Camp Nou, Barcelona, penyerang sayap muda asal Guinea-Bissau membantu Antoine Griezmann dan kawan-kawan mengalahkan Valencia CF dengan skor 5-2. Nama dari pemuda itu adalah Ansu Fati, mantan pemain Sevilla yang diboyong dan dibentuk oleh Barcelona sejak usia dini. Baru berusia 16 tahun, dirinya telah mencetak dua gol untuk Barcelona senior.
Tapi, Fati bukanlah satu-satunya remaja yang bersinar di pekan kedua Bulan September 2019. Sekitar 1.500 kilometer dari Barcelona, pemain seangkatan Fati lebih dulu mencapai raihan serupa. Ia mencetak gol kemenangan Birmingham City atas Charlton Athletic dalam pertandingan pekan ke-tujuh EFL Championship. Namanya, Jude Bellingham.
Beda dengan Fati, Bellingham merupakan seorang gelandang tengah. Namun, dalam laga melawan Charlton, ia dipercaya mengisi sisi kiri Birmingham. Hasilnya, dua gol dihasilkan hanya dalam 146 menit yang ia jalani di tiga pertandingan terakhir the Blues. “Dia adalah pemain yang fantastis dan memiliki visi luar biasa,” puji Manajer Birmingham Pep Clotet setelah pertandingan.
“Kehadiran Jude [Bellingham] adalah bukti bahwa kami mempercayai akademi. Hal seperti itu tidak bisa dibeli di sepakbola. Saya yakin para suporter juga ikut bahagia melihat Jude di atas lapangan,” tambah Clotet.
Memang tidak banyak persamaan antara Fati dan Bellingham selain keduanya bermain di sisi kiri lapangan dan sama-sama masih berusia 16 tahun. Bellingham bahkan lebih muda dibandingkan Fati. Ia lahir pada 29 Juni 2003, sementara Fati Oktober 2002. Namun satu yang membuat Bellingham lebih spesial dibandingkan Fati adalah fakta bahwa ia pemain asli akademi Birmingham. Bukan didatangkan dari kesebelasan lain.
Bukan Klub Mapan
FOTO: Birmingham Mail | Francis & Johnson dua pemain akademi beda generasi.
Akademi Birmingham bukanlah tempat yang populer di dunia sepakbola. Jangankan bicara dunia, di Inggris pun mereka kalah pamor. Ketika bicara soal akademi Inggris, pasti akan muncul nama-nama seperti Southampton atau Manchester United. Mungkin juga West Ham United. Tapi tidak dengan Birmingham. Padahal, rival sekota Aston Villa tersebut selalu bisa memproduksi pemain-pemain muda berkualitas setiap tahunnya.
Pada 2013, Kristjaan Speakman selaku kordinator pemain muda Birmingham sempat membuka kunci sukses akademi yang ia asuh. Dirinya sadar bahwa Birmingham tidak memiliki peluang jadi akademi terbaik di Inggris. Tapi hal itu tidak membuatnya khawatir. Menurutnya, Birmingham akan terus memaksimalkan apa yang telah mereka punya selama ini untuk membentuk pemain-pemain muda.
“Akademi di Inggris dibagi ke dalam empat kategori. Level satu sampai empat. Birmingham ada di level kedua. Ada lubang dalam beberapa aspek, tapi secara keseluruhan kami tetap cukup bagus. Saya paham sistem pembagian akademi ini sudah terbukti sukses di Jerman. Jadi saya tidak keberatan,” buka Speakman.
“Jika kalian melihat kategori pertama, mayoritas adalah penghuni enam besar Premier League. Pasalnya, sangat mudah bagi mereka untuk mendapat nilai tinggi dalam semua aspek. Dengan dana yang besar, itu wajar. Kami lebih fokus ke beberapa hal seperti para pegawai yang bekerja di akademi dan lingkungan. Pelatih berkualitas juga jadi kewajiban bagi kami,” jelasnya.
Dengan modal itu, Birmingham dapat memproduksi pemain seperti Bellingham. Bellingham sudah mulai terlibat di tim senior sejak masa kepelatihan Garry Monk ketika usianya masih 15 tahun, dan menjadi pemain termuda dalam sejarah klub. Ia bahkan memecahkan rekor Trevor Francis, legenda Birmingham yang menjalani debut pada usia 16 tahun di 1970.
Tidak Pernah Kehabisan Talenta
Hanya dalam waktu singkat, Bellingham dipercaya akan menjadi pemain hebat. Deluded Gooners, salah satu Youtuber sepakbola dengan lebih dari 13.000 pengikut mengatakan Bellingham sebagai pemain yang sangat menjanjikan. “Dia masih muda, tapi permainan yang ia perlihatkan cukup berkualitas. Ia pemain dengan teknik tinggi, fisik mumpuni, dan tidak egois,” puji Deluded Gooners.
Dalam rekamannya, ia juga mengatakan bahwa dirinya tertarik untuk melihat Bellingham menggunakan seragam Arsenal di kemudian hari. Bahkan ia merasa tak akan butuh waktu lama untuk Bellingham mendapatkan jam terbang di tim senior the Gunners. Tapi, kembali lagi bagaimana Bellingham adalah bukti bahwa akademi Birmingham tak bisa diremehkan.
Beberapa kesebelasan ternama dikenal memiliki akademi kelas dunia. Tapi mayoritas dari mereka mendatangkan pemain-pemain muda itu dari tim lain sebelum dibentuk dengan sistem serta filosofi klub. Ini merupakan hal yang wajar di dunia sepakbola. Manchester City sempat membeli banyak pemain muda setelah kompleks akademi mereka baru dibuka pada 2014. Mereka bahkan sampai membuang Jason Denayer karena kebanyakan pilihan.
Barcelona mendatangkan Fati dari Sevilla dan hal ini sudah terjadi sejak awal kemunculan Andres Iniesta (Albecete) dan Lionel Messi (Newell’s Old Boys). Timothy Fosu-Mensah milik Manchester United merupakan binaan Ajax Amsterdam. Yan Valery serta Michael Obafemi yang mulai terlibat di tim senior Southampton pada 2019/2020 dibeli dari Leyton Orient dan Stade de Rennais. Semuanya wajar. Bahkan Bayern Munchen mulai membeli pemain-pemain muda berkualitas dari sesama klub Bundesliga untuk memperkuat akademi.
Hanya saja, hal seperti itu tidak bisa dilakukan oleh Birmingham City. Tapi, mereka tetap dapat menghasilkan pemain-pemain berkualitas. Mulai dari Bob Latchford, Trevor Francis, Andy Johnson, Craig Fagan, Jordon Mutch, Jack Butland, Nathan Redmond, Demarai Gray, hingga Jude Bellingham!