5 Kandidat Pemain Terbaik Afrika 2017

Dalam penghargaan BBC African Footballer of the Year 2017 sudah ada lima kandidat yang bisa langsung dipilih di situs BBC. Kelima kandidat itu adalah Pierre-Emerick Aubameyang, Naby Keita, Sadio Mane, Victor Moses, dan Mohamed Salah. Pemungutan suara ditutup pada 27 November mendatang.

  • Pierre-Emerick Aubameyang – Gabon dan Borussia Dortmund

Tidak sekali dalam sejarah panjang Bundesliga memiliki pemain asal Afrika yang mampu sebagai top skor liga sampai Pierre-Emerick Aubameyang bisa mencapai 31 gol pada musim 2016/2017.

Penghitungan tersebut tidak hanya memungkinkan pemain internasional Gabon itu untuk mengalahkan prestasi pemain asal Ghana, Tony Yeboah, yang dua kali menjadi pencetak gol terbanyak pada 1990-an, namun juga menjadi orang keempat yang mencetak lebih dari 30 gol di papan atas Jerman – dan yang pertama dalam 40 tahun.

Sama mengesankannya adalah kenyataan bahwa bintang asal Dortmund mencetak 31 gol berasal dari 32 pertandingan saja, sebagai pemain dengan kecepatan luar biasa dan naluri pencetak gol mendapatkan tempatnya di tim Bundesliga tahun ini dan tahun kedua berjalan.

Sebuah Hat-trick di Liga Champions melawan Benfica pada bulan Maret membantunya mencapai 40 gol secara keseluruhan, yang satu di antaranya memenangkan final Piala Jerman saat Dortmund mengalahkan Eintracht Frankfurt 2-1.

Performa Aubameyang sangat bagus sehingga di nominasikan untuk menjadi pemain terbaik FIFA – satu – satunya orang Afrika yang mendapatkan penghargaan semacam itu – sementara pemain berusia 28 tahun itu bergabung dengan calon pemain terbaik Afrika Selatan Sadio Mane di Ballon`d Or.

Meskipun harapan yang meluas, pemain asal Gabon ini akan meninggalkan Dortmund di akhir musim, tapi tidak ada gerakan yang terwujud.

Klub seperti Paris Saint Germain dan Manchester City menunjukkan ketertarikan namun impiannya yang bertahan lama dan sangat bermimpi bisa bergabung dengan Real Madrid saat tim asal Spanyol mengabaikannya meskipun memliki kemampuan yang luar biasa.

Secara internasional, kapten Gabon itu memiliki waktu satu tahun untuk melupakan karena negaranya yang menjadi tuan rumah Piala Afrika keempat yang absen di babak penyisihan grup, meski memiliki dua gol dalam tiga pertandingan.

  • Naby Keita – Guinea dan RB Leipzig

Naby Keita mungkin telah memulai musim 2016-17 sebagai pemain tidak terkenal, namun dia mengakhirinya dengan tim Bundesliga tahun ini – sebuah jajak pendapat pubik di mana pemain berusia 22 tahun itu menerima suara terbanyak dari gelandang manapun.

RB Leipzig tentu saja merupakan tim kejutan musim lalu – debutan Bundesliga finis di  posisi kedua – namun gelandang asal Guinea mereka berhasil mencapainya.

Hanya lima menit memasuki debut di liga, Keita merupakan pembelian yang tidak terduga dari klub Graz Austria, RB Salzburg – mencetak gol kemenangan pada menit 89 melawan Borussia Dortmund untuk menentukan jarak pada musim ini.

Secara total, dia mencetak 8 gol di liga – diantaranya gol dari pesaing musim ini – sekaligus juga memberikan tujuh assist.

Tapi itu disetiap permainannnya Keita selalu mengesankan gelandang box-to-box yang merusak kedua ujung lapangan, dia telah digambarkan sebagai dua pemain oleh tim lawan. Keita yang memiliki kemampuan yang paling banyak diinginkan oleh pelatih.

Seorang pakar mematahkan permainan, dia juga memiliki kekuatan fisik dan penglihatannya untuk mengusir lawan-lawannya – dia banyak menguasai bola dan melalukan dribble dari pada pemain sayap Bayern Munich Arjen Robben di papan atas Jerman musim lalu – untuk mencetak gol atau membuat peluang.

Tak heran jika manajernya di Leipzig menggambarkan sebagai pemain yang tidak tergantikan dan sangat berbakat.

Bintang kelahiran Conakry sangat mengesankan sehingga Liverpool menyetujui biaya transfer rekor Afrika setidaknya 48 juta poundsterling untuk mendapatkan jasanya pada Juli 2018 – dengan Leipzig kemudian mengatakan bahwa mereka tidak akan menjualnya kecuali untuk memicu klausul pembebasannya.

Keita terutama masuk adalah daftar untuk yang bisa di eksploitasi klubnya karena Guinea menemukan jalan yang sulit ke Piala Dunia 2018, bahkan jika gelandang itu mencetak gol dalam pertandingan kualifikasi melawan Libya dan Tunisia.

  • Sadio Mane – Senegal dan Liverpool

Senegal dan Liverpool memiliki penyerang Sadio Mane tampil dengan baik di tahun 2017, dia tidak hanya di pilih oleh rekan-rekan profesional ke tim PFA tahun ini, tapi juga salah satu dari hanya dua orang Afrika yang masuk dalam list Ballon d`Or.

Dia juga bersinar saat Senegal mencapai Piala Dunia pertama mereka sejak 2002. Kemenangan atas Afrika Selatan di Stadion Peter Mokaba di Polokwane memastikan tempat mereka di Rusia, dengan Mane menjadi kunci kemenangan dengan Singa Teranga memberikan dua assist dalam kemenangan 2-0.

Dia masuk salah satu yang terbaik di Senegal dalam satu tahun terakhir, Mane mencetak empat gol dalam Sembilan pertandingan internasional.

Itu semua sangat jauh dari awal tahun karena Mane menunjukkan ketahanan dan kecepatannya, menipu lawan dan penyelesaian dalam mencetak gol yang sangat baik.

Setelah mengalami sedikit optimis – mencetak gol untuk Senegal di Piala Afrika – Tahun yang sangat pahit buat Mane.

Gagal dalam adu penalty di perempat final melawan juara bertahan Kamerun mengurangi Mane ke sosok yang kusut dan putus asa.

Jadi bagaimana Liverpool bersyukur atas cara Senegal bereaksi dengan keras, karena mereka hanya menang sekali tanpa dia dalam tujuh pertandngan di mana mereka telah keluar dari kompetisi piala domestik.

Dia sepatutnya mengilhami kemenangan pertama The Reds sejak kepergiaanya ke Gabon saat mencetak dua gol dalam kemenangan 2-0 atas Spurs, sebelumnya juga mencetak kemenangan penting atas Arsenal dan saingannya Everton, yang dengan Mane mencetak gol di kandang dan menang di pertandingan tandang.

Dia mengakhiri musim dengan 13 gol – perhitungan terbaiknya di Premier League – meski hampir hilang pada bulan Aprik dan