Kutipan-Kutipan Pedas Roy Keane

Roy Keane, keras di dalam maupun di luar lapangan (Foto: the journal.ie)

Roy Keane adalah salah satu pemain hebat yang pernah ada dalam sejarah Premier League. Kesuksesan terbesarnya adalah ketika ia menjadi andalan di lini tengah Manchester United selama 12 musim. Ia mengumpulkan 480 pertandingan dan memberikan 7 gelar liga Inggris dan satu gelar Liga Champions kepada United.

Selain aksi-aksinya di rumput hijau, sosok Keane juga dikenal karena komentarnya di depan media. Tidak jarang, ia melontarkan beberapa kutipan yang bisa membuat telinga orang yang mendengarnya menjadi merah. Untuk merayakan ulang tahun Keane yang jatuh pada Senin ini, berikut adalah kutipan menarik yang pernah keluar dari mulut mantan manajer Sunderland tersebut.

“Bermain untuk United benar-benar membuka mata saya. Mereka punya pemain-pemain yang berkarakter. Saya suka tekanannya, pertandingan besar yang dijalani, dan para pendukungnya. Saya tidak peduli dengan medali-medali yang saya raih. Kami semua tidak ada yang bicara soal uang. Mereka yang pernah bekerja dengan saya punya rasa lapar dan gairah untuk menang,” Keane tentang pengalamannya bermain untuk United.

“Saat ini, terlalu banyak pemain dengan mulut besar di United. Mereka semua adalah pemain yang membuat Jose Mourinho dipecat, dan mereka bisa saja melakukan hal yang sama kepada Ole Gunnar Solskjaer,” reaksi Keane saat United dibantai Everton 4-0.

“Anthony Martial adalah pemain yang tidak cukup bagus untuk Manchester United,” kritik Keane terhadap penampilan Martial.

“Jika saya seorang striker, saya akan senang bermain melawan Harry Maguire,” Keane soal Maguire yang kalah lari dari Steven Bergwijn.

“Saya sakit bahkan hampir mati melihat David de Gea. Saya akan mengajaknya bertarung pada jeda babak pertama,” kata Keane setelah De Gea dibobol oleh Bergwijn.

“Class of 92 adalah generasi pemain bagus, tapi peran mereka terlalu dibesar-besarkan. Mereka seolah menjadi merek bagi klub ini seolah-olah pemain yang lain tidak lebih baik dari mereka. Beruntung kami semua punya rasa lapar yang sama,” kata Keane tentang Class of 92.

“Bermain sepakbola itu sama saja dengan pergi perang. Anda tidak ikut pertandingan bola dalam keadaan pikiran yang masuk akal,” pandangan Keane tentang sepakbola.

“Saya tidak melempar cangkir teh kepada mereka karena itu bukan gaya saya. Yang saya lempar adalah pukulan,” kata Keane soal wataknya yang keras di lapangan.

“Saya bermain untuk Manchester United bukan untuk membuat semua orang bahagia.”

“Jika terjadi sebuah perkelahian, maka Patrick Vieira bisa membunuh saya,” kata Keane tentang perseteruan abadi dengan Patrick Vieira.

“Paul Scholes adalah pemain top. Sangat top. Tapi saya tidak suka dengan sikapnya yang rendah hati,” kata Keane tentang Scholes.

“Saya sudah menunggu momen ini. Saya menghajarnya dengan keras. Rasakan itu bajingan. Jangan pernah lagi mendekati saya dan bilang kalau saya pura-pura cedera. Saya tidak perlu menunggu wasit untuk mengeluarkan kartu merah, saya sendiri yang berjalan lebih dulu menuju ruang ganti,” kata Keane tentang insidennya dengan Alf Inge Haaland.

“Sebelum pertandingan, kami semua memakai gelang anti rasisme dan anti intimidasi. Sebuah ide yang bagus untuk bisa memulai kampanye penggunaan gelang anti diving,” kata Keane tentang kampanye anti rasis Nike pada 2004.

”Dia adalah pemain sampah dan manajer sampah. Satu-satunya alasan saya mau berurusan dengan dia adalah karena dia manajer negara saya. Dia bahkan bukan orang Irlandia melainkan orang Inggris brengsek,” tentang perseteruannya dengan Mick McCarthy di timnas Irlandia.

“Jika mereka tidak mau datang hanya karena istrinya ingin belanja di London, maka itu adalah kenyataan menyedihkan. Pemain seperti itu adalah pemain yang lemah,” kata Keane tentang kehidupan pemain sepakbola yang diatur oleh istrinya masing-masing.

“Kita berbicara soal pemain top yang sesungguhnya. Pemain hebat yang sesungguhnya. Mereka yang bisa membuat tim mereka lebih baik dan membuat rekan-rekannya menjadi lebih baik. Bagi saya, Paul Pogba tidak melakukan itu. Dia bermain untuk dirinya sendiri,” kata Keane tentang terpilihnya Pogba dalam Team of the Season musim lalu.

“Tidak perlu terlalu kritis pada malam ini karena mereka tidak cukup bagus. Hanya ada dua pemain bagus dan sisanya biasa saja,” komentar Keane saat Arsenal kalah agregat 10-2 dari Bayern Munich.

“Saya meminta maaf untuk apa yang sudah terjadi, tapi saya tidak meminta maaf atas perilaku dan sikapku,” kata Keane tentang perseteruannya dengan Sir Alex Ferguson.

“Perayaan mereka berlebihan. Semoga sukses!” ucapan Keane melihat pemain Aston Villa merayakan keberhasilan mereka selamat dari degradasi.