Jordan Larsson harusnya bisa jadi penyelamat Copenhagen di laga fase grup Liga Champions. Menghadapi Manchester United, ia menjadi eksekutor penalti pada menit terakhir pertandingan. Namun, tendangannya bisa ditahan oleh Andre Onana. Copenhagen pun akhirnya kalah.
Buat penggemar Manchester United, mendengar nama Jordan Larsson mengingatkan mereka pada satu sosok yang melegenda bernama Henrik Larsson. Ia pernah menjadi cult hero United padahal bermain tak lebih dari tiga bulan. Dan benar saja, Jordan adalah putra dari Henrik; sang legenda yang begitu singkat kisahnya bersama The Red Devils.
Henrik Larsson Sebagai Opsi Pengganti
Manchester United kekurangan penyerang di musim 2006/2007. Ruud van Nistelrooy sudah pindah ke Real Madrid. Sementara pada akhir 2006, Ole Gunnar Solskjaer dan Alan Smith menepi karena cedera. Lini serang United hanya diisi oleh Wayne Rooney dan Louis Saha.
Sir Alex Ferguson pun berusaha mendatangkan striker tambahan agar peluang meraih gelar juara tetap terjaga. Saat itu, Henrik Larsson yang memperkuat Helsingborg, tengah menjalani libur musim dingin selama tiga bulan. United pun langsung mengontraknya dengan status pinjaman.
Umur Larsson saat itu sudah 35 tahun. Banyak yang menganggap kariernya sudah habis. Apalagi ia sudah main di Swedia di akhir kariernya tersebut. Sedikit yang berpikir kalau ia akan sukses dalam masa pinjaman tersebut. Suporter United sendiri menganggap kalau perekrutan Larsson adalah cara Keluarga Glazers untuk menghemat uang.
Dampak Larsson untuk United
Larsson pun memaksimalkan masa peminjamannya yang singkat tersebut. Debutnya adalah di laga Piala FA melawan Aston Villa. Ia menunjukkan kalau dirinya belum selesai. Larsson mencetak gol debutnya dengan indah di laga tersebut. Larsson melakukan perayaan gol dengan begitu semangat; seolah-olah ia adalah pemain akademi yang baru dipromosikan.
#OnThisDay 12 years ago, Henrik Larsson made his #MUFC bow…
…what a way to announce yourself to the Stretford End faithful! 💥 pic.twitter.com/sgDA0NxpTe
— Manchester United (@ManUtd) January 7, 2019
Memang, secara kecepatan Larsson sudah tak segesit dulu. Akan tetapi, ia masih punya penyelesaian akhir kelas dunia serta ketenangan di depan gawang.
Ia kembali mencetak gol di laga melawan Watford. Dalam prosesnya, ia menunjukkan kemampuan mencetak golnya dengan membuat kiper bergerak ke sisi sebaliknya.
“Larsson dengan cepat membuktikan dirinya sebagai favorit para penggemar, yang menyukai tipu muslihat, teknik luar biasa, dan penampilan tanpa pamrihnya,” tulis Nathan Egerton dari Planet Football.
Laga terakhir Larsson di Old Trafford hadir dalam laga melawan Lille di Liga Champions pada babak 16 besar. Larsson mencetak gol dengan menanduk umpan silang Cristiano Ronaldo. Gol ini sekaligus membawa United ke perempat final. Ia pun meninggalkan lapangan dengan diiringi standing ovation. Cuma sedikit pemain United yang bisa mendapatkan penghargaan seperti ini, dan salah satunya adalah Larsson.
Menjadi Pemimpin di Ruang Ganti
Musim 2006/2007 bukanlah momen yang bagus buat United. Soalnya, saat itu mereka telah ditinggalkan oleh para pemian senior termasuk David Beckham dan Roy Keane. Skuad United diisi oleh sejumlah pemain yang lebih muda dan kurang berpengalaman seperti Michael Carrick, Wayne Rooney, dan Cristiano Ronaldo.
Ruang ganti yang belum berpengalaman juga ditambah dengan fakta bahwa United belum juara liga sejak 2003. Para pemain butuh pemimpin lain dan pemain berpengalaman yang pernah meraih gelar juara. Larsson adalah sosok yang tepat.
Larsson tampak begitu cocok main di Old Trafford. Sosoknay mengingatkan pada Eric Cantona. Hal ini diceritakan oleh Sir Alex Ferguson. Ia bilang kalau saat kedatangannya, Larsson bagaikan sosok yang dikultuskan oleh para pemain.
“Mereka akan menyebut namanya dengan nada kagum. Status kultus bisa hilang dalam dua menit jika seorang pemain tidak melakukan tugasnya, tapi Henrik tetap mempertahankan aura itu selama dia bersama kami,” cerita Fergie.
Kembali ke Swedia
Pada Maret 2007, masa peminjaman Larsson usai sudah. Musim Helsingborgs akan kembali dimulai.
United sendiri begitu terkesan pada Larsson. Mereka ingin agar Larsson bertahan hingga akhir musim. Namun, Larsson sudah kadung berjanji pada Helsingborgs kalau ia akan segera kembali.
“Kami ingin dia bertahan, tapi yang jelas dia telah berjanji kepada keluarganya dan Helsingborg dan aku pikir kami harus menghormatinya – tapi aku akan melakukan apa pun untuk mempertahankannya,” kata Ferguson.
Laga terakhir Larsson untuk United adalah laga tandang melawan Middlesbrough di Piala FA. Usai laga, ia mendapatkan penghormatan terakhir di ruang ganti.
“Saat dia kembali ke ruang ganti, semua pemain berdiri dan bertepuk tangan untuknya dan staf pun ikut bergabung. Hanya ada beberapa pemain untuk membuat dampak itu dalam tiga bulan.”
Larsson sebenarnya cuma main 13 kali untuk United dan cuma mencetak tiga gol. Namun secara statistik, United tidak pernah tertinggal selama ia ada di lapangan. The Red Devils pun memenangi 10 laga di antaranya.
Di akhir musim, United menjuarai Premier League. Sayangnya Larsson tak mendapatkan medali juara karena dibutuhkan 10 pertandingan liga untuk mendapatkannya. Meski demikian, peran Larsson tidak diragukan lagi. Ia menjadi pelapis yang tepat saat Solskjaer dan Smith cedera. United pun memohon pada Premier League untuk memberikan pengecualian pada Larsson.
Larsson sendiri mengakui kalau ia sebenarnya ingin setidaknya menghabiskan satu musim lagi di United. Ia bilang kalau kepulangannya ke Swedia adalah sesuatu yang ia sesali dalam kariernya.
“Namun, aku masih punya kontrak dengan Helsingborgs dan aku merasa saat Anda menandatangani kontrak, Anda harus menyelsaikannya,” kata Larsson.
Larsson bagaikan antitesis pesepakbola hebat. Umurnya sudah 35 tahun, cuma main tiga bulan, tapi mendapatkan respek yang luar biasa dari para penggemar Manchester United. Ia pun dikenang sebagai salah satu cult hero yang dimiliki The Red Devils hingga saat ini.
Sumber: Nathan Egerton dari Planet Football.