Kesuksesan Unai Emery di Europa League

Di Premier League, Unai Emery bukanlah pelatih sukses. Menggantikan Arsene Wenger dengan segala prestasinya, Emery tak bisa membuat The Gunners kembali berlaga di Liga Champions.

Meski demikian, di musim pertamanya, Emery sempat menghadirkan harapan setelah melangkah ke final Europa League. Para penggemar Arsenal berharap banyak karena Emery dikenal sebagai pelatih yang sukses di “Liga Malam Jumat”.

Bagaimana tidak? Bersama Sevilla, ia menjuarai Europa League; tiga kali; secara beruntun!

Namun, dalam laga yang digelar di Baku, Azerbaijan tersebut, Arsenal justru kalah dengan skor besar, 1-4 dari rival sekota, Chelsea. Sejak malam dingin tersebut, Emery dianggap kehilangan tuahnya di Europa League.

Sampai akhirnya, malam itu tiba dua tahun kemudian. Emery membawa Villareal ke final Europa League 2020/2021. Seperti biasa, media Inggris begitu percaya diri bahwa kedua trofi Eropa akan dibawa oleh klub Inggris.

Trofi Liga Champions sudah pasti dimiliki tim Inggris karena mempertemukan Manchester City dan Chelsea. Tim Inggris juga berpeluang untuk bertemu di final Europa League. Ironisnya, Arsenal kalah di semifinal dari Villareal, alias kalah oleh mantan pelatihnya sendiri.

Lantas, bagaimana sebenarnya performa Emery di lima final Europa League yang ia jalani?

Sevilla 0-0 Benfica (Sevilla menang 4-2 lewat penalti) – 2013/2014

Final Europa League pertama Emery terjadi di Juventus Stadium pada 14 Mei 2014. Lawan yang ia hadapi adalah wakil Portugal, Benfica.

Uniknya, Sevilla harus menghadapi semua wakil Spanyol di fase gugur: Real Betis di babak 16 besar dan Valencia di babak semifinal. Sementara itu, Benfica tampil bagus di fase grup dengan berturut-turut mengalahkan PAOK 4-0, Tottenham Hotspur 5-3, AZ Alkmaar 3-0, dan Juventus 2-1.

Di musim itu, Sevilla mestinya tak lolos ke Europa League. Tim yang lolos harusnya Malaga. Namun, Malaga dikeluarkan dari semua kompetisi UEFA. Alhasil, peringkat kedelapan yang berhak lolos, yakni Rayo Vallecano.

Sevilla beruntung karena UEFA juga mengeluarkan Rayo dari semua kompetisi UEFA. Soalnya, Rayo gagal mendapatkan “UEFA License” sebagai syarat mengikuti semua kompetisi UEFA.

Pertandingan di final itu berlangsung ketat. Meski menguasai bola, tapi Sevilla kalah dalam membikin peluang. Sevilla melepaskan 11 attemps, sementara Benfica 21 attemps, yang kebanyakan dilakukan di babak kedua. Pertandingan kemudian dilanjutkan ke babak adu penalti.

Babak adu penalti tersebut hanya berlangsung hingga penendang keempat. Soalnya, Dua penendang Benfica, Oscar Cardozo dan Rodrigo gagal melaksanakan tugasnya dengan baik.

Gelar ini menjadi yang ketiga buat Sevilla yang menyamai raihan Juventus, Inter Milan, dan Liverpool.

Sevilla 3-2 Dnipro – 2014/2015

Saat itu, juara Europa League tidak otomatis lolos ke Liga Champions. Di saat yang sama, Sevilla hanya menempati peringkat kelima di La Liga. Artinya, Sevilla harus kembali mengarungi Liga Malam Jumat dengan status juara bertahan.

Di musim ini, Sevilla hampir tidak menemukan kesulitan berarti di fase gugur. Mereka menang 4-2 dari Borussia Monchengladbach, 5-3 dari Villareal, 4-3 dari Zenit St. Petersburg, dan 5-0 di semifinal atas Fiorentina.

Lawan yang mereka hadapi adalah Dnipro Dnipropetrovsk, wakil dari Ukraina, yang mengalahkan tim top seperti Napoli dan Ajax Amsterdam.

