Sepanjang sejarahnya, Internazionale kerap memiliki sejumlah nama hebat yang berdiri di bawah mistar gawang. Sebut saja Giuliano Sarti, Walter Zenga Gianluca Pagliuca, Francesco Toldo, hingga Samir Handanovic. Namun jika berbicara raihan prestasi, nama-nama tersebut tidak ada yang bisa menandingi sosok Julio Cesar.
Pria yang hari ini berulang tahun ke-41 tersebut mengumpulkan 300 penampilan dan meraih 14 gelar sejak bermain di kota Milan pada 2005/2006. Satu dari 14 gelar tersebut adalah trofi Liga Champions yang sukses diraih pada musim 2009/2010 yang menjadi pencapaian tertinggi sepanjang kariernya sebagai pemain sepakbola.
Sebenarnya, gelar yang dimiliki Julio tidak terpaut jauh dengan yang diperoleh Francesco Toldo. Akan tetapi, Toldo meraih gelar tersebut saat statusnya hanya sebagai cadangan dari Julio. Inilah kenapa Julio pantas disebut sebagai kiper yang sukses bersama Inter meski tidak bermaksud untuk tidak menghormati Toldo yang memiliki rekam jejak karier fenomenal bersama Inter.
Julio sebenarnya tidak memiliki fisik yang mendukung untuk seorang penjaga gawang. Tingginya hanya 186cm. Masih kalah tinggi dari kiper lain yang bersinar pada eranya seperti Edwin van der Sar atau Petr Cech. Namun, Julio memiliki refleks dan kelincahan yang cukup baik. Ia juga jago soal membaca arah tendangan penalti. Hingga saat ini, hanya dia kiper Brasil yang mampu menahan 10 tendangan penalti di Serie A. Ia bahkan hanya kebobolan 274 gol dari 300 penampilannya. Sebuah bukti lain dari ketangguhan Julio di bawah mistar.
Untuk mencapai itu semua Julio harus menjalani proses yang cukup sulit. Meski memulai debutnya pada 2005/2006, Julio sebenarnya sudah direkrut Inter pada awal tahun 2005 atau ketika musim 2004/2005 masih berlangsung. Inter membelinya dari Flamengo, kesebelasan profesional pertama yang ia perkuat dan telah meraih tujuh gelar di sana.
Sayangnya, ia tidak bisa bermain untuk La Beneamata karena jatah pemain non Uni Eropa mereka sudah habis. Ia dititipkan dulu ke Chievo. Sayangnya, ia tidak pernah bermain satu kalipun bersama mereka. Lagipula, Toldo saat itu masih berstatus sebagai kiper utama dan penampilannya masih cukup oke.
Meski begitu, Chievo menilai kalau Julio punya kualitas untuk menjadi kiper nomor satu. Sehingga Inter tampaknya sudah bersiap untuk mengganti eks kiper Fiorentina tersebut mengingat usia Toldo juga sudah 33 tahun.
“Kami langsung terpukau dengan kemampuannya. Gerakannya begitu cepat dan dia selalu berada pada posisi paling tepat. Hanya masalah waktu baginya untuk bisa mencapai puncak,” kata Luca Marchegiani.
Benar saja. Seketika musim berganti, Julio langsung menggeser Toldo yang sudah menjadi legenda bagi pemenang Liga Champions tiga kali tersebut. Sejak saat itu, tempatnya tidak tergantikan. Toldo pun juga sadar diri kalau masa depannya saat itu hampir berakhir. Alih-alih hengkang, sang senior memilih bertahan dan menjadi faktor dari bersinarnya Julio bersama Inter.
“Kami saling menyayangi, saling hormat satu sama lain. Inter beruntung memiliki kami berdua dalam periode yang sama. Julio adalah pria yang hebat dan pantas dipercaya. Ia hebat dalam menggunakan kaki dan cepat mengembalikan bola. Reaksinya juga luar biasa,” kata Toldo.
Julio langsung bermain 40 kali pada musim pertamanya dan menyumbangkan tiga gelar termasuk Serie A yang diberikan karena kasus Calciopoli yang menimpa Juventus. Prestasinya itu langsung membawanya ke skuad Brasil pada Piala Dunia 2006 meski ia tidak bermain satu laga pun karena masih kalah bersaing dengan idolanya, Dida.
Sejak saat itu, perannya tidak tergantikan di bawah mistar. Nyaris setiap musim ia bermain hingga 40 laga lebih. Prestasi demi prestasi ia kumpulkan hingga puncaknya adalah ketika ia membawa Inter meraih treble winners musim 2009/2010. Ia bermain di semua pertandingan Liga Italia dan mengumpulkan 17 clean sheet.
“Tiga gelar merupakan mimpi terbesar saya yang pernah menjadi kenyataan. Saya tahu kalau pernyataan itu sepele tapi memang begitu adanya. Sepanjang musim itu, kami tahu kalau kami bisa melakukan sesuatu yang besar,” ujarnya kepada Sempre Inter. Prestasinya itu juga membawanya terpilih sebagai kiper terbaik UEFA.
Akan tetapi, perjalanan Julio bersama Inter berakhir dua musim setelah ia meraih treble. Inter memilih untuk tidak memperpanjang kontrak Julio setelah tidak adanya kesepakatan soal gaji yang ia terima. Saat itu, Inter juga sudah mempersiapkan pengganti lain yaitu kiper anyar yang direkrut dari Udinese, Samir Handanovic.
Kehidupan manusia memang susah ditebak. Ada kalanya kita berada di atas, namun terkadang kita juga bisa berada di bawah. Inilah yang dialami Julio dalam karier indahnya sebagai pemain sepakbola. Khususnya ketika memperkuat Inter. Sukses menggeser legenda klub pada awal kedatangannya, ia kemudian pergi sebagai seorang legenda.
“Menjadi bagian dari keluarga Inter bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh semua orang. Saya berterima kasih kepada Inter dan semua orang yang dekat dengan saya,” ujarnya.
Setelah hengkang dari Inter Milan, Julio sempat memperkuat empat kesebelasan yaitu QPR, Toronto FC, Benfica, dan sempat kembali ke Flamengo hingga akhirnya pensiun pada 2018. Dari empat klub tersebut, hanya bersama Benfica ia bisa memberikan gelar juara. Sementara itu, satu Copa America dan dua gelar Piala Konfederasi adalah raihannya dalam 87 penampilan bersama tim nasional.
Feliz aniversario, Julio!