Kekurangan Phil Neville di Timnas Perempuan Inggris

Phil Neville harus memahami bahwa tindakan akan berbicara lebih keras daripada sebuah kata-kata. Meskipun di satu sisi, manajer timnas perempuan Inggris Inggris itu telah melakukan pekerjaan yang masuk akal, namun masih belum memenuhi standar tinggi yang telah ia tetapkan sendiri untuk mengayomi pemain-pemain perempuan asuhannya.

Menunjuk dengan tidak memberi tahu.”

Dikutip dari The Guardian, itu adalah teknik kuno yang digunakan oleh seorang penulis dan pembuat film yang ingin menyampaikan cerita mereka dengan cara menempatkan pembaca atau penonton film pada posisi karakter yang terlibat.

Jangan bilang bahwa bulan bersinar,” salah satu ungkapan yang ditunjukkan dalam teknik tersebut. “Tapi tunjukkan padaku kilatan cahaya pada pecahan kaca.”

Orang-orang pasti bertanya-tanya apa yang sebenarnya dimaksud oleh si pembuat dialog tersebut? Nah, hal seperti inilah yang sering dilakukan Phil Neville dalam pendekatannya di timnas perempuan Inggris. Sejak pengangkatannya 18 bulan yang lalu, ia tidak pernah lambat dalam memberi tahu semua orang betapa baiknya ia beserta para pemainnya. Namun, pada kenyataannya, mereka sama sekali belum menunjukkan “apa bukti dari semua itu”.

Di awal kariernya sebagai pelatih, Neville sendiri sempat terlibat masalah di timnas perempuan Inggris. Diungkapkan kepada pers, ia dipaksa untuk memulai masa jabatannya dengan permintaan maaf atas “propaganda” yang salah arah ke ranah politik gender di media sosial, kemudian ia harus membela diri terhadap tuduhan yang mengatakan bahwa “seseorang dengan sedikit pengalaman dalam sepakbola perempuan tidak cocok untuk melatih timnas perempuan”.

Neville pun terpacu dengan menjawab, “Yah sebenarnya jika Anda melihat kandidat-kandidat yang dipanggil untuk pekerjaan ini, saya mungkin yang terbaik karena saya telah bekerja di tingkat elit,” tuturnya setelah mengumumkan diri sebagai pelatih timnas perempuan Inggris.

Terlepas dari tujuannya yang besar untuk memenangkan Piala Dunia Perempuan di Prancis kemarin, tim asuhan Neville tentu saja bermain apik di kompetisi tersebut, dan malah tidak mempermalukan diri mereka sendiri. Namun, mereka semua dipaksa masuk ke dalam “ambisi kosong tanpa tindakan” setelah kekalahan mereka dalam pertandingan perebutan juara tiga. Neville kemudian merespons hal itu dengan mengatakan, “Haruskah saya mengatakan ‘omong kosong’? Mungkin tidak, saya tahu tim saya seharusnya bisa menang saat itu.”

Sejak saat itu pula, semua orang menyimpulkan bahwa Phil Neville hanya terus mampu membuat beberapa klaim yang luar biasa. Berbicara sebelum pertandingan tandang melawan Belgia dan Norwegia, ia juga sempat mengklaim dirinya “memiliki visi yang tidak dimiliki orang lain”. Dan bukan hanya visi yang unik, bahkan keberanian yang besar. Ia mengatakan, “Saya punya visi beserta keberanian yang mungkin tidak dimiliki pelatih lain. Jadi, apakah Anda tahu itu?”

Di media sosial, banyak retorika yang tidak masuk akal soal Phil Neville. Ia kerap disebut sebagai “pria penghibur” lewat mulutnya. Padahal, ia adalah manajer sepakbola, yang mungkin sedikit berbeda karena ia mengatakan hal-hal tertentu pada waktu-waktu tertentu (dengan memanfaatkan situasi). Maka wajar mengapa saudara kandung Gary Neville itu yakin apa yang sering keluar dari mulutnya itu adalah apa yang ingin didengar oleh pendengarnya.

Namun, ucapan Neville yang fasih dan disukai banyak orang ini cenderung lebih berbobot ketika ia sedang tidak memakai blazer-nya (sedang tidak aktif melatih), dan memberi tahu semua orang tentang apa yang sebenarnya perlu mereka dengar. Misalnya, ketika ia membahas tentang keadaan Bury yang menyedihkan. Mantan pemain Everton itu tampak berkabung dengan serius ketika memberi tahu soal klub yang sangat dekat dengan hatinya harus bangkrut karena tidak mampu mengumpulkan dana dan diusir dari Football League.

“Saya hancur. Itu memalukan. Bury, setelah 125 tahun, tidak lagi memiliki klub sepakbola. Jantung kota telah terkoyak. Sekarang terserah orang-orang Bury, termasuk saya sendiri, untuk mencoba mengembalikan hati ke kota yang sangat bergantung pada klub sepakbola itu. Hal ini sangat emosional bagi saya. Ibu saya memberikan hati dan jiwanya kepada klub itu, dan ayah saya juga melakukan hal yang sama,” ungkap Neville.

Tampak seperti syair bukan? Yang jelas ini bukan syair sesungguhnya. Phil Neville hanya menjelaskan perasaannya saat melihat klub dambaannya harus bangkrut karena masalah finansial. Namun, inilah salah contoh ucapan yang dimaksud tadi, dan (ucapan yang sejenis) menjadi alasan mengapa Neville sering dikritik soal prakteknya yang lebih menuai banyak kata-kata indah ketimbang sebuah tindakan.

Sekali lagi, sejak mengambil posisi sebagai pelatih timnas perempuan Inggris, Neville telah melakukan pekerjaan yang cukup layak, akan tetapi belum memenuhi standar tinggi yang ditetapkannya sendiri saat ia menerima jabatan besar tersebut. Yang mampu ditunjukkannya justru adalah kekurangan rasa malu ketika Inggris tersingkir dari semifinal Piala Dunia oleh AS, dan dalam kekalahan itu Neville malah menampilkan kenaifan taktis yang terkadang berbatasan dengan kesombongan.

Contohnya adalah ketika ia memainkan pemain sayap sebagai pemain nomor 10 di pertandingan besar seperti itu. Ini jelas menjadi bumerang baginya, dan sementara kegigihannya yang terus-menerus melakukan rotasi juga sering kali tampak seperti sebuah keputusan yang tidak perlu. Terlebih lagi, terdapat ketidakmampuan para pemain timnas perempuan Inggris yang terbilang lucu ketika kerap gagal memberi umpan sudut dan umpan silang di atas lapangan.

Maka, wajar mengapa Neville dituntut untuk memberi bukti yang jelas. Karena sekarang, banyak PR yang harus dilakukan, dan tidak perlu lagi banyak-banyak berbicara dengan untaian kata yang indah. Seandainya Neville berubah menjadi setengah dari seorang visioner pemberani seperti yang diklaimnya, anak-anak asuhnya pasti benar-benar berada di tangan yang sangat aman ketika mereka mulai berkompetisi lagi di Olimpiade tahun depan di Tokyo.

Nah dengan begitu, orang-orang nantinya tidak perlu lagi mendengar ucapan yang memberi tahu mereka bahwa “medali emas itu berkilau”. Cukup menangkan saja turnamen itu, dan tunjukkan bahwa kilau yang dimaksud sudah melingkari leher-leher para pemain timnas perempuan Inggris.