Menjadi seorang Mesut Ozil tidaklah mudah. Pertama, kesenangannya untuk membikin asis, sering disalahartikan sebagai tak bisa mencetak gol. Kedua, dia tak sepenuhnya Jerman.
Pada Piala Dunia 2014 lalu, Ozil merupakan bagian dari tim Jerman yang meraih gelar juara. Sejak babak 16 besar, namanya selalu tertulis di tim utama. Ia juga turut menyumbangkan asis untuk membuat Tragedi Maracana terulang untuk kedua kalinya. Tidak ada yang menyangkal kehebatan Ozil. Namun, empat tahun kemudian orang-orang mengidap amnesia. Mereka semua mendadak lupa, terutama media.
Kegagalan di Piala Dunia 2018 menjadi akar permasalahannya. Jerman tampil buruk, bahkan bisa disebut memalukan. Sebagai kesebelasan yang pernah meraih empat gelar Piala Dunia, duduk sebagai juru kunci adalah sesuatu yang bahkan tabu untuk terjadi. Namun itulah yang terjadi. Kekalahan 0-2 dari Korea Selatan di pertandingan terakhir, membuat mereka mesti menanggung malu.
Sialnya, Ozil adalah gelandang serang utama di tim Jerman yang kalah oleh Korea Selatan, juga Meksiko di pertandingan pertama. Alih-alih memberondong Joachim Loew dengan kritikan, justru Ozil yang kini menjadi sasaran tembak.
Jengah dengan keadaan tersebut, Ozil pun memberikan pernyataan resmi terkait serangan media yang mengarah padanya. Ini bermula dari sejumlah media Jerman yang menyalahkan kegagalan Die Mannschaft di Rusia karena kewarganegaraan ganda Ozil. Mereka juga merujuk sebuah foto saat Ozil berpose dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
“Sejumlah koran Jerman menggunakan latar belakang hidup ku juga sebuah foto bersama Presiden Erdogan sebagai propaganda sayap kanan untuk kepentingan politik mereka. Kenapa juga mereka menggunakan gambar dan namaku di tajuk utama sebagai alasan kekalahan Jerman di Rusia?” tanya Ozil.
Satu hal yang dibenci Ozil adalah sejumlah media ini tidak mengkritik penampilannya juga penampilan tim di atas lapangan. Yang mereka kritik adalah Ozil yang merupakan keturunan Turki. Pemain Arsenal tersebut menganggap kalau kritik ini sudah melampaui batas personal yang mestinya tak dilanggar.
“Media Jerman berusaha mengajak semua orang Jerman untuk melawanku,” tulis Ozil.
Ozil merasa kalau media Jerman menerapkan standar ganda. Sebelumnya, Lothar Matthaus, orang Jerman “asli”, bertemu dengan presiden negara lain, dan tak mendapatkan kritik dari media. Matthaus pun tak perlu menjabarkan apa maksud dan tujuannya kepada media.
Mungkin banyak yang merasa kalau apa yang dilakukan oleh Ozil berlebihan. Karena mulut netizen memang pedas-pedas. Namun, Ozil tak melakukan konfirmasi ini tanpa sebab. Salah satunya adalah karena sejumlah programnya bersama yayasan yang ia buat, dibatalkan. Alasannya, mereka takut ekspos dari media juga tekanan partai sayap kanan. Pun dengan kerja sama dengan salah satu sponsor untuk ikut bagian dalam promosi video Piala Dunia yang juga dibatalkan.
“Jujur, ini amat menyakitkan,” kata Ozil.
Foto Ozil dengan Presiden Erdogan
Sebelum Piala Dunia digelar, Ozil bersama dengan Ilkay Gundogan sempat bertemu dengan Presiden Erdogan yang kala itu tengah mencalonkan kembali sebagai Presiden Turki. Pertemuan ini sendiri dikritik langsung oleh Federasi Sepakbola Jerman. Pasalnya, Erdogan dianggap bukan merupakan simbol demokrasi. Sejumlah politisi Jerman juga mempertanyakan loyalitas keduanya terhadap nilai-nilai demokratis Jerman.
“Sepakbola dan DFB mempertahankan nilai-nilai yang tidak sepenuhnya dihormati oleh Tuan Erdogan. Itulah mengapa, tidak bagus buat pemain timnas kami untuk membiarkan diri mereka dimanipulasi untuk kampanye politiknya. Karena ini, para pemain kami jelas tak membantu pekerjaan DFB dalam hal integrasi,” tutur Presiden DFB, Reinhard Grindel dikutip dari BBC.
Hal senada juga dituturkan Direktur DFB, Oliver Bierhoff, yang menyatakan kalau Ozil dan Gundogan tak awas dengan nilai-nilai simbolis yang terkandung dalam foto tersebut. Untuk itu, DFB pun akan segera bicara dengan keduanya terkait ini.
Di sisi lain, Ozil sendiri mengaku kalau mereka hanya membicarakan soal sepakbola. Ozil bahkan tak peduli siapa presidennya. Namun, karena Erdogan adalah Presiden Turki, untuk itu ia menaruh hormat.
“Seperti yang kubilang, ibuku tak pernah membiarkanku kehilangan jati diri terkait asal-usulku, warisan, juga tradisi keluarga. Buatku, berfoto dengan Presiden Erdogan bukanlah soal politik atau pemilu. Itu lebih kepada menghormati pimpinan tertinggi negara ibuku.”
“Tak peduli apakah itu Presiden Turki atau Jerman, aku akan melakukan hal yang sama,” tutur Ozil.
Ozil sebenarnya sudah mengklarifikasikan hal ini kepada DFB. Akan tetapi, menurut pengakuannya, ia bahkan tak sempat membicarakan soal warisan dari nenek moyangnya. Soalnya, Si Grindel ini justru mencekcokinya dengan pandangan politik yang menurutnya mungkin paling sempurna.
Puncaknya ada saat Ozil dan Gundogan bertemu Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier. Ozil menyebut kalau Grindel marah karena tak diajak. Ia tambah marah saat Ozil dan Presiden Stenmeier memberikan pernyataan bersama soal foto tersebut.
Jadi wajar kalau selepas Piala Dunia, Grindel langsung memojokkan Ozil. Pernyataan Ozil di Twitter pun dibuat karena ia sudah tak tahan lagi dijadikan kambing hitam atas kegagalan Grindel mengelola Federasi Sepakbola Jerman, dalam hal ini timnasnya.
“Di mata Grindel, aku adalah seorang Jerman saat menang, tapi imigran saat kalah,” ucap Ozil.
“Temanku Lukas Podolski dan Miroslav Klose tak pernah dikasih embel-embel ‘Jerman-Polandia’ tapi kenapa aku disebut ‘Jerman-Turki’? Apa karena Turki? Apa karena aku seorang Muslim? Aku pikir di sinilah masalah yang sebenarnya hadir.”
Di akhir pernyataannya, Ozil memantapkan diri untuk berhenti dari timnas Jerman apabila ia masih mendapatkan rasisme dan tidak dihormati. “Ini bukanlah caraku bermain sepakbola dan aku tak akan duduk dan tak melakukan apa-apa. Racism should never, ever be accepted.” tutup Ozil.
***
Enak betul menjadi Ozil. Asal tendang, langsung jadi asis. Tapi, tak ada yang mau jadi Ozil kalau lawannya bukan MU, Liverpool, atau Chelsea, tapi para politisi yang hatinya penuh iri dengki.