Rasa gembira yang luar biasa pada akhirnya berakhir dengan air mata. Meski kecewa, para penggemar kesebelasan negara Jepang tetap menuruti filosofinya. Dengan tas plastik, mereka kembali memunguti sampah yang berserakan di Rostov Arena.
Dua gol dari Genki Haraguchi dan Takashi Inui, sempat membuat perasaan para penggemar Jepang membuncah. Harapan mereka untuk bisa melaju lebih jauh dari babak 16 besar hampir terwujud. Akan tetapi, lawan yang mereka hadapi bukan sekumpulan orang yang biasa mereka hadapi di level Asia. Lawan mereka adalah Belgia yang bahkan disebut punya peluang menjuarai Piala Dunia.
Tiga gol yang bersarang ke gawang Jepang memang membuat kecewa buat para penggemar Jepang manapun. Proses gol Belgia terasa begitu mudah diprediksi. Kekecewaan pun mendera seluruh negeri.
Akan tetapi, ada satu hal yang bikin semua orang angkat topi buat Jepang dan para suporternya. Mereka tetap menjaga kebersihan stadion, meski tak akan lagi hadir di Rusia. Fenomena yang mencuat sejak Piala Dunia 2014 ini, dilanjutkan pada Piala Dunia 2018 sejak fase grup.
This is my favourite moment of the World Cup so far; Japan fans picking up litter after their victory vs Columbia. The lessons in life we can take from the game. Why I support 🇯🇵 #class✅#respect✅#WorldCup pic.twitter.com/FyYLhAGDbi
— Christopher McKaig (@Coachmckaig) June 19, 2018
Hal ini membuat banyak penggemar menaruh rasa hormat atas apa yang dilakukan suporter Jepang. Bahkan, sebuah foto menunjukkan ruang ganti kesebelasan negara Jepang yang bersih seperti belum terpakai, dengan kertas bertuliskan “Terima kasih” dalam bahasa Rusia.
Merupakan Kebiasaan
Japan 👍👍👍
The fans cleaning the stands and the team cleaning their changing room, and even leaving a thank you note in Russian. 😊 pic.twitter.com/w7E2GlrA7Z— Soccer AM (@SoccerAM) July 3, 2018
Kepada BBC, Scott McIntyre, menyatakan kalau apa yang dilakukan suporter Jepang merupakan hal yang biasa di pertandingan sepakbola di Jepang.
“Ini bukan cuma bagian dari budaya sepakbola, tapi juga budaya Jepang. Anda sering dengar kalau sepakbola adalah cerminan budaya. Sebuah aspek penting dalam masyarakat Jepang adalah memastikan kalau semuanya bersih dan dalam kasus ini dalam semua acara olahraga, termasuk juga sepakbola,” kata McIntyre.
Kebiasaan tersebut juga ditiru para penggemar Senegal. Usai pertandingan menghadapi Jepang, terlihat sejumlah penggemar Senegal memunguti sampah bersama-sama dengan suporter Jepang.
Di stadion, biasanya suporter Jepang menepuk pundak orang yang meninggalkan makanan. Itu tandanya, mereka meminta orang yang ditepuk pundaknya itu untuk membawa makanannya, bisa dibuang atau dibawa pulang, tapi jangan ditinggal di sana. Kebiasaan ini sudah mendarah daging sejak kecil.
“Membersihkan usai pertandingan sepakbola adalah sebuah perpanjangan dari perilaku dasar yang diajarkan di sekolah di mana siswa membersihkan kelas dan lorong,” kata Profesor Sosiologi di Osaka University, Scott North. “Dengan pengingat yang secara konstan sejak masa kanak-kanak, perilaku tersebut menjadi kebiasaan buat kebanyakan populasi Jepang.”
Selain itu, dengan kian berkembangnya media sosial, perilaku membersihkan stadion ini menjadi cara berekspresi suporter Jepang untuk menunjukkan budayanya. “Tempat apa yang lebih baik untuk membuat pernyataan tentang pentingnya tanggung jawab untuk planet ini, lebih dari Piala Dunia?” tambah North.
McIntyre sendiri meyakinkan kalau hal ini memang sesuatu yang benar terjadi. Jepang dibangun atas rasa hormat dan sopan santun. Cara ini juga untuk meluaskan rasa hormat itu ke sepakbola.
“Aku pikir itu merupakan hal yang hebat saat Piala Dunia membawa begitu banyak negara dan orang-orang bersama dan bisa belajar hal-hal semacam itu. Inilah keindahan dari sepakbola,” kata McIntyre.