Romario dan Edmundo merupakan legenda Vasco da Gama, dibesarkan dari akademi klub tanah di kelahirannya itu. Keduanya sama-sama striker Brasil yang brilian, meskipun lahir di era yang berbeda. Ketika Edmundo masih sebagai pemain muda Vasco pada pertengahan 1980-an, Romario sudah jadi bintang tim sebelum dia terbang untuk mengejar puncak kariernya di Eropa sejak musim panas 1988.
Pada pergantian milenium, mereka sempat bersatu menghancurkan Manchester United dalam ajang Piala Dunia Antarklub 2000. Ketika itu, Vasco da Gama menjadi salah satu kekuatan besar sepak bola Amerika Selatan, menjalani periode paling gemilang dalam sejarah mereka. Meski begitu, akan tetap selamanya Romario dan Edmundo dikenal oleh fans sebagai sahabat yang saling benci satu sama lain.
Hubungan Edmundo dan Romario yang Baik
Bagaimanapun, hubungan Romario dan Edmundo pada awalnya tidak seburuk yang diketahui banyak orang. Mereka pernah tak terpisahkan saat pertama bergabung dengan Vasco di kota Rio de Janeiro, seperti seorang kakak yang membimbing adiknya.
“Dia seperti kakak bagi saya,” ungkap Edmundo yang terpaut usia lima tahun dari seniornya itu, dilansir laman Planet Football pada Desember 2017.
Keduanya menikmati hari-hari di pantai Rio de Janeiro bermain bola voli kaki, menghabiskan malam dengan berpesta dan bermain wanita tanpa akhir, lebih dari sekadar latihan. Kabarnya, mereka telah meminta dalam kontrak agar bisa pergi ke bar setiap malam kapanpun mereka mau. Bahkan Romario pun pernah menyebut Edmundo sebagai “satu-satunya teman yang pernah saya miliki di sepakbola”.
Ketika Romario datang ke Flamengo pada 1995, dia sampai memohon pada manajemen klub untuk merekrut Edmundo juga. Pada tahun yang sama, keduanya sempat pula merilis lagu dengan seruan perdamaian. Ironisnya, mereka malah menghasut salah satu keributan terbesar dalam sejarah sepak bola Amerika Selatan di pertandingan Supercopa Libertadores lawan tim Argentina, Velez Sarsfield.
Berawal dari Lelucon Romario
Menjelang Piala Dunia 1998, Edmundo tiba-tiba ditunjuk mengisi tempat Romario di skuat timnas Brasil. Sang senior tampaknya tak senang. Dia memasang karikatur besar rekannya itu yang terlihat sedang duduk di atas bola kempis pada pintu salah satu toilet pria di bar bertema sepakbola, Cafe do Gol yang baru dibukanya di kota Rio de Janeiro, tak lama setelah kegagalannya berangkat ke Prancis.
Sejak itu pertikaian di antara keduanya pun dimulai. “Saya meneleponnya meminta penjelasan,” kata Edmundo bercerita kepada pers. “Dia tak meyakinkan saya. Untuk alasan ini saya memutuskan untuk mengakhiri persahabatan dengannya,” lanjutnya, setelah Romario bersikeras itu hanya lelucon yang tidak berbahaya.
Seiring waktu, perseteruan mereka makin panas karena terus dibahas oleh media.
Saat mereka bersatu kembali di Vasco pada Desember 1999, api itu pun makin membara. Keduanya bahkan tidak berbicara. Di depan umum, Edmundo tampak menyambut baik kedatangan Romario. Tapi di balik pintu tertutup, ceritanya berbeda. Bahkan dia sampai mendatangi presiden klub, Eurico Miranda dan menuntut untuk segera dijual, karena tak sudi bermain dengan mantan temannya itu.
Saat Romario Pindah ke Vasco
Sebagai juara Copa Libertadores 1998, Vasco berhak tampil di Piala Dunia Antar Klub 2000 bersama tujuh klub besar lainnya, termasuk Real Madrid, dan Manchester United yang baru saja meraih treble winners 1998/1999. Turnamen ini pun jadi prioritas bagi klub berjuluk O Almirante itu, terlebih lagi karena digelar kendang mereka sendiri, Maracana Stadium di kota Rio de Janeiro pada Januari 2000.
Eurico Miranda melihat Edmundo saja tak akan cukup untuk menghadapi lawan-lawannya tersebut. Romario yang baru diputus kontraknya oleh Flamengo langsung jadi target, dan berhasil diyakinkan untuk kembali ke klub; meski perselisihan di antara dua bintang kini akan jadi nyata dalam timnya. Untuk meredamnya, Edmundo dijanjikan bahwa Romario hanya akan bermain untuk turnamen ini.
Hasilnya, mereka sukses menyapu bersih kemenangan dalam tiga laga fase grup, termasuk mencukur Manchester United 3-1 melalui dua gol Romario dan satu gol Edmundo. Bahkan, gol pertama tercipta berkat kerja sama keduanya, sebelum mereka berlari bergandengan tangan ke arah suporter untuk merayakannya. Sayangnya Vasco kalah di final dari musuh bebuyutan, Corinthians dalam adu penalti.
Meski momen selebrasi gol ke gawang Manchester United menunjukkan mereka tampak sudah tidak ada masalah, tapi bukan demikian kenyataannya. Edmundo meradang usai Romario malah mendapat kontrak jangka panjang bersama Vasco, terlebih lagi ban kapten dicopot dari lengannya. Puncaknya, perselisihan keduanya merembet ke lapangan, ketika mereka berebut penalti dalam salah satu laga.
Eurico Miranda sendiri lebih mendukung Romario dan berbuah trofi Kejuaraan Brasil 2000. Sedang waktu Edmundo di Vasco sudah habis, dan karirnya pun mulai berakhir sejak dipinjamkan ke Santos, kemudian ke Napoli di mana mereka terdegradasi dari Serie A Italia dan dia menjadi pemain asing terburuk musim itu. Pada 2001, dia pindah ke Cruzeiro, sementara Romario bertahan semusim lagi.
Sumber: Planetfootball