Ada jalan panjang bagi seseorang sebelum mendapatkan gelar “Profesor”. Di Indonesia, calon pengampunya mesti punya latar belakang pendidikan doktoral alias S3. Selain itu, ia mesti beraktivitas di kampus, karena gelar “Profesor” di Indonesia merupakan gelar untuk seorang “Guru Besar” dan merupakan jabatan fungsional, bukan gelar akademik. Hal serupa juga terjadi di sejumlah negara, termasuk Prancis. Profesor merupakan pejabat papan atas dalam sebuah universitas.
Untuk mendapatkan julukan “Professor”, Arsene Wenger juga melalui jalan terjal. Ia pernah membuat keputusan yang tidak populer ketika pindah ke Jepang dan melatih di sana.
Dampaknya besar. Ketika Arsenal mendatangkannya pada 22 September 1996, banyak pihak yang meragukannya. Alasan pertama adalah karena publik Inggris tidak begitu mengenalnya. Di sisi lain, Arsenal sejak juara musim 1970/1971 hampir selalu stabil di papan tengah. Gelar juara terakhir Arsenal pun diraih tak begitu lama, yakni pada 1990/1991 atau semusim sebelum Division 1 berganti menjadi Premier League.
Arsenal jelas butuh pelatih mumpuni. Pada musim sebelumnya, bersama Bruce Rioch, Arsenal ada di peringkat kelima. Namun, Rioch diputus kontrak pada awal musim 1996/1997 karena ketidaksepakatan soal transfer.
Dua hari setelah penetapan Wenger sebagai manager baru Arsenal, harian The Independent mengeluarkan berita menohok. Salah satu tajuknya menulis:
“Ini adalah ukuran dari sepakbola Inggris yang aneh bahwa ketika nama Arsene Wenger muncul sebagai kandidat favorit Arsenal untuk pekerjaan manajer mereka yang kosong, banyak pendukung bertanya: ‘Arsene who?” tulis The Independent.
Anehnya, meski dianggap bukan pelatih ternama, Arsenal justru memberikan kebebasan dan tanggung jawab lebih pada Wenger. Salah satunya adalah diberikannya kontrol atas transfer, kontrak, serta sesi latihan. Dewan klub juga akhirnya memutuskan untuk tidak turut campur dalam urusan tim.
Padahal, soal urus campur ini yang bikin Rioch dipecat Arsenal. Rioch merasa kalau dirinya tak diberi kebebasan lebih untuk mengurus transfer.
“Tapi hal yang paling penting dari semuanya adalah tak ada pemain yang bisa dihubungkan dengan Arsenal tanpa persetujuanku. Ini sesuatu yang keramat. Aku akan punya kekuatan teknis soal rekrutan baru, tapi tidak memiliki kekuatan finansial penuh,” kata Wenger.
Maksud Wenger adalah ia akan memberikan rekomendasi soal pemain baru, tapi urusan biaya transfer dan gaji, itu dilakukan oleh manajemen Arsenal, karena ia terlalu lelah dengan hal macam begitu.
“Saya akan memberikan saran saya tentang kualitas seorang pemain, tetapi saya tidak ingin membuang banyak waktu berdebat tentang gaji dan keuangan. Yang penting adalah kami memilih pemain yang tepat pada waktu yang tepat,” tutur Arsene.
Di Arsenal, Wenger mengubah sejumlah hal, utamanya soal nutrisi. Pemain kini hanya disediakan pasta dan ayam rebus sebagai makanan sebelum pertandingan. Sebelumnya, Arsenal menyediakan daging merah dan junk food sebagai makanan untuk pemain. Para pemain juga menerima suntikan vitaminda kreatin yang bisa mengurangi rasa lelah dan meningkatkan stamina.
Wenger juga mulai melarang para pemainnya menenggak alkohol terlalu banyak. Segelas saja cukup. Pada 2004, aturan ini diperketat lagi. Para pemain tak boleh lagi minum alkohol bersama-sama. Selain bisa memengaruhi performa pemain, minum alkohol juga bisa membahayakan orang lain.
