Michael Owen dilahirkan oleh Liverpool. Meski tidak pernah membawa The Reds juara liga, tapi lima trofi pada 2001 adalah capaian sensasional. Trofi Ballon d’Or menjadi penghargaan tertinggi atas capaiannya tersebut.
Akan tetapi ada satu pertanyaan penting: mengapa Owen meninggalkan Liverpool?
Dibesarkan Liverpool
Owen lahir di Chester, sekitar 45 menit perjalanan menggunakan kereta api dari Liverpool. Ia sudah bermain bola di usia tujuh tahun, saat dikenalkan oleh ayahnya yang merupakan mantan pemain Everton.
Masa kecilnya dihabiskan di Deeside Area Primary School dengan bermain di tim U-11. Saat masuk SMP, bakat Owen tercium oleh Liverpool. Lalu, Manchester United, Chelsea, dan Arsenal, juga meminatinya. Akan tetapi, Owen lebih memilih Liverpool setelah mendapatkan surat dari staf tim pengembangan pemain muda The Reds, Steve Heighway.
Ia tidak langsung bergabung dengan Liverpool. Owen menjalani karier sepakbolanya berbarengan dengan perjalanan akademiknya. Walau demikian, Owen memutuskan bahwa masa depannya ada di sepakbola.
Owen sudah main untuk tim muda Liverpool pada musim 1995/1996. Usianya masih 16 tahun sementara rekan-rekannya yang lain sudah 18 tahun. Ia main bagus dan menjadi penyerang top di tim muda. Kehadirannya membuat Liverpool menjuarai FA Youth Cup yang pertama dalam sejarah mereka. Padahal, lawan mereka di final adalah West Ham yang saat itu diperkuat Rio Ferdinand dan Frank Lampard.
Saat usianya genap 17 tahun, ia langsung menandatangani kontrak profesional dengan Liverpool. Ia bahkan mendapatkan tempat di tim senior. Meski baru 17 tahun, banyak pemain senior yang memujinya dan tak menyangka kalau dengan kemampuan seperti itu, Owen masih sangatlah muda.
Puncaknya tentu terjadi pada 2001. Liverpool menjuarai Piala FA, Piala Liga, Charity Shield, Piala UEFA, dan Piala Super UEFA! Di usia 22 tahun ia pun merengkuh penghargaan prestisius: Ballon d’Or.
Nama Owen pun sudah menjadi legenda di hati para penggemar Liverpool. Sampai akhirnya, pada 2004, ia pindah ke Real Madrid dengan biaya transfer delapan juta paun. Apa yang membuatnya pindah?
Sulit Tinggalkan Liverpool
Owen berada dalam persimpangan. Meninggalkan Liverpool tentu berat untuknya. Di sisi lain, ia sulit menolak tawaran Real Madrid. Siapa yang bisa menolak Madrid? Semua pemain bintang main di sana.
Owen pun memutuskan pindah ke Madrid dan meninggalkan Liverpool. Ini adalah kondisi yang sangat berat untuknya. Ia sampai tidak tidur selama sepekan sebelum kepergiannya itu.
“Dan bahkan dalam perjalanan ke bandara, aku menangis,” kata Owen.
Owen berpikir untuk menjadi pemain Liverpool sepanjang hayat. Namun, tawaran dari Madrid sulit untuk ditolak. “Aku akan menyesali ini selamanya kalau aku menolaknya,” terang Owen.
Kepindahannya ke Madrid membuatnya ingin merasakan liga yang berbeda, negara yang berbeda, bahasa yang berbeda, serta budaya yang berbeda pula. Apalagi ia akan mengenakan jersey putih yang terkenal itu dengan bermain di Bernabeu, dan main bareng Zinedine Zidane, Luis Figo, David Beckham, dan Roberto Carlos.
“Tetapi meski begitu, dua detik kemudian aku berpikir, ‘Tidak, aku ingin berada di Liverpool selama sisa hidupku.’ Jadi, itu hanyalah salah satu panggilan yang sangat sulit dan mengubah hidup,” kata Owen.
Kepindahan itu tidak bisa dibatalkan. Owen pun memikirkan banyak hal positif yang mendukung kepergiannya itu. Misalnya, dengan membayangkan Ian Rush.
Rush meninggalkan Liverpool dengan bermain untuk Juventus. Ia lalu kembali ke Liverpool, sehingga Owen pun memikirkan hal yang sama. Ia bahkan bicara dengan CEO Liverpool, Rick Parry, dan membuat perjanjian: Liverpool akan membelinya kembali usai dua tahun di Madrid.
“Dan kami telah melakukan itu, namun Anda tidak akan pernah bisa merencanakan karier Anda dengan sempurna. Aku tidak mendapatkan kesempatan untuk menghabiskan sisa karierku di Liverpool, tapi memiliki pengalaman yang luar biasa di Madrid.”
Bintang Kecil dalam Tata Surya Madrid
Kepindahannya ke Madrid bersamaan dengan era Galacticos-nya Florentino Perez. Dalam skuad Madrid ada begitu banyak para pemain bintang.
Owen tentu salah satu di antaranya. Bagaimana tidak? Di usia 18 tahun ia sudah main di Piala Dunia. Empat tahun kemudian, trofi Ballon d’Or ada di lemarinya. Walau begitu, Owen masih merasa gugup saat masuk ruang ganti.
“Tidak peduli apa pekerjaan Anda, ketika Anda memasuki tempat kerja yang baru, Anda akan merasa sedikit bersemangat dan sedikit gugup.”
“Tetapi menurutku perasaan utamanya adalah aku merasa nyaman dengan diri sendiri. Aku baru saja memenangkan Ballon d’Or, jadi aku tidak berpikir bahwa semua orang lebih baik dariku. Aku sebenarnya sangat bersemangat untuk berlatih buat menunjukkan kepada semua orang bahwa aku cukup baik,” kata Owen.
Menurut Owen, saat Anda datang ke klub yang baru, merupakan sebuah kewajaran saat ia ingin mendapatkan respect dari semua orang. Owen ingin mendapatkan respect dari rekan setimnya terlebih dahulu. Ini yang membuatnya begitu bersemangat saat sesi latihan.
Yang Owen perhatikan adalah banyak dari para pemain yang secara skill biasa saja, tapi bekerja begitu keras. Di sisi lain, ada pemain yang jago dan juga bekerja keras, dia adalah Zidane.
“Dia adalah seorang pesulap tetapi sangat profesional.”
Owen menceritakan saat ia meminta bola pada Zidane dan Ronaldo meski sedang dikawal. Ini penting untuk menunjukkan kemampuan agar mendapatkan respect dari para pemain sekelas mereka. Owen menyatakan kalau ia harus percaya diri dan pada bakatnya sendiri.
Sayangnya, ia bergabung dengan tim yang tengah diterpa badai. Madrid di musim 2004/2005 bukanlah yang terbaik. Ada tiga pelatih di musim itu: Jose Antonio Camacho, Mariano Garcia Remon, dan Vanderlei Luxemburgo.
Ketiganya punya masalah yang sama: menyusun skuad yang menyerang tapi seimbang. Owen memang mendapatkan respect dari rekan setimnya, tapi belum bisa mengambil hati pelatih. Ini yang bikin Owen sering dicadangkan.
Meski demikian, Owen selalu tampil impresif setiap kali diturunkan. Ia mencetak 16 gol di semua kompetisi. Rasio gol per menitnya bahkan jauh lebih baik ketimbang Ronaldo.
Sampai akhirnya di musim panas 2005, Madrid mendapatkan tawaran dari Newcastle. Perez pun memberi Owen pilihan apakah menerima atau menolaknya.
Owen sejatinya merasa nyaman di Madrid. Ia merasa Madrid adalah rumahnya dan mampu menunjukkan kemampuannya di atas lapangan.
“Aku pikir kesan yang dimiliki orang-orang selama aku berada di sana adalah bahwa aku selalu masuk dari bangku cadangan. Padahal aku menjadi starter di banyak pertandingan. Aku sangat terlibat,” kata Owen.
Salah satu alasan kenapa Owen pergi adalah karena ia tidak cukup percaya diri setelah Madrid mendatangkan Julio Baptista dan Robinho. Di sisi lain, Madrid juga masih punya Fernando Morientes, Raul, dan Ronaldo. Owen harus jadi pemain utama karena ada Piala Dunia di akhir musim tersebut.
Faktor lainnya adalah istri Owen yang merasa rindu kampung halamannya. Kabar ada tawaran dari Inggris juga menjadikan Owen untuk memperimbangkannya.
Dengan sejumlah pemikiran itu, Owen akhirnya memilih pulang ke Inggris. Ke Newcastle tak masalah, asalkan ke Inggris; sebuah keputusan yang akan ia sesali sepanjang hidupnya.
Sumber: Goal.com