John Bostock, Dia yang Tak Menyesal Menolak Barcelona

John Bostock punya daya tawar tinggi sampai-sampai Barcelona merayunya dengan segala cara agar ia mau menandatangani kontrak. Yang pertama, Barca memberinya kontrak berdurasi 10 tahun. Yang kedua, Barca memberinya poster Ronaldinho lengkap dengan tanda tangan si pemain dengan pesan: Untuk John dari Ronaldinho.

Akan tetapi, upaya dari Barcelona tersebut tak digubris Bostock. Kesepakatan tak pernah terjadi. Dan kalau melihat ada di mana ia saat ini, menolak Barcelona bukanlah keputusan terbaik.

Dari Akademi Crystal Palace

Bostock bergabung dengan Akademi Crystal Palace dari usia lima tahun. Namanya langsung dikenal karena ia diberkahi teknik yang bagus, tubuh yang atletis, dan kaki kirinya yang menawan. Ia sering diturunkan di tim di atas usianya. Ia pun diberi label sebagai wonderkid.

Bostock mengaku kalau saat itu, semua klub besar tertarik untuk merekrutnya, seperti Barcelona, Real Madrid, Inter Milan, Manchester United, Chelsea, sampai Liverpool. Di usia 14 tahun, saat anak-anak seusianya sibuk ujian masuk SMA, ia sibuk memilih klub.

Bostock sendiri sempat menjalani debut di Premier League pada usia 15 tahun 287 hari. Ini terjadi pada laga melawan Watford pada 29 Oktober 2007. Ia main selama 20 menit dengan masuk menggantikan Ben Watson. Capaian tersebut menjadikannya sebagai pemain termuda Palace sepanjang sejarah.

“Aku ingat aku saat itu terlalu muda untuk ganti baju di ruang ganti yang sama dengan rekan-rekanku karena aku masih minor. ”

“Aku pikir aku masuk pada 20 menit terakhir. Itu seperti ‘wow!’ Aku telah menyaksikan tim ini bermain selama bertahun-tahun, duduk di tribun dengan tas kecil yang berisi permen. Itu adalah momen nyata, satu yang aku tak akan pernah lupa.”

Mendapat Ancaman Pembunuhan

Debutnya bersama Crystal Palace memang menghadirkan cerita indah, tapi tidak ketika ia memutuskan keluar dari klub yang berasal dari selatan London tersebut. Apalagi kepindahan itu membawanya ke utara London, tepatnya ke Tottenham Hotspur.

Saat itu, Keluarga serta agen Bostock merasa kalau Tottenham adalah pilihan tepat untuk perkembangannya. Ia sendiri tak bisa banyak bersuara. Usianya masih 15 tahun dan ia cuma tanda tangan kontrak yang ada di meja.

Saat itu, Bostock mulai sadar kalau pemilihan klub akan menentukan karier seperti apa yang akan ia jalani ke depannya. Palace dan Tottenham tak setuju dengan biaya transfer. Ditambah lagi, Chairman Palace, Simon Jordan, tak setuju dengan kepindahan tersebut. Ia bahkan mengancam akan menarik tiket musiman keluarga Bostock.

Bostock waktu itu tak menyadari akan ada dampak buruk. Pun dengan orang-orang di sekelilingnya. Yang mereka tahu, sepakbola itu bisnis dan semua orang harus menghormatinya.

Di forum online, orang-orang banyak yang membicarakannya; mulai dari menganggapnya mata duitan sampai ada yang mengancam akan membunuhnya. Untungnya, ia mendapat dukungan dari keluarganya sehingga terhindar dari penyakit mental.

Tak Sukses di Spurs

Bostock mencatatkan debut buat Spurs di Piala FA menghadapi Dinamo Zagreb pada 2008. Ia menjadi pemain termuda Spurs saat itu dengan usia 16 tahun 295 hari.

Namun, Bostock sulit untuk masuk ke tim utama. Karena berbeda dengan Palace, Spurs adalah klub yang lebih besar diisi nama-nama besar. Contohnya saat itu adalah Gareth Bale dan Luka Modric.

Bostock pun diminta kembali ke tim muda untuk pengembangannya. Namun, kabar itu tak menyenangkannya. Bostock kemudian dipinjamkan ke sejumlah klub seperti Brentford, Hull City, Sheffield Wednesday, Swindon Town, dan Toronto FC.

Saat kontraknya di Spurs habis, Bostock mulai mempertanyakan kemampuannya; apakah sepakbola memang cocok untuknya?

Penyesalan

Dari Spurs, Bostock berkelana sampai ke divisi kedua Belgia, lalu ke Prancis, juga ke Turki. Ia masih bisa bercanda dengan bilang kalau ia dan istrinya adalah ahli menyiapkan koper dalam waktu singkat! Ini wajar, mengingat 14 klub yang pernah ia bela hanya dalam rentang 15 tahun.

“Aku telah menikah selama 10 tahun dan dia telah menjadi sahabat terbaikku, penolongku, juaraku. Dia percaya padaku berkali-kali ketimbang aku percaya pada diriku sendiri,” kata Bostock.

Bostock sendiri pada musim 2021/2022 lalu kembali ke Inggris dengan membela Doncaster Rovers. Ia ingin tinggal di Inggris lebih lama.

“Aku punya penyesalah. Mungkin penyesalan terbesar bahkan bukan tak bergabung Barcelona, tapi meninggalkan Palace.”

“Aku pikir, itu adalah bagian dari hidup, tahu bahwa Anda bisa membuat keputusan yang lebih baik. Tapi aku tak benar-benar ada di tempat untuk membuat keputusan itu. Ini adalah perjalanan yang tak nyaman, tapi satu hal yang mungkin tak akan aku ubah.”

Sumber: BBC