Setelah 251 penampilan dan memberikan 13 trofi untuk Real Madrid, Gareth Bale memutuskan untuk kembali ke Tottenham pada bursa transfer musim panas 2020/2021. Tersingkirnya ia dari tim utama asuhan Zinedine Zidane dan sulitnya mencari pembeli, membuat Bale akhirnya hengkang dengan status pinjaman demi bisa menyelamatkan karier sepakbolanya.
Dari 13 trofi yang sudah ia berikan kepada Madrid, empat diantaranya adalah gelar Liga Champions Eropa. Namun untuk musim ini, Bale tidak akan bermain di Liga Champions karena musim lalu Spurs hanya finis pada posisi keenam klasemen Premier League.
Sepanjang kariernya, Bale hanya satu kali bermain di Liga Champions dengan seragam putih klub London Utara tersebut. Kejadiannya pada musim 2010/2011. Ketika itu, Bale mulai bertransformasi dari seorang bek kiri menjadi seorang penyerang sayap. Bersama Bale, Spurs melangkah hingga babak 8 besar sebelum kalah agregat 5-0 dari Real Madrid.
Meski tersingkir, penampilan Bale saat itu terbilang cukup mengesankan. Salah satunya ketika Spurs bertanding melawan Inter Milan pada 20 Oktober 2010 di Giuseppe Meazza. Pertandingan itu akan selalu dikenang sebagai pertandingan ketika Bale dengan laju larinya berusaha untuk menghindarkan Spurs dari kekalahan.
Laga melawan La Beneamata terjadi pada matchday ketiga Liga Champions musim 2010/2011. Baik Inter dan Spurs saat itu sama-sama mengantungi empat poin dari rival mereka yang lain yaitu FC Twente dan Werder Bremen.
Akan tetapi, pertandingan tampaknya menjadi milik tim tuan rumah. Javier Zanetti langsung membuka keunggulan saat pertandingan baru berjalan dua menit. Enam menit berselang, petaka bagi tim tamu hadir ketika penjaga gawang, Heurelho Gomes, mendapat kartu merah setelah menjatuhkan Jonathan Biabiany.
Lebih dari 80 menit Spurs harus bermain dengan 10 orang. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan betul oleh Inter Milan untuk mencetak gol. Tiga menit setelah kartu merah Gomes, Samuel Eto’o menggandakan keunggulan. Tiga menit kemudian giliran Dejan Stankovic yang membuat gol ketiga untuk Inter. Sepuluh menit jelang turun minum, Eto’o mencetak gol kedua sekaligus membuat Inter menjauh dengan skor 4-0.
Keunggulan jauh Inter ini menunjukkan kalau mereka akan meraih kemenangan telak. Mereka tidak melakukan perubahan sama sekali. Namun, alih-alih mempertahankan intensitas, skuad asuhan Rafael Benitez ini memilih untuk mengendurkan tekanan pada babak kedua. Inilah yang kemudian dimanfaatkan betul oleh Spurs untuk mencari gol.
Sayangnya, peluang emas dari Peter Crouch gagal membuahkan gol meski posisinya sudah enak sekali untuk menyelesaikan peluang. Beberapa saat setelahnya, Gareth Bale memiliki ide untuk bisa menjaga asa timnya sekaligus menunjukkan kalau dia bisa mengambil alih tugas striker yaitu mencetak gol.
Menerima bola di sisi kiri pertahanan timnya, Bale melewati Maicon sebelum kemudian ia mengajak sprint Javier Zanetti. Sayangnya, bek Argentina ini kalah laju dari Bale yang membuatnya tidak bisa ditahan untuk terus berlari hingga ke kotak penalti. Bantuan dari Lucio dan Walter Samuel juga tidak menolong Julio Cesar yang hanya bisa terdiam melihat gawangnya kemasukan.
“Dia bermain sangat luar biasa dan dia adalah pemain hebat. Seorang juara. Kami harus memberinya pujian besar. Kami tahu apa yang akan dia lakukan, tapi sangat sulit untuk bisa mengendalikannya,” kata Maicon.
Skor 4-1 ini sebenarnya bertahan hingga dua menit terakhir. Meski begitu, Bale masih punya tenaga untuk setidaknya membuat barisan pemain belakang Inter sadar diri kalau mereka harus melakukan regenerasi. Pada menit ke-90, mantan pemain Southampton ini lagi-lagi membuat repot Javier Zanetti. Semenit kemudian, Bale membuat Spurs mencetak gol ketiga. Lagi-lagi ia lebih dulu sampai ke kotak penalti Inter mendahului para pemain belakang. Inilah hat-trick pertama Bale selama bermain untuk The Lylywhites.
“Kami kalah, tapi babak kedua bisa dibilang menjadi show seorang Gareth Bale. Dia membuat tiga gol paling luar biasa. Mereka hanya bisa berdiri tanpa bisa mengatasinya,” kata Harry Redknapp.
Inter memang sukses mendapat tiga poin dari pertandingan ini. Akan tetapi, seperti yang diucapkan oleh Harry Rednapp, kalau Gareth Bale yang justru membuat pertandingan ini dikenang sebagai salah satu momen terbaik yang pernah terjadi sepanjang sejarah Liga Champions Eropa. Dua pekan kemudian, Bale kembali menjadi pusat perhatian saat Spurs balik mengalahkan Inter ketika bertanding di White Hart Lane.