Sepakbola Skandinavia kini diwakili oleh bintang-bintang muda, seperti Martin Odegaard dan Erling Haaland, setelah era Zlatan Ibrahimovic berakhir. Namun, sepakbola tentu saja bukan hanya bicara para pria, karena sekarang kaum Hawa pun sudah menunjukkan prestasi dalam olahraga 11 vs 11 pemain ini.
Berikut lima ikon sepakbola putri Skandinavia, dari era 1970-an sampai periode saat ini.
1. Pia Sundhage (Swedia) : 1975-1996
Pemain asal Swedia ini adalah sosok seperti Yoda dalam cerita Star Wars bagi sepak bola wanita. Dia telah mengumpulkan rekor 146 caps untuk negaranya selama periode 1975-1996. Bahkan, Sundhage membuat debut tim nasionalnya sebagai anak ajaib berusia 15 tahun pada tahun 1975 silam. Dia lalu mencetak hingga 71 gol sepanjang karier internasionalnya, hingga diabadikan dalam sebuah perangko.
Di level klub, pemain terbaik dan top scorer Women’s Euro 1984 itu juga dikenal sebagai legenda klub Italia, Lazio Women. Sang striker bermain semusim pada 1985 dengan 16 gol dalam 23 laga. Setelah pensiun, kariernya berlanjut jadi pelatih; membimbing AS meraih emas Olimpiade 2008 dan 2012 serta perak untuk Swedia pada 2016, sebelum juara Copa America Femenina 2023 bersama Brasil.
2. Hege Riise (Norwegia) : 1989-2006
Pelatih timnas wanita Norwegia saat ini, dia adalah ikon di tanah airnya, dan salah satu pesepakbola wanita terhebat dalam sejarah. Riise memenangkan Women’s Euro 1993, Piala Dunia Wanita 1995 dan emas Olimpiade 2000; hat-trick gelar tertinggi di dunia yang diraih hanya oleh dua wanita lain. Di level klub, kariernya lebih banyak dihabiskan di Norwegia, selain pernah mencoba di Jepang dan AS.
Riise juga dikenal sebagai ratu set-piece. Dia bahkan pernah diundang oleh Even Pellerud, pelatihnya saat memenangkan Piala Dunia Wanita 1995 sebagai pemain terbaik, untuk berlatih dengan klub pria papan atas Norwegia, Lillestrom. “Itu untuk menunjukkan pada para pemain bagaimana melakukan tendangan bebas yang baik,” kata legenda sepakbola Norwegia, Per-Mathias Hogmo baru-baru ini.
3. Hanna Ljungberg (Swedia) : 1994-2009
Dia jadi ujung tombak cepat Umea IK, klub wanita Swedia yang dikenal sebagai pembangkit tenaga sepakbola wanita era 2000-an. Namanya Hanna Ljungberg, tapi tak ada hubungan dengan Freddie Ljungberg, legenda Swedia dan Arsenal. Ljungberg wanita ini pun ternyata juga tak kalah hebatnya, membantu negaranya jadi juara Eropa dua kali, dan hampir memenangkan Piala Dunia Wanita 2003.
Anehnya, Perugia pernah mencoba mengontrak Ljungberg pada 2003, tapi untuk tim putra mereka. Klub Serie A Italia itu mungkin berpikir out of the box, karena juga pernah merekrut putra Kolonel Gaddafi, diktator Libya. Tapi, kesepakatan untuk Ljungberg gagal, mereka terdegradasi, dan tak naik lagi sejak itu. Ljungberg akhirnya pensiun di Umea IK pada 2009 dengan 14 trofi selama 11 tahun.
4. Pernille Harder (Denmark) : 2007-sekarang
Pemain termahal di sepakbola wanita, sebelum Keira Walsh pindah ke Barcelona pada September 2023. Chelsea mengontrak pemain Denmark itu dari Wolfsburg seharga 250.000 paun tiga tahun lalu. Sejak itu, dia menjuarai liga tiga kali, dan digadang-gadang akan memenangkan Ballon d’Or Wanita 2020 sebelum dibatalkan karena Covid-19. Sejak musim ini, Harder jadi bintang Bayern Munchen.
Dengan 70 gol, gelandang serang 30 tahun ini adalah top scorer Denmark sepanjang masa, dan masih jadi kapten tim termasuk di Piala Dunia Wanita 2023. Hingga kini, hanya Alexia Putellas yang dapat menyamai dua trofi UEFA Player of the Year miliknya. Tapi siapa sangka, dia belajar sepakbola dari YouTube. “Sulit menemukan sepakbola wanita di TV, jadi saya menonton klip Marta,” ungkapnya.
5. Ada Hegerberg (Norwegia) : 2010-sekarang
Striker super Norwegia dan jimat bagi Lyon. Kariernya dimulai sejak usia 15 tahun pada 2020 dengan masuk skuad utama Kolbotn, lalu mencetak hat-trick pertama setahun kemudian dan jadi top scorer musim itu. Setelah itu, karier Hegerberg benar-benar melejit di Prancis sejak 2014. Dia membawa Lyon meraih treble winners 2017/2018, dan jadi top scorer Liga Champions Wanita dengan 15 gol, jumlah gol yang masih rekor hingga kini, sebelum dia jadi top scorer sepanjang masa turnamen itu.
Di penghujung 2018 itu, dia juga memenangkan Ballon d’Or Wanita pertama. Tapi, Hegerberg sempat meninggalkan timnas selama lima tahun karena melawan ketidaksetaraan gender dalam sepakbola di negaranya, sebelum kembali pada 2022 lalu, menandainya dengan hat-trick ke gawang Kosovo untuk pergi ke Piala Dunia Wanita 2023. Absen bertahun-tahun dari ajang internasional, ditambah sempat mengalami cedera enam bulan, ternyata tak mampu membuat mesin pencetak gol ini jadi berkarat.
Sumber: Four Four Two