La Bombonera, ‘Kotak Cokelat’ dalam Sejarah Sepakbola Argentina

Di Argentina, sepakbola telah dianggap seperti agama. Setiap pertandingan pun menjadi momentum penting sehingga orang-orang akan berkumpul untuk mendukung tim kesayangan. Mereka datang ke stadion, bernyanyi, dan merayakan setiap gol yang tercipta. Tidak heran jika stadion-stadion di negeri tim Tango itu selalu penuh dibanjiri fans, apalagi klub-klub besar seperti River Plate dan Boca Juniors.

Tentu saja, ada banyak stadion di Argentina, salah satu kiblat sepakbola dunia itu. Dan, setiap stadion tersebut pastinya punya cerita, emosi dan energi yang berbeda. Di antara sekian banyak stadion itu, ada satu yang istimewa, yaitu Stadio Alberto Jose Armando di kota La Boca, Buenos Aires, ibukota Argentina; alias La Bombonera, begitulah stadion itu dikenal. Lalu, apa yang membuatnya istimewa?

Boca Juniors

Pada 1921, Boca Juniors mulai melakukan penggalangan dana untuk membangun stadion, setelah beberapa tahun mengalami kesulitan keuangan. Sebelumnya mereka bermarkas di Darsena Sur (kini Puerto Madero), dekat pelabuhan Buenos Aires lama, dan lalu pindah ke Isla Demarchi. Hanya selang tiga tahun, akhirnya klub pun memiliki stadion baru, Estadio Brandsen y Del Crucero di kota La Boca.

Di lokasi itu pula La Bombonera kemudian dibangun sekitar 14 tahun kemudian. Stadion lama dengan tribun masih terbuat dari kayu digunakan terakhir kali pada 10 April 1938, sebelum kantor arsitektur Jose Luis Delpini, Viktor Sulcic dan Raul Bes merancang dan membangun stadion baru di lokasi yang sama. Sementara itu, Boca Juniors memainkan pertandingan kandangnya di Stadio Ferro Carril Oeste.

Hanya dalam dua tahun, stadion kebanggaan itu pun dibuka, tepat pada 25 Mei 1940 dengan laga persahabatan melawan San Lorenzo yang dimenangkan 2-0 oleh tim tuan rumah. Pertandingan resmi pertamanya terjadi pada 2 Juni 1940, saat Boca Juniors menang 2-0 atas Newell’s Old Boys. Sejak itu, pendukung Azul y Oro selalu memadati La Bombonera untuk mendukung tim kebanggaan mereka.

Stadion Ikonik

Ada sebuah kisah menarik hingga stadion ini disebut La Bombonera. Konon, julukan itu muncul saat sang arsitek, Sulcic menerima hadiah ulang tahun sekotak cokelat dari temannya. Dia membawa ke rapat proyek dan menunjukkan bahwa bentuk kotak itu mirip dengan stadion yang sedang mereka rancang. Sejak itu muncul nama La Bombonera, yang berarti “kotak cokelat” dalam bahasa Spanyol.

Sulcic dan rekan-rekannya memang memproyeksikan tribun di stadion tersebut dengan kemiringan vertikal yang tinggi agar bisa menampung hingga 100.000 orang penonton, pada proyek pertama. Bentuk itulah yang kemudian tampak mirip dengan kotak cokelat yang ditunjukkan Sulcic. Itu terjadi karena sebagian warga Del Valle Iberlucea, salah satu sisi stadion, menolak menjual rumah mereka.

Mengubah stadion bertingkat kayu milik Boca Juniors untuk dijadikan venue olahraga modern saat itu bukan pekerjaan sederhana. Belum lagi padatnya pemukiman di sekitar stadion. Namun, Sulcic berhasil menemukan solusi. Dia merancang sebuah struktur kuat menggunakan beton bertulang di sudut yang tepat. Meski merusak bentuk simetris stadion, tapi itu telah menjadikannya sangat ikonik.

Setahun setelah dibuka, tingkat kedua stadion diresmikan, disusul tingkat ketiga pada 1953, sehingga La Bombonera. Bentuknya benar-benar tak biasa; tiga sisi dengan tribun bertingkat seperti biasanya, sedang satu sisi lain berdiri curam seperti menantang gravitasi. Menariknya, itu ternyata memberi akustik luar biasa, sehingga sorakan fans bisa terdengar sangat menggema sepanjang pertandingan.

Berganti Nama

La Bombonera yang kosong memunculkan perasaan yang sama seperti ketika Anda melihat orang yang Anda cintai sedang tertidur lelap,” tulis Alessandro Baricco, seorang penulis Italia mengungkap perasaannya tentang stadion kebanggaan Boca Juniors itu. Tetapi, ketika para pemain berjuang di lapangan untuk merebut kemenangan, maka pesona La Bombonera pun akan berubah 360 derajat.

La Bombonera tak bergetar, tapi jantungnya yang berdetak,” menurut penulis Christopher Thomas Gaffney. Datanglah pada hari pertandingan, lautan biru dan kuning menyebar rata di seluruh bagian stadion. Ketika Anda berdiri di tribun, maka sorak-sorai penonton dari empat penjuru akan membuat stadion bergoyang, begitulah atmosfer di La Bombonera yang akan membuat para lawan jadi gentar.

Di stadion ini pula lahir Diego Maradona, Juan Roman Riquelme, Martin Palermo hingga Carlos Tevez. Mereka berlari menggiring bola, menjebol gawang lawan, dan lalu bersorak ke arah fans meluapkan kegembiraan dan berpesta bersama. Dengan kapasitas resmi 57.200, stadion yang kini dinamakan Estadio Alberto Jose Armando sejak tahun 2000 itu sungguh tak pernah sepi. Bahkan, secara luas telah dianggap sebagai salah satu stadion paling ikonik di dunia dengan berbagai alasan tersebut.

Sumber: Goal, Wikipedia,

https://en.wikipedia.org/wiki/La_Bombonera
https://www.goal.com/id/berita/bombonera-boca-juniors/1jgx6nx62m301vq844egj27gb