Keputusan Aneh Milan Jual Pirlo ke Juventus

Di usia 32 tahun, Andrea Pirlo menemukan posisi terbaiknya. Usianya menua, tapi kualitasnya tidak. Ia bermain lebih dalam dan memaksimalkan kemampuan terbaiknya: melepaskan umpan panjang.

Sepanjang empat musim di Juventus, empat kali pula Pirlo berkontribusi meraih trofi Serie A dan sekali ke final Liga Champions. Pirlo sendiri baru pensiun di usia 38 tahun di New York City Cosmos pada 2017.

Melihat kehebatan Pirlo di usia 30-an tahun, aneh rasanya melihat mengapa ia pergi dari AC Milan. Atau lebih tepatnya, mengapa Milan setuju kontraknya tidak diperpanjang?

Karier yang Unik

Karier Andrea Pirlo sangat cemerlang. Debutnya di level senior dicatatkan pada usia 16 tahun bersama Brescia. Tiga tahun berselang, ia direkrut Inter Milan. Meski tidak jadi pemain kunci, dan lebih sering dipinjamkan, tapi kualitasnya tetap terlihat.

Pirlo memakai jersey nomor 10 di timnas Italia U-21 yang berlaga di Piala Eropa U-21. Ban kapten pun melingkar di lengannya. Ia membawa Italia U-21 juara, menjadi topskorer turnamen, serta dianugerahi gelar pemain terbaik. Sadar dengan potensinya di masa depan, AC Milan sampai mengeluarkan 17 juta euro untuk mendatangkannya.

Sebelumnya, pelatih Brescia, Carlo Mazzone, sudah menempatkan Pirlo sebagai regista. Soalnya, sebelum meminjam Pirlo dari Inter, Mazzone sudah mendapatkan gelandang bagus: Roberto Baggio. Mau tidak mau, Pirlo pun dimainkan lebih dalam.

Di AC Milan, Carlo Ancelotti menjadikannya sebagai deep-lying playmaker. Kemampuan tendangan bebasnya dilatih dengan baik. Ini menjadikannya sebagai salah satu penendang bebas terbaik di Italia.

Bersama AC Milan, Pirlo memang cuma meraih dua gelar Serie A sepanjang 2001-2011. Namun, ia juga berhasil membawa Milan dua kali juara Liga Champions pada 2002/2023 dan 2006/2007.

Dalam formasi 4-3-1-2 ataupun 4-3-2-1, Pirlo kerap dimainkan tepat di depan bek. Ini membuatnya bisa bermain dengan gelandang serang berbakat lain seperti Rivaldo, Rui Costa, dan tentu saja, Kaka. Sementara pos dua gelandang lain biasa diisi Gennaro Gattuso, Clarence Seedorf, atau Massimo Ambrosini.

Pirlo pun mendapatkan julukan the metronome di AC Milan. Soalnya, dialah menentukan ritme permainan Milan.

Pada musim keduanya, Pirlo menjadi yang terdepan dalam empat kategori: jumlah umpan (2589), penguasaan bola (123 jam 39 menit), bola yang sukses (661), umpan sukses (2093). Di musim itu, rataan umpannya mencapai 90!

Kontrak yang Tak Diperpanjang

Meski sempat mengalami naik turun, tapi siapapun jelas setuju kalau Pirlo memegang peran penting bagi AC Milan. Pada 2009, ketika Kaka dan Ancelotti pindah, Pirlo juga terpikir untuk pindah. Apalagi, Chelsea menawarinya untuk bergabung. Akan tetapi, tawaran ini ditolak Silvio Berlusconi.

Pada 2010, Pirlo mengalami cedera. Ini berdampak pada absennya ia di dua pertandingan awal Italia di Piala Dunia 2010. Ia cuma main di pertandingan ketiga melawan Slovakia, itu pun sebagai pemain pengganti. Italia tampil mengecewakan di Piala Dunia 2010 dengan gagal lolos dari fase grup.

Entah ada hubungannya atau tidak, tapi usai Piala Dunia, jumlah penampilan Pirlo menurun drastis. Pelatih Milan, Max Allegri, lebih memilih memainkan Mark van Bommel di lini tengah.

Menurunnya jumlah penampilan membuat Pirlo memilih untuk meninggalkan AC Milan. pada akhir musim 2010/2011. Soalnya kontraknya memang habis di musim panas itu. Pirlo juga memang tak berencana untuk memperpanjangnya.

“Aku di sini untuk mengucapkan selamat tinggal. Ini adalah 10 tahun yang tak terlupakan dan ini adalah perpisahan yang berdasarkan kesepakatan. Apakah aku berharap Milan menyesal kehilanganku? Ya,” kata Pirlo saat itu.

Alasan Milan Melepas Pirlo

Saat itu, agaknya wajar kalau Milan melepas Pirlo. Usianya sudah 32 tahun dan cedera mulai menderanya. Namun, secara statistik tidak demikian. Selama empat musim di Juve, rataan umpan suksesnya selalu di atas 85 umpan per pertandingan!

Selama empat tahun di Juve, ia mencatatkan 164 penampilan, mencetak 19 gol yang 15 di antaranya berasal dari tendangan bebas, dan memberikan 39 asis. Kalau masih moncer, lantas kenapa Milan melepas Pirlo?

Sejatinya, Pirlo mengakui kalau keinginan untuk tak memperpanjang kontrak ada dari pihaknya. Milan menawarinya perpanjangan kontrak selama setahun. Namun, penawaran ini ditolak karena Pirlo ingin tiga tahun. Akan tetapi bukan itu masalahnya.

“Alasan sebenarnya di balik mengapa aku meninggalkan Milan adalah karena Allegri ingin menggunakan Ambrosini dan Van Bommel di depan lini pertahanan,” kata Pirlo kepada La Gazzeta dello Sport.

Hal ini membuat Pirlo harus mengubah posisi di atas lapangan dan ia tak mau. Menurut Pirlo, Milan memutuskan kalau dirinya sudah tak berguna lagi buat tim. Ia pun mengerti dengan keputusan tersebut.

Pirlo tidak bisa menoleransi keinginan Allegri tersebut. Maka ia dengan mudah memutuskan untuk pindah. Tentu, banyak yang menganggapnya gila karena ia meninggalkan Milan.

“Aku lalu menjawab bahka ketika aku memutuskan untuk bergabung dengan klub lain, aku melakukannya karena aku ingin menang. Dan aku juga bilang kalau kami bisa memenangi Scudetto,” kata Pirlo.

Benar saja, di musim pertamanya bersama Juventus, ia meraih Scudetto, bahkan dengan status unbeaten. Direksi Juve lega karena mengeluarkan uang yang relatif sedikit untuk membawa Pirlo, tapi hasilnya juara. Di sisi lain, Pirlo senang karena keputusan Milan melepasnya, justru menguntungkannya.

Buat beberapa pendukung Milan, Pirlo adalah pengkhianat karena pindah ke tim rival. Namun, Pirlo adalah pengkhianat dengan 4 Scudetto bersama Juventus.