Akhir April 2019, Juventus resmi menanggalkan tradisi yang mereka pegang selama 116 tahun. Kostum belang hitam-putih yang sudah menjadi identitas Si Nyonya Tua sejak 1903 kabarnya tak lagi digunakan. Pada musim 2019/2020, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan akan mengenakan kostum putih-pink-hitam sebagai pengganti warna tradisional mereka.
Juventus memang sedang dalam proses pengemasan ulang. Pada 2017, mereka mengubah logo klub menjadi huruf ‘J’. “Kami harus menjadi lebih dalam lagi ke arus utama sepakbola. Mengubah logo merupakan cara kami mengincar kaum millenials. Mereka yang bukan fans sepakbola klasik. Kami harus lebih masuk ke dalam kultur populer,” jelas Presiden Juventus Andrea Agnelli.
Setelah logo, kini giliran kostum tim diubah. Ini adalah perubahan kedua yang dilakukan Si Nyonya Tua setelah sebelumnya memilih pink sebagai warna kebesaran mereka. Perubahan pertama dilakukan karena warna pink lama-kelamaan pudar. Tak seperti hitam-putih yang jadi warna kebesaran mereka sejak 1903.
Ide untuk mengadopsi warna hitam-putih lahir dari mantan penyerang Juventus, Gordon Thomas “John” Savage. Bermain di Italia sejak 1987, Savage memulai kariernya di Notts County, Inggris. The Magpies bukan hanya memberi inspirasi kepada Juventus tapi juga Newcastle United yang memiliki julukan sama dengan mereka.
Black and white brothers ⚪️⚫️
The descendants of Tom Savage and a troupe of @Official_NCFC fans visit J|Museum. Great to have you with us! pic.twitter.com/REY4B5VZ5c
— JuventusFC (@juventusfcen) April 23, 2017
Notts County adalah salah satu kesebelasan pendiri Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) serta Football League, empat divisi sepakbola Inggris yang kini berada di bawah Premier League. Hingga 2018/2019, mereka dikenal sebagai kesebelasan profesional paling tua di Inggris, bahkan dunia. Namun semua itu berubah di 2019/2020.
Status Magpies bukan berubah karena ingin menggaet kaum milenial layaknya Juventus. Mereka terdegradasi dari League Two setelah menduduki posisi 23 di klasemen akhir liga. Hanya mengoleksi 41 poin dari 46 pertandingan.
Cedric Evina dan kawan-kawan tercatat sebagai kesebelasan dengan rekor kebobolan terburuk (84) dan memilih selisih gol paling banyak (-36) di League Two 2018/2019.
Mantan gelandang Bolton Wanderers, Kevin Nolan, ikon sepakbola Australia, Harry Kewell, hingga jebolan Inggris U21, Neal Ardley, tidak ada yang bisa menyelamatkan Notts County. Padahal jika melihat komposisi yang dimiliki the Magpies, mereka seharusnya berpeluang bertahan di League Two.
Mantan pemain Sunderland dan Blackpool, David Vaughan di tengah. Salah satu ujung tompak terbaik dari Plymouth, Lewis Alessandra, memimpin penyerangan bersama ujuk tombak legendaris Football League, Jon Stead. Sementara di lini belakang ada penjaga gawang Inggris U20, Ryan Schofield dan bek jebolan akademi Arsenal, Cedric Evina.
Kenyataannya, mereka tersungkur di zona merah League Two. Bahkan juru kunci, Yeovil Town punya rekor gol dan kebobolan yang lebih baik ketimbang Notts County. Alasan Yeovil ada di bawah the Magpies pada klasemen akhir hanyalah satu hasil imbang.
Notts County meraih 14 hasil imbang dan 23 kekalahan sepanjang musim. Yeovil mencatat 24 kekalahan dan 13 hasil imbang. Mereka sama-sama menang sembilan kali. Hanya satu poin yang jadi pembeda.