Bos Arsenal itu berkata: “Jika seorang pria minum dua atau tiga botol bir di dalam bus dan kemudian masuk ke mobilnya untuk pulang dan mengalami kecelakaan, maka kami juga bersalah.”
Pandangan pertama para pemain soal Wenger jelas tidak positif. Di laga menghadapi Borussia Moenchengladbach di Piala UEFA, skuad Arsenal masih diarahkan oleh Pat Rice sebagai manager interim. Akan tetapi, Wenger ada di sana. Pada babak pertama, ia menonton dari tribun, sementara di babak kedua, ia ada di touchline.
Wenger yang baru mengambil alih skuad setelah pertandingan tersebut, nyatanya memberikan “saran” pada Rice untuk memberikan satu-dua perubahan.
“Salah satu sarannya adalah kembali ke sistem empat bek dan menambahkan lebih banyak ruang buat menyerang. Dan tentu saja saya menerapkan sarannya itu,” kata Rice.
Intervensi ini nyatanya bikin sang kapten, Tony Adams, tak suka. Dalam pertemuan pertamanya dengan Wenger, ia mengungkapkan kekecewaannya itu: “Aku bilan kepadanya bahwa dia telah mempertaruhkan seluruh musim kami dalam bahaya atas apa yang telah ia lakukan.”
Namun, Wenger memilih mendengarkan kritikan dari pemainnya itu. Pendekatan yang dilakukan Wenger sempat membuat para pemain skeptis. Para pemain Inggris sering mengerjai Wenger untuk meredakan permusuhan dan memberinya nama “Inspector Clouseau” karena sifatnya yang canggung.
Setelah mengenalnya lebih jauh, Adams bilang kalau selera humor Wenger membantu membangun semangat tim: “Wenger tidak hanya senang tertawa, tapi dia juga bisa menertawai dirinya sendiri. Dia adalah pria yang kurus dan bijaksana.”
Pada musim pertamanya di London Utara, Wenger sempat membawa The Gunners ke puncak klasemen hingga akhir tahun. Akan tetapi, karena performa buruk pada Februari, membuat mereka hanya finis di peringkat ketiga dan gagal lolos ke Liga Champions.
Kesuksesan baru terasa pada musim kedua lewat segala persiapan yang dilakukan pelatih kelahiran 22 Oktober 1949 ini. Salah satunya dengan membawa skuad The Gunners ke Austria untuk persiapan pramusim.
Wenger pun mendatangkan sejumlah legiun dari Prancis seperti Christoper Wreh, Gilles Grimandi, Emmanuel Petit, sampai Nicolas Anelka. Marc Overmars didatangkan dari Ajax Amsterdam sementara Paul Merson pindah ke Middlesbrough. Wenger mengevaluasi musim pertamanya dengan simpulan kalau mereka tampil buruk di kandang serta kurang kecepatan dan power.
Di musim keduanya itu, Wenger akhirnya mempersembahkan gelar Premier League, yang merupakan gelar liga pertama dari tiga gelar liga untuk Arsenal. Bersama Wenger, Arsenal juga perkasa di Piala FA dengan raihan tujuh trofi. Di bawah arahan Wenger, Arsenal mencicipi final Liga Champions mereka pada 2006 sebelum takluk dari Barcelona.
Di Arsenal, Wenger mencatatkan presentase kemenangan terbesar sepanjang karier kepelatihannya. Dari 1235 pertandingan, Arsenal menang 707 kali dan hanya kalah 248 kali. Presentase kemenangan Wenger pun mencapai 57,2 persen.
Wenger begitu lama di London Utara. Pertandingan terakhirnya terjadi pada laga melawan Huddersfield Town pada musim 2017/2018. Wenger menyebut kalau dirinya ingin bertahan sampai kontraknya habis. Akan tetapi dewan klub memilih untuk mengakhiri kontrak Wenger lebih cepat.