Jejak Igor Tudor di Italia, dari Pemain Hingga Jadi Pelatih

Foto: Calciopedia.com.br

Dari namanya, sudah jelas Igor Tudor bukan warga Italia. Dia adalah pesepakbola asal Kroasia, lahir di Split pada 16 April 1978; ketika masih masuk dalam wilayah Yugoslavia, sebelum pecah menjadi enam negara, Kroasia, Slovenia, Serbia, Montenegro, Makedonia, serta Bosnia dan Herzegovina di awal era 1990-an.

Pecinta sepak bola era sekarang tentu tidak banyak mengenal namanya sebagai pemain, kecuali berstatus pelatih, karena kini dia memang sedang menangani klub Italia, Udinese. Namun, 20 tahun yang silam, Tudor pernah menjadi salah satu bek asing terbaik di Serie A Italia.

Nama Igor Tudor memang tidak banyak dikenal. Bahkan, dibandingkan dengan para legenda Kroasia, orang-orang mungkin lebih mengetahui sosok gelandang sekaligus kapten Zvonimir Boban yang membawa negaranya keluar sebagai juara tiga Piala Dunia 1998 dan Davor Suker yang menjadi pencetak gol terbanyak dalam turnamen yang sama, atau gelandang Luka Modric dan penyerang Mario Mandzukic di era sekarang. Namun, bagi para Juventini, julukan fans salah satu klub paling sukses di Italia, Juventus, nama Igor Tudor tentu akrab dalam ingatan mereka, terutama era 2000-an.

Mengawali karier profesional bersama salah satu klub terbaik Kroasia yang juga merupakan klub kota kelahirannya, Hajduk Split ketika masih berusia 17 tahun pada 1995, Tudor berhasil menarik perhatian Juventus meski masih berusia 20 tahun.

Saat itu, dia baru pulang dari Piala Dunia 1998, meski hanya tampil sebagai pengganti di tiga pertandingan dengan total catatan waktu bermain 13 menit. Sang bek muda direkrut dengan nilai transfer 3,7 juta euro dan bergabung dengan memakai nomor punggung ‘28’. Tak perlu menunggu lama, Tudor langsung mendapat banyak kepercayaan.

Ketika itu, Marcelo Lippo yang menukangi Juventus memberikan kesempatan pada Tudor untuk tampil dalam 36 pertandingan di semua kompetisi musim 1998/1999. Dia bergantian dengan bek-bek kelas dunia milik klub berjuluk I Bianconeri tersebut pada masa itu; Ciro Ferrara, Mark Iuliano, dan Paolo Montero.

Saat itu, ada pula Angelo Peruzzi, Didier Deschamps, Angelo Di Livio, Alessio Tacchinardi, Gianluca Zambrotta, Edgar Davids, Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi, dan Alessandro Del Piero. Sayangnya, mereka gagal mempersembahkan gelar juara bagi Juventus di akhir musim.

Namun musim berikutnya, saat kompetisi baru dimulai Igor Tudor dkk. akhirnya sukses menjuarai Piala Intertoto 1999. Ketika itu, Peruzzi sudah digantikan Edwin van der Sar di posisi kiper, serta Di Livio dan Deschamps sudah hengkang.

Pelatih pun sudah berganti dengan Carlo Ancelotti, dan Tudor juga harus merasakan perubahan itu dengan berkurangnya menit bermain untuknya. Selanjutnya, musim 2000/2001, bek jangkung setinggi 1,93 meter itu mulai menggunakan nomor punggung ‘5’ yang kemudian identik dengan dirinya selama di Turin hingga 2007, sebelum kembali ke Hajduk.

Selama sembilan musim mengabdi untuk Juventus, Tudor berhasil mempersembahkan enam trofi termasuk dua scudetto, dan pernah mengantarkan tim mencapai final Liga Champions 2002/2003 saat takluk dari AC Milan di final.

Bisa dibilang, bermain bersama klub yang juga dijuluki La Vecchia Signora ini menjadi bagian terbaik dalam karier Tudor sebagai pemain profesional. Pemain Terbaik Kroasia 2001 itu pun sempat berlaga bersama Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, Fabio Cannavaro, Pavel Nedved, Mauro Camoranesi, David Trezeguet, Marcelo Salas, hingga juga Zlatan Ibrahimovic.

Tudor juga ikut bertahan bersama sejumlah pemain bintang ketika Juventus menjalani hukuman degradasi ke Serie B 2006/2007 akibat tersandung kasus Calciopoli. Padahal saat itu dia bisa saja tetap di Serie A bersama Siena setelah menjalani peminjaman selama dua musim sebelumnya.

Pada akhirnya, Tudor pun juga tidak pernah dimainkan pelatih Deschamps selama di Serie B. Di akhir musim itu pula, dia pun lalu memutuskan kembali ke Hajduk sebelum pensiun pada 2008, dan kemudian memulai karier baru sebagai pelatih profesional pada April 2013 di klub yang sama.

Sekitar 11 tahun setelah kepergiannya, Tudor kembali ke Italia. Namun, tepat pada April 2018 itu, dia bukan ‘pulang’ ke Turin, melainkan menerima tawaran untuk melatih Udinese. Ketika itu, dia memang hanya dipertahankan selama dua bulan, namun kembali lagi dipanggil menjelang akhir musim 2018/2019, kali ini dengan durasi lebih lama. Meski belum sempat menghadapi Juventus, tapi Tudor dipastikan akan segera ‘pulang’ ke Turin untuk pertama kalinya setelah 12 tahun, ketika anak-anak asuhnya melakoni laga tandang Serie A pada pertengahan Desember 2019 mendatang.