Langkah Awal Indonesia Bertemu Maradona

Foto: FIFA.com

26 Agustus 1979 menjadi tanggal yang tidak bisa dilupakan oleh sepakbola Indonesia. Saat itu, para pemain muda tim nasional berkesempatan mencicipi turnamen akbar bertajuk Piala Dunia U-20 di Tokyo, Jepang. Ini menjadi turnamen besar skala dunia ketiga yang pernah dimainkan oleh Indonesia setelah Piala Dunia 1938 dan Olimpiade Melbourne 1956.

Keberhasilan Indonesia melangkah ke Jepang diawali dari tanggal 5 Oktober 42 tahun yang lalu. Ketika itu, Indonesia bermain pada ajang AFC Youth Championship. Turnamen Piala Asia Junior yang sekaligus menjadi kualifikasi untuk menentukan siapa yang lolos ke Jepang setahun berikutnya.

Indonesia tergabung di grup A bersama Irak, Malaysia, dan Yordania pada ajang yang digelar di Bangladesh tersebut. Akan tetapi, langkah Indonesia pada pertandingan pertama dimulai dengan kalah 0-4 dari Irak. Kemenangan baru didapat empat hari kemudian. Saudara serumpun, Malaysia, tumbang dengan skor 2-0 sekaligus membuka kembali peluang mereka untuk lolos.

Dominasi Irak pada babak grup menolong Indonesia. Meski sudah dua kali meraih kemenangan telak, namun Irak tidak mengendur ketika melawan Malaysia. Mereka menang dengan skor 7-0. Kekalahan Malaysia ini dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia yang menang 4-0 atas Yordania. Hasil ini membawa mereka tepat di bawah Irak pada klasemen akhir sekaligus mengantungi satu tiket ke perempat final.

Lolos sebagai runner-up membuat Indonesia harus menghadapi Korea Utara sebagai juara grup B. Sayangnya, langkah Indonesia terhenti pada fase ini. Mereka kalah dengan skor 2-0 sekaligus mengubur harapan mereka ke Piala Dunia U-20.

Asia sendiri mendapat jatah dua tiket untuk negara yang akan menjadi wakilnya di Jepang nanti. Dua tiket itu diberikan kepada negara yang bertanding pada partai final. Tiket tersebut kemudian diraih oleh Korea Selatan dan Irak setelah mereka mengalahkan Kuwait dan Korea Utara Piala Asia Junior ini dimenangkan oleh kedua kesebelasan karena skor berakhr imbang 1-1.

Jika melihat raihan Indonesia yang hanya sampai 8 besar, maka mereka seharusnya tidak berangkat ke Jepang. Namun, berkah menaungi mereka. Salah satu wakil yaitu Irak memilih untuk mengundurkan diri. Jatah seharusnya menjadi Korea Utara atau Kuwait yang merupakan semifinalis. Namun, lagi-lagi mereka menolak.

Alasan politis menjadi latar belakang negara-negara ini menolak tampil. Piala Dunia U-20 atau yang saat itu bernama FIFA World Youth Championship, menggandeng minuman berkarbonasi Coca Cola sebagai sponsor utama sekaligus nama turnamen. Korea Utara dan negara-negara lainnya tentu menolak keras hal-hal yang berbau Amerika sehingga memilih untuk tidak tampil sama sekali.

Tersisa hanya Indonesia, negara yang sama sekali tidak mencampurkan urusan politik dengan sepakbola. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Joao Havelange, presiden FIFA saat itu, memilih Indonesia untuk menemani Korea Selatan sebagai wakil dari Asia pada Piala Dunia Junior 1979.

Yang menarik, Indonesia tidak disebut sebagai pengganti Irak atau Korea Utara. Havelange hanya menyebut kalau Indonesia telah mengalahkan Malaysia dan Yordania pada Piala Asia Junior 1978 sehingga berhak untuk menemani Korea Selatan. “Pengalaman luar biasa bagi Indonsia untuk menghadapi turnamen-turnamen lainnya di masa mendatang,” kata Havelange.

Ketua Umum PSSI saat itu, Ali Sadikin, kemudian menunjuk Soetjipto Soentoro sebagai pelatih. Sebagai bagian dari persiapan menuju Jepang, para pemain melakukan training camp selama tiga bulan. Banyak uji coba yang mereka lakukan hingga Agustus 1979. Tercatat, mereka melakoni 29 kali pertandingan uji coba di dalam negeri dengan catatan 25 kemenangan, 2 seri, dan 2 kali kalah. Pada 20 Agustus 1979, Adam Malik, Wakil Presiden Indonesia saat itu, melepas para pemain ini menuju Jepang ditemani oleh Ali Sadikin dan Hans Pandelaki selaku Sekjen PSSI.

Akan tetapi, penampilan apik mereka saat uji coba tidak menular pada turnamen sesungguhnya. Berada satu grup dengan Argentina, Polandia, dan Yugoslavia, Indonesia harus puas sebagai juru kunci dengan hasil tiga kali kalah. Catatan buruk diperparah dengan dengan kegagalan Indonesia tidak bisa mencetak satu gol pun. Mereka kalah 5-0 dari Argentina, 6-0 dari Polandia, dan 5-0 dari Yugoslavia. Meski begitu, para pemain tidak merasa kecewa karena mereka mendapat kenangan yang luar biasa. Salah satunya adalah mereka bisa berada satu lapangan dengan Diego Maradona.

“Kelas Maradona memang berbeda beberapa tingkat dari kami. Sayang, foto-foto kenangan saat kami berjibaku dengannya di lapangan hilang,” kata gelandang timnas saat itu, David Sulaksmono.