Di final yang digelar di National Stadium, Warsawa, tersebut, pertandingan berlangsung lebih ketat dari final tahun sebelumnya. Dnipro sempat unggul lewat mantan penyerang Blackburn Rovers, Nikola Kalinic, pada menit ketujuh. Sevilla membalas dan balik unggul lewat Grzegorz Krychowiak dan Carlos Bacca. Semenit sebelum babak pertama berakhir, Dnipro menyamakan kedudukan lewat Ruslan Rotan.

Di babak kedua, Dnipro meningkatkan penyerangan. Sayangnya, hal ini membuat gawang mereka jebol oleh Bacca untuk kedua kalinya. Pertandingan pun berakhir tanpa babak perpanjangan waktu, dengan kemenangan Sevilla 3-2. Kemenangan ini menjadikan Sevilla sebagai tim pertama yang bisa mempertahankan gelar sejak Europa League direbranding pada 2009.

Sevilla 3-1 Liverpool – 2015/16

Berbeda dengan musim sebelumnya, kini juara Europa League berhak lolos langsung ke Liga Champions. Ditambah lagi, Sevilla hanya menempati peringkat kelima di La Liga.

Akan tetapi perjalanan Sevilla di Liga Champions tidaklah mulus. Tergabung di Grup D, Sevilla gagal lolos setelah bersaing bersama Manchester City dan Juventus. Untungnya, Sevilla ada di peringkat ketiga yang membuat mereka ditransfer otomatis ke babak 32 besar Europa League.

Di fase gugur, Sevilla menang 3-1 dari Molde, 3-0 dari Basel, 5-4 lewat adu penalti dari Bilbao, dan 5-3 dari Shakhtar Donetsk. Di final, tengah menanti wakil Inggris, Liverpool, yang menggunakan jasa pelatih baru, Jurgen Klopp.

Di laga final yang digelar di St. Jakob-Park, Basel, tersebut, Liverpool sempat unggul 1-0 di babak pertama. Secara jumlah attemps Sevilla kalah jauh: 5 berbanding satu.

Di babak kedua, Sevilla meningkatkan serangan. Hasilnya, Kevin Gamerio mencetak gol penyama kedudukan semenit saat laga dimulai dan Coke mencetak dua gol pada menit ke-64 dan ke-70.

Kemenangan ini menghadirkan rekor fantastis buat Sevilla dan Emery: tiga gelar Europa League secara beruntun!

Chelsea 4-1 Arsenal – 2018/2019

Setelah melatih Paris Saint-Germain, Emery direkrut Arsenal sebagai pengganti Arsene Wenger. Di musim pertamanya, ia membawa The Gunners ke final Europa league dan berhadapan dengan Chelsea, sekaligus menjadikan final pertama antara dua kesebelasan dari kota yang sama.

Sayangnya, Emery gagal mengulangi kesuksesannya bersama Sevilla, usai dikalahkan The Blues 1-4. Enam bulan kemudian, ia didepak Arsenal.

Villareal 1-1 Manchester United (Villareal menang 11-10 di adu penalti)

Emery sempat menganggur selama delapan bulan, sebelum direkrut Villareal. Di musim pertamanya, ia membawa Villareal ke final kompetisi Eropa pada Mei 2021. Lawannya sulit: Manchester United.

Dalam laga yang digelar di Gdansk tersebut, Villareal unggul lebih dulu lewat Gerard Moreno pada menit ke-29. Namun, pada menit ke-55 Edinson Cavani menyamakan skor. Pertandingan bertahan hingga babak adu penalti.

Tak disangka, babak adu penalti berjalan begitu panjang hingga semua pemain di atas lapangan punya kesempatan menendang bola. Penendang terakhir Villareal adalah Geronimo Rulli sementara penendang terakhir United adalah De Gea.

Rulli berhasil menuntaskan tugas dua kali: ia berhasil mencetak gol dan setelahnya menahan tendangan De Gea. Ini menjadi kemenangan pertama Villareal di Europa League dan gelar keempat Unai Emery sepanjang karier kepelatihannya.

Wajar kalau UEFA Europa League atau UEL, diganti kepanjangannya menjadi Unai Emery League.