Kisah Stephy Mavididi, dari yang Terbuang Hingga Jadi Sang Juara

Foto: The Independent

Tak banyak pemain yang bisa bergabung ke tim raksasa dunia sekelas Juventus. Memang tak mudah untuk mencuri perhatian pencari bakat tim berjuluk I Bianconeri tersebut. Hanya pemain-pemain kelas dunia dan berbakat luar biasa yang akan dilirik. Makanya, ketika seorang anak muda bernama Stephy Mavididi didatangkan ke Turin, markas Juventus pada musim panas 2018 lalu, tidak banyak media yang memberitakannya. Apalagi, dia direkrut tanpa biaya alias bebas transfer. Namun, tentu pencari bakat tim tidak akan merekomendasikan sembarang orang untuk masuk ke skuat Juventus.

Mavididi sendiri tak pernah menyangka akan mendapat tawaran besar itu. Pasalnya, dia baru saja ‘jatuh’ karena dibuang Arsenal, setelah menghuni salah satu klub besar Premier League Inggris itu selama dua musim sebelumnya; meski lebih banyak menghabiskan waktu dalam peminjaman di klub level bawah, Charlton Athletic dan Preston North End.

Pemain muda berpaspor Inggris itu adalah produk akademi Arsenal sejak tahun 2010, hingga mendapat promosi ke tim senior di usia 18 tahun. Sayang, Unai Emery tak lagi membutuhkan tenaganya hingga dibuang pada musim panas 2018 lalu. Namun, tak disangka-sangka ternyata perwakilan Juventus datang dan memberi sebuah penawaran.

“Juventus menghubungi dan saya kembali bangkit, rasanya luar biasa. Saya bicara dengan pemandu bakat yang telah menyaksikan saya cukup lama, dan bercerita soal laga tiga tahun lalu, saya bahkan tak bisa mengingatnya, tapi dia senang dengan apa yang dia lihat,” ungkap Mavididi bercerita pada BBC Sport.

Pemain kelahiran Derby, Inggris, 31 Mei 1998 itu pun tidak perlu berpikir dua kali untuk menerimanya, dan bergabung ke Allianz Stadium, markas Juventus di usianya yang masih 20 tahun. Mavididi tercatat jadi pemain pertama Inggris yang bergabung ke Juventus dalam 26 tahun terakhir, sejak David Platt pada tahun 1992. Tak heran dia merasa sangat beruntung, apalagi bisa mendapat kesempatan berlatih dengan sejumlah pemain kelas dunia di tim barunya, termasuk pemain idolanya Cristiano Ronaldo.

“Saat Juventus menghubungi, bagaimana bisa saya menolak? Saya tidak berpikir dua kali. Saya pikir saya bisa berkembang dengan berlatih bersama pemain-pemain ini dan belajar sebanyak mungkin. Ini adalah kesempatan besar dan saya senang telah mengambilnya,” lanjutnya.

“Saya ingat sesi latihan pertama, rasanya masih seperti kemarin. Untuk pertama kalinya saya melihat Ronaldo,” kata Mavidi lagi. “Motivasi bermain dengan salah satu idola saya, salah satu yang terhebat yang pernah ada. Saya beruntung memiliki kesempatan berlatih dengannya. Ini adalah mentalitas, bagaimana dia mendekati sesuatu, bagaimana profesionalnya dia, bagaimana dia mengatur tubuh dalam bermain sepakbola. Mengawasinya, saya hanya mencoba dan menerima sebanyak yang saya bisa darinya,” ungkap Mavididi lagi dalam kesempatan yang berbeda, seperti dilansir Independent.

Keberuntungannya ternyata tak berhenti sampai di situ. Jadi pilihan pertama di skuat U-23, Mavididi akhirnya dipanggil ke tim utama jelang akhir musim. Sempat duduk di bench dalam dua laga, pemain yang berposisi striker itu akhirnya menjalani debut dalam laga pekan 32 Serie A di markas SPAL pada 13 April 2019.

“Saya ingat sebelum laga, hanya saya yang tersisa di ruang ganti dan Allegri berkata, ‘Sudah siap?’, dan saya berkata, ‘Tentu saja’. Saya sudah gatal ingin bermain. Lalu pada menit ke-69, saya masuk ke lapangan dan membuat debut. Itu adalah hari yang tak terlupakan,” ucap Mavididi.

Seperti tidak cukup, penyerang tim nasional Inggris dari level U-17, U-18, U-19, hingga U-20 itu pun beruntung bisa ikut merayakan raihan scudetto Juventus yang kedelapan kalinya secara berturut-turut di akhir musim 2018/2019 ini. Dia duduk di bench ketika tim memastikan gelar juara itu setelah mengalahkan Fiorentina, dan mereka berpesta di ruang ganti usai laga tersebut; termasuk Mavididi yang berswafoto dengan Ronaldo.

“Itu akhir pekan yang tidak akan pernah saya lupakan dan sesuatu yang akan saya hargai. Semua orang senang, merayakan. Saya bahkan mengerjai Ronaldo,” ucapnya.

Sayang, Mavididi yang mengenakan jersey bernomor punggung ‘40’ itu tidak mendapatkan piagam scudetto, karena jumlah penampilannya belum mencukupi. Tapi setidaknya dia telah meraih target pertamanya di musim ini, yakni melakoni debut sebagai pemain Juventus.

“Ketika saya bergabung, saya ingin melakoni debut saya tahun ini dan saya telah mencapai target tersebut. Jadi, saya ingin mencapai yang lebih banyak lagi,” pungkasnya.

Selanjutnya, Mavididi perlu memperlihatkan kualitas kepada pelatih baru Maurizio Sarri, membuktikan bahwa Claudio, saudara Chiellini yang merupakan koordinator tim U-23 Juventus tak salah telah merekrutnya dan memberi kesempatan di tim U-23.