok yang percaya diri ketika berusia 14 atau 15 tahun. Terutama karena tubuh saya tidak sebesar pemain-pemain lain. Namun, Burnley tetap percaya kepada saya. Mengembangkan permainan saya. Saya sangat berterimakasih kepada mereka,” akunya.