23 Pesepakbola yang Beralih ke Olahraga Lain Setelah Pensiun (1)

Pernah menikmati status sebagai pemain sepakbola bintang kelas dunia, ternyata tidak selamanya akan memberikan kepuasan diri. Tidak sedikit para seniman lapangan hijau itu kemudian mencoba mencari tantangan baru di bidang olahraga lain, hingga terobsesi untuk menaklukkannya dan hingga meraih prestasi pula. Selain hobi, mungkin juga karena memang ingin merasakan sesuatu berbeda.

Menjadi pelaku di bidang olahraga lain, tentu saja tidak cukup dengan modal hanya ketenaran saat masih aktif sebagai pemain sepakbola profesional. Mereka pun pastinya juga harus menjalani latihan keras agar bisa menguasai cabang olahraga baru yang akan ditekuni. Berikut para pemain sepakbola yang beralih ke olahraga lain setelah pensiun. Beberapa di antaranya bahkan sukses meraih prestasi.

  1. Eric Cantona

Legenda Manchester United dan tim nasional Prancis ini memang beralih profesi tidak jauh dari bola sepak. Dia pensiun dari lapangan rumput pada 1997, sebuah keputusan yang sangat mengejutkan mengingat usianya ketika itu masih 30 tahun. Namun, Eric Cantona tidak lama meninggalkan dunia olahraga, karena tak lama kemudian dia pun melanjutkan kariernya dalam cabang sepakbola pantai.

Tidak perlu waktu lama, Cantona langsung mendapat kepercayaan membela tim nasional sepakbola pantai Prancis pada 2002. Kemudian, karier pemain yang dikenal bertemparamen keras ini berlanjut hingga menjadi pelatih di tim yang sama. Pilihan itu pun ternyata juga berhasil membawanya meraih prestasi tertinggi seperti saat masih di United, dengan menjuarai Piala Dunia Sepakbola Pantai 2005.

  1. Fabien Barthez

Sama seperti Eric Cantona, Fabien Barthez pun juga merupakan legenda Manchester United dan tim nasional Prancis. Bahkan, prestasinya jauh lebih mentereng; dengan pernah memenangkan trofi Liga Champions bersama Marseille, Ligue 1 Prancis dengan AS Monaco, dan juara Premier League Inggris bersama Setan Merah, serta menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 di level internasional.

Setelah pensiun pada 2007, Barthez pun terjun ke dunia balap mobil reli setahun kemudian. Setelah mengikuti berbagai kejuaran, dia akhirnya berhasil pula meraih gelar juara dalam ajang GT Prancis seri motorsport pada 2013. Pria yang dulu bermain sebagai kiper itu kemudian terlibat dalam FIA GT Series di tahun yang sama, serta European Le Mans Series dan 24 Hours of Le Mans sejak 2014 lalu.

  1. Mick Channon

Mantan penyerang tim nasional Inggris era 1970-an ini pernah membela sejumlah klub papan atas di Britania. Sebelum bermain untuk Manchester City pada 1977-1979, Mick Channon telah membawa Southampton menjuarai Piala FA 1976. Sempat kembali ke klub masa kecil yang diperkuatnya secara profesional sejak 1965, dia lalu kembali meraih trofi Piala Liga bersama Norwich Citty pada 1985.

Oleh karena ketertarikannya pada olahraga pacuan kuda, Channon kemudian beralih menjadi pelatih dan joki kuda setelah pensiun dari lapangan hijau pada 1986, dan mendapatkan lisensi penuh pada 1990. Dalam waktu tak lama, dia pun mampu menangani ratusan kuda dan membawa mereka jadi pemenang. Pada 2012, Channon berhasil ajang British Classic Races di Irlandia untuk pertama kali.

  1. Tim Wiese

Berstatus sebagai penjawa gawang Werder Bremen periode 2005-2012, Tim Wiese pernah meraih trofi Piala Liga Jerman 2006 dan Piala Jerman pada 2009. Dia pun masuk dalam skuat tim nasional Jerman saat menjadi juara tiga di Piala Dunia 2010 dan menembus semifinal Piala Eropa 2012. Pada akhir musim 2013/2014, saat membela Hoffenheim, dia lalu memutuskan pensiun di usia 33 tahun.

Namun, di saat bersamaan dengan pengumuman pensiunya dari sepakbola, Wiese mengungkap niat untuk menjajal kompetisi gulat World Wrestling Entertainment (WWE). Niatnya itu terealisasi pada 2016, di mana dia melakoni debut di atas ring dalam pertandingan di Muenchen, Jerman, pada 3 November 2016. Dia sukses mengawali karier gulat dengan kemenangan dan dijuluki The Machine.

  1. Bixente Lizarazu

Pemenang Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 bersama Fabien Barthez di tim nasional Prancis ini punya segudang pengalaman dan prestasi di lapangan hijau. Bixente Lizarazu juga pernah menjuarai Piala Intertoto 1995 bersama Bordeaux, hingga enam kali juara Bundesliga Jerman dan meraih trofi Liga Champions 2000/2001, serta 10 trofi lainnya bersama Bayern Muenchen periode 1997-2006.

Sang bek kiri ini kemudian gantung sepatu pada 2006, namun tetap beraktifitas di dunia olahraga. Lizarazu beralih profesi ke dnia seni beladiri Brasil, Jiu-Jitsu. Meskipun smepat demam panggung di arena beladiri, namun dia bisa beradaptasi dengan baik. Dia lalu memperkuat tim nasional Prancis di kejuaraan Jiu-Jitsu Eropa, Blue Belt Senior 1 Light Division 2009, hingga memenangkan kompetisi itu.