Efek Domino Kevin Nolan
Foto: The Sun
Masalah utama Notts County adalah manajemen. Saat Kevin Nolan ditendang dari Meadow Lane, semua mulai berantakan. “Kita bisa saja mendatangkan pemain atau manajer yang berkualitas. Tapi hasil di atas lapangan tergantung pada kebersamaan tim. Musim lalu kami tampil kolektif dan merasakan kebersamaan itu,” kata Jon Stead.
“Semua orang di ruang ganti terpukul dengan kepergian Nolan. Semuanya mencintai Nolan, termasuk saya. Dia adalah orang yang mendatangkan saya ke kesebelasan ini,” tambah Lewis Alessandra.
“Saya kecewa melihat orang-orang yang selalu mengatakan bahwa mendukung kemajuan tim ini. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali mengaku ada di belakang saya. Tapi kemudian berubah pikiran,” aku Nolan. Rekor delapan kemenangan dari 28 pertandingan disebut jadi alasan Nolan didepak Notts County.
“Jika Anda pecah menjadi dua bagian, paruh pertama musim kami sangat baik. Namun hanya delapan kemenangan dari 28 pertandingan. Hanya dua yang tercipta di kandang lawan, kami percaya Notts County bisa lebih baik lagi,” kata Alan Hardy selaku presiden klub.
Hardy adalah salah pemilik klub paling kaya di League Two. Hanya Stevenage, Forest Green Rovers, dan MK Dons yang disokong dana lebih besar dibandingkan Notts County. Sialnya, keputusan Hardy memecat Nolan terbukti jadi blunder besar. Salah satu anggota direksi the Magpies bahkan sampai mundur setelah pemecatan Nolan.
Penyesalan Alan Hardy
Foto: Notts County FC
Hardy pun mulai menyesal membeli Notts County. “Jika saya bisa memutar balik waktu, pembelian Notts County akan saya batalkan,” aku Hardy. Kini, Notts County terlilit dalam masalah finansial. Hardy tengah berusaha menjual the Magpies. Mengakui bahwa ia salah masuk ke dalam industri sepakbola. “Mungkin saya tidak cocok untuk sepakbola. Ini seperti mimpi buruk,” katanya.
Hingga 24 April 2019, Hardy kabar memiliki empat peminat. Salah satunya adalah mantan pemilik Port Vale, Norman Smurthwaite. Saat jadi anggota direksi, pengusaha konstruksi tersebut adalah sosok yang menyelamatkan Port Vale dari kebangkrutan. Lalu ia membeli saham mayoritas the Valiants hingga mengantar mereka ke divisi tiga Inggris, League One pada 2013/2014.
Smurthwaite terlihat seperti sosok yang tepat untuk Notts County. Namun Neal Ardley kurang optimis melihat kondisi the Magpies. “Siapapun yang merasa kami bisa kembali promosi dalam waktu satu tahun, jangan berharap terlalu tinggi. Klub ini sedang dalam masalah besar,” katanya.
Notts County mungkin bukan kesebelasan dengan prestasi tinggi. Hanya satu Piala FA ada di almari mereka. Namun the Magpies juga merupakan kesebelasan yang telah membentuk nama-nama tenar layaknya Michael Johnson (Birmingham City), Steve Finnan (Liverpool), dan legenda sepakbola Inggris, Ray Clemence.
Lebih dari itu, mereka adalah kesebelasan tertua, salah satu pencipta liga profesional dan juga FA. Notts tentu dapat kembali ke Football League, namun identitas mereka sebagai klub profesional paling tua di Inggris terancam diambil oleh Stoke City atau Nottingham Forest.
Julukan mereka lebih dikenal sebagai identitas Newcastle United. Sekarang identitas yang sudah ratusan tahun dipertahankan juga ikut hilang. “Ini seperti masuk ke dalam kabut. Sebuah kesedihan melihat Notts County. Bukan hanya untuk suporter mereka. Tapi juga penggemar sepakbola. Notts County adalah tempat lahir sepakbola profesional,” ungkap sejarawan olahraga, Dr Andrew Dawes.