Ketika Mohammed Salim Memukau Celtic, Jadi Pemain India Pertama di Eropa

Tak banyak yang bisa dibanggakan dari sepakbola di India. Karena, kriket-lah yang menjadi olahraga utama di negara Asia Selatan itu. Timnas mereka telah memenangkan dua Piala Dunia Kriket dan jadi langganan empat besar. Sementara dalam sepakbola, meski lebih dulu dikenal dan punya kompetisi, pencapaian terbaik timnas mereka hanya jadi finalis Piala Asia 1964, saat Israel menjadi tuan rumah.

Wajar saja jika tak banyak pesepakbola India yang dikenal di level internasional. Bahkan sampai akhir 2022 hanya ada 31 pemain India sepanjang sejarah mereka yang main di klub profesional Eropa, dan kebanyakan di tingkat lebih rendah, dilansir Aljazeera. Dan, Mohammed Salim menjadi pemain India pertama yang pernah bermain di Eropa setelah berhasil menarik perhatian Celtic FC di Skotlandia.

Mohammed Salim dari Kalkuta

Salim lahir pada 1904 di Kolkata, kini dikenal sebagai Kalkuta, timur laut India. Awalnya, dia berkarier sebagai apoteker, sebelum beralih pada panggilan sejatinya, sepakbola. Di usia 22 tahun pada 1926, karier profesionalnya dimulai bersama Chittaranjan FC hingga berlanjut ke Mohammedan Sporting Club, Sporting Union, East Bengal Club dan Aryans Club, sebelum balik ke Mohammedan pada 1934.

Selama periode keduanya di klub tersebut, Salim menikmati kesuksesan terbesarnya, membawa tim memenangkan gelar pertama dari lima kali juara Liga Kalkuta secara beruntun. Setelah gelar ketiga, dia mendapatkan panggilan memperkuat timnas India untuk dua pertandingan eksibisi melawan tim Olimpiade China jelang Olimpiade 1936 Berlin. Penampilannya di laga pertama pun cukup menarik.

Namun, sebelum laga kedua, tiba-tiba sosoknya menghilang secara misterius. Bahkan, federasi sepak bola India sempat memasang iklan surat kabar soal kehilangan itu. Ternyata, saat itu Salim sedang dalam perjalanan menuju Glasgow. Saudara laki-lakinya, Hasheem, penjaga toko di Scotstoun, bagian barat Glasgow yang sedang pulang ke Kalkuta adalah orang yang mengajaknya usai laga lawan China.

Periode Glasgow

“Seorang pemain hebat dari India datang dengan kapal,” kata Hasheem pada Willie Maley, manajer legendaris Celtic yang membawa klub memenangkan 30 trofi utama selama 43 tahun pada periode 1987-1940.

“Maukah Anda memberinya uji coba? Tapi ada sedikit masalah, Salim bermain tanpa alas kaki,” tambahnya. Maley ternyata tertarik dengan prospek ini, dan memberi kesempatan pada Salim.

Saat itu, Celtic harus mengurus izin dari dari federasi sepak bola Skotlandia lebih dahulu, agar Salim bisa bermain dalam pertandingan kompetitif tanpa sepatu. Sebelum pertandingan, asisten pelatih Jimmy McMenemy dengan hati-hati membalut kakinya dengan perban, seperti tampak dalam salah satu fotonya yang terkenal. Pada 28 Agustus 1936, dia turun lawan Galston dalam laga Liga Aliansi.

Meski jadi satu-satunya pemain di lapangan tanpa sepatu, ternyata Salim berhasil memukau sekitar 7.000 penonton di Celtic Park dengan keterampilan dan triknya di sisi sayap kanan. Bahkan, dia ikut menyumbang tiga assist dalam kemenangan 7-1.

“Salim tidak diragukan lagi jadi daya tarik utama dalam laga Alliance di Celtic Park tadi malam,” tulis eks pemain Celtic, Alec Bennett di The Record.

Manajemen klub pun senang dan menawarkan lima persen dari pendapatan tiket untuk Salim pada laga keduanya lawan Hamilton Academicals dua minggu kemudian.

“Celtic mencoba membujuk ayah saya untuk tetap tinggal,” kata putranya, Rashid.

“Ayah saya tidak menyadari berapa jumlahnya, dan mengatakan memberikan bagiannya pada anak yatim piatu,” tambah Rashid dilansir Bleacher Report.

Salim Pulang ke India

Meski Maley terpesona dan ingin mengontraknya untuk musim 1936/1937, tapi Salim memutuskan kembali ke India. Bahkan, sejumlah klub Jerman dikabarkan juga tertarik pada bakatnya. Namun, keputusannya sudah bulat, karena merasa tak nyaman dengan makanan dan iklim di Eropa, menurut Siasat. Dia pulang ke Mohammedan, hingga memenangkan dua gelar juara lagi pada 1937 dan 1938.

Setelah itu sangat sedikit yang diketahui dari kelanjutan karier Salim. Pada 1949 diketahui dia sempat menulis kepada Evening Times untuk mendapatkan salinan buku “Maley The Story of Celtic”, di mana namanya turut disebut secara singkat. 31 tahun kemudian, Salim meninggal dalam usia 76 tahun, dan dalam wawancara pada 2002, Rashid ingat pernah menghubungi manajemen Celtic terkait ayahnya.

Saat itu, Salim sedang tidak sehat dan membutuhkan bantuan medis di usia tuanya, dalam kehidupan mereka yang sulit.

“Saya tidak berniat meminta uang. Itu hanya sebuah cara untuk mengetahui apa Mohammed Salim masih hidup dalam ingatan mereka. Yang mengejutkan saya, saya menerima surat dari klub. Di dalamnya ada cek bank senilai 100 paun,” ungkap Rashid mengenang momen tersebut.

“Saya senang, bukan karena saya menerima uang, tetapi karena ayah saya masih mendapat tempat kebanggaan di Celtic. Saya bahkan belum mencairkan ceknya dan akan menyimpannya sampai saya mati. Saya hanya ingin nama ayah saya dicantumkan sebagai pemain India pertama yang bermain di luar negeri. Itulah satu-satunya hal yang saya inginkan dan tidak ada yang lain,” pungkas Rashid.

Sumber: Aljazeera, Bleacher Report, Siasat