Julien Faubert sebenarnya punya masa-masa indah ketika berkarier sebagai seorang pemain sepakbola. Ia pernah menjadi bagian dari skuad utama Bordeaux yang sukses dua kali meraih tiket ke Eropa dan satu gelar Coupe de la Ligue. Berkat kariernya bersama Bordeaux pula ia bisa menembus tim nasional. Bahkan Faubert menjadi pemain Prancis pertama yang memakai nomor 10 setelah Zinedine Zidane pensiun.
Selain itu, ia juga pernah menjadi bagian dari skuad utama West Ham United. Faubert memang tidak memberikan apa pun kepada The Hammers, namun setidaknya ia bisa membuktikan kalau permainannya bisa membawa dia ke Premier League yang dianggap sebagai salah satu kompetisi terbaik di Eropa.
Akan tetapi, dua hal itu tampaknya bukan menjadi sebuah jawaban yang muncul ketika membahas pemain yang Sabtu lalu berusia 37 tahun ini. Nama Faubert justru lebih dikenal karena pengalaman pahit yang pernah ia rasakan lebih dari sedekade lalu. Masa-masa ketika ia memperkuat kesebelasan yang namanya jauh lebih mentereng ketimbang Bordeaux dan West Ham.
***
Real Madrid adalah kesebelasan yang dikenal gemar membuat transfer-transfer menggemparkan seperti ketika membeli Luis Figo, Kaka, atau saat dua kali memecahkan rekor transfer ketika membeli Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale. Namun, ada kalanya transfer mereka tidak berjalan sesuai harapan alias rekrutan mereka tidak menunjukkan permainan yang apik dan Faubert adalah salah satunya.
Pada Januari 2009, Real Madrid secara mengejutkan meminjam Faubert dari West Ham. Ia dipinjam selama enam bulan dan memiliki opsi pembelian dengan kontrak tiga musim. Tentu saja ini sebuah kebanggaan bagi Faubert mengingat Madrid sebenarnya ingin merekrut Antonio Valencia dari Wigan. “Saya senang karena ini seperti mimpi buat saya,” ujarnya.
Faubert tentu merasa kaget karena permainannya bisa membawa dia berada dalam salah satu tim terbaik di dunia. Bersama Iker Casillas, Sergio Ramos, Fabio Cannavaro, Raul Gonzales, dan bermain di stadion sebesar Santiago Bernabeu. Pada awalnya, ia menganggap tawaran dari Los Galacticos sebagai sebuah lelucon. “Saya sedang bersiap untuk laga penting dan saya tidak punya waktu untuk omong kosong ini,” begitu kata Faubert.
Bahkan perekrutannya saat itu membuatnya menjadi bahan banter rekan setimnya. Meski hanya bercanda, Mark Noble sempat tidak enak hati bicara dengan Faubert karena orang yang ia ajak bicara tersebut adalah pemain Real Madrid dan menganggap kalau Faubert “kasta-nya” lebih tinggi ketimbang Noble.
Faubert memiliki julukan “si kereta ekspres” karena permainannya yang lincah dan memiliki kecepatan. Berada di Real Madrid, meski hanya pinjaman, menunjukkan betapa cepatnya karier Faubert mengalami peningkatan. Sayangnya, karier si pemain juga menukik dengan cepat di ibu kota Spanyol tersebut.
Dia hanya bermain dua kali selama menjalani masa peminjaman tersebut. Ia bermain 30 menit ketika melawan Racing Santander dan 24 menit saat melawan Athletic Bilbao. Sisanya, ia hanya berada di bangku cadangan atau tidak dibawa sama sekali ke pertandingan.
Sisanya, karier Faubert di Madrid justru dikenang karena tingkah konyolnya. Ia melewatkan satu sesi latihan karena ia mengira kalau saat itu adalah hari libur. Saat itu, hari memang menunjukkan hari Minggu, tapi Real Madrid tetap melakukan sesi latihan.
“Anak itu bingung, tidak lebih. Dia tahu ada peraturan tentang kedisiplinan yang kami buat secara internal dan dia siap untuk mematuhiny sehingga tidak ada masalah, “kata pelatih Madrid, Juande Ramos yang terkesan santai dengan kecerobohan Faubert tersebut.
Yang membuat namanya semakin terkenal adalah saat dia ketiduran di bangku cadangan ketika Real Madrid berhadapan dengan Villarreal di El Madrigal. Dalam video yang beredar menampilkan Faubert yang sedang berbaring nyaman sekali dengan mata tertutup. Ia bersebelahan dengan Rafael Van der Vaart yang tampak tidak memerhatikan tingkah rekan setimnya tersebut. Berita Faubert ketiduran ini kemudian menjadi bahan tertawaan siapa saja yang melihatnya.
Si pemain sadar kalau ia baru saja menjadi tajuk utama pemberitaan. Ketiduran di bangku cadangan saat pertandingan menunjukkan Faubert tidak menghargai perjuangan rekan setimnya di atas lapangan.
Faubert sendiri membantah kalau dia tidur di bangku cadangan. Pada 2016, ia mengungkapkan kalau dia saat itu hanya memejamkan mata. Apes bagi dirinya, karena kamera mengarahkan lensanya sehingga menganggap kalau dia sedang tidur.
“Saya hanya merem saja karena saya bosan setengah detik. Namun mereka (media) mengambil foto saya dan menyebut kalau saya tidur karena tidak bermain. Saya tidak tidur di bangku cadangan. Jauh lebih enak tidur di tempat tidur,” katanya kepada The Athletic.
“Presiden mengatakan kepada saya untuk berhati-hati karena ada banyak juru foto dan kamera di mana-mana. Dari pengalaman itu, saya belajar banyak hal,” kata Faubert menambahkan.
Faubert sendiri mengelak kalau insiden ini yang membuat ia tidak dibeli secara permanen oleh Real Madrid. Jarangnya mendapat kesempatan dan persaingan ketat yang membuatnya kembali ke West Ham dan kembali menjadi pemain inti di sana.
“Saya tidak banyak bermain dan memang tidak memiliki hubungan baik dengan pelatih. Selain itu, ada Arjen Robben yang posisinya sama dengan saya. Meski saya sudah bekerja keras, tapi dia yang akan terpilih karena ia mencetak banyak gol dan bermain lebih sering,” ujarnya.
Meski begitu, pengalaman singkat selama enam bulan di Madrid tetap membuatnya merasa sangat bangga. Setidaknya, ia yang sebelumnya hanya bermain di klub-klub menengah macam Bordeaux dan West Ham, bisa merasakan nikmatnya satu panggung dengan pemain-pemain terbaik di dunia.
Tulisan ini dibuat untuk merayakan ulang tahun ke-37 Julien Faubert pada 1 Agustus lalu