Fabio Cannavaro dikenal sebagai salah satu bek terbaik dunia yang dimiliki oleh Italia pada era 2000-an. Kariernya dimulai dari Napoli pada 1992 dan berkembang bersama Parma di penghujung 1990-an. Bersama bek Prancis Lilian Thuram dan kiper Gianluigi Buffon, mereka membentuk salah satu pilar lini belakang paling tangguh pada masa itu, yang berhasil memenangkan Piala UEFA 1998/1999.
Dua musim kemudian Thuram dan Buffon melanjutkan karier ke level lebih tinggi, bergabung dengan Juventus. Selang satu musim, giliran Cannavaro yang angkat kaki, namun memilih Inter Milan sebagai pelabuhan berikutnya. Tapi, dia hanya bertahan dua musim di Giuseppe Meazza, sebelum akhirnya kembali bermain bersama Thuram dan Buffon di Juventus, setelah proses transfer yang sangat aneh.
Musim Panas 2004
Cannavaro sudah menjelang usia 31 tahun pada musim panas 2004. Meski sudah memasuki kepala tiga, namun kemampuan pemain kelahiran 13 September 1973 itu dalam mengawal lini pertahanan tim belumlah luntur. Saat itu, dia masih menjadi salah satu palang pintu tangguh di dunia. Bahkan, statusnya di tim nasional Italia pun sangat penting; kapten menggantikan Paolo Maldini sejak 2002.
Penampilan Cannavaro juga cukup konsisten bersama klub. Total 74 penampilan dicatatkan sang bek dengan tiga gol di semua kompetisi selama dua musim. Pada musim pertama, dia membantu Inter mencapai semi final Liga Champions 2002/2023 dan finish sebagai runner-up Serie A. Tapi, di musim kedua, perjalanannya dihadang cedera, sehingga beberapa kali absen dan dimainkan di luar posisi.
Mungkin kondisi inilah yang membuat manajemen Inter berpikir untuk melepas Cannavaro di musim panas 2004. Apalagi, I Nerazzurri yang sedang berjuang membangun kembali kekuatannya untuk jadi jawara Italia, malah terperosok ke posisi empat di akhir musim itu, setelah kalah di semi final Coppa Italia dan gagal di Liga Champions meski akhirnya mampu melaju hingga perempat final Piala UEFA.
Situasi ini pula yang dimanfaatkan Juventus untuk bisa mendapatkan bek asal Napoli itu. Sebagai rival di Serie A, mendapatkan Cannavaro bisa melengkapi satu keeping puzzle yang kurang di lini belakang mereka, sekaligus mengurangi kekuatan tim pesaing. I Bianconeri jelas sudah sejak lama mengharap kehadiran pemain ini, demi menyatukannya kembali dengan Thuram dan Buffon di lini pertahanan.
Gara-gara Mino Raiola
Manajemen Juventus langsung bergerak mendekati Cannavaro, dan perwakilan mereka mencoba membujuk Inter agar bersedia menerima tawaran yang diajukan. Tapi siapa sangka, proposal yang dikirimkan sebenarnya tak masuk akal; hanya 10 juta Euro ditambah kiper Fabian Carini. Nilai itu bahkan tak sampai separuh dari 23 juta Euro yang dikeluarkan Inter saat membawanya dari Parma.
Tetapi, Juventus malah berhasil mendapatkan Cannavaro dengan paket transfer beserta pertukaran itu. Tentu saja banyak yang bertanya-tanya, bagaimana bisa Inter menyetujui tawaran 10 juta Euro ditambah kiper antah berantah tersebut untuk Cannavaro? Belakangan diketahui ternyata ada satu sosok yang telah mempengaruhi presiden Massimo Moratti sehingga proses barter itu bisa terwujud.
Rupanya Carmine ‘Mino’ Raiola yang tak kenal letih membujuk Moratti, seperti diungkap oleh pelatih Juventus saat itu, Fabio Capello. Namun, ketika itu Raiola belumlah menjadi agen super seperti yang dikenal banyak orang hingga sebelum akhir hayatnya pada 2022. “Raiola meyakinkan Moratti untuk menukar Carini dengan Cannavaro,” kata Capello seperti dilansir Calciomercato pada 2016 silam.
Saat itu, Raiola sudah menjadi perwakilan Zlatan Ibrahimovic, di mana sang pemain juga bergabung dengan Juventus dari Ajax di musim panas yang sama. Setelah sukses membawakan striker Swedia itu, Raiola lalu membantu terwujudnya kedatangan Cannavaro ke Turin pada hari terakhir bursa transfer; dalam kesempatan yang kemudian dikenang sebagai salah satu transfer paling aneh.
Transfer Paling Aneh
Tak salah jika banyak orang yang heran dengan kesepakatan pertukaran Cannavaro dengan Carini plus 10 juta Euro antara Inter dan Juventus ini. Pasalnya, saat itu sang bek merupakan kapten timnas Italia, sementara Carini hanya kiper antah berantah. Pemain asal Uruguay tersebut hanya berstatus sebagai pilihan kedua di Juventus sejak direkrut pada 2001, meski ketika itu usianya masih 25 tahun.
Carini pada awalnya datang ke Italia sebagai salah satu kiper muda berbakat dari Amerika Latin. Sejak 1999, dia memang sudah debut di timnas Uruguay dan jadi penjaga gawang utama. Namun, bakat besarnya telah tersia-siakan di Turin selama tiga musim, di mana dua musim terakhir dia dipinjamkan ke Standar Liege di Belgia. Makanya entah bagaimana bisa Moratti sampai tergoda bujuk rayu Raiola.
Toh, pada akhirnya Carini juga tak ada gunanya bagi Inter. Bahkan lebih parah, dia malah jadi pilihan keempat setelah kiper Francesco Toldo, Julio Cesar dan Paolo Orlandoni. Sementara Cannavaro bisa berkibar bersama Juventus; dua Scudetto beruntun, serta sejumlah penghargaan individu. Hanya skandal Calciopoli yang kemudian menghentikan langkahnya di Turin pada musim panas 2006, usai berhasil mengantarkan timnas Italia memenangkan Piala Dunia 2006 di Jerman sebagai kapten tim.
Sumber: Calcio Mercato, Four Four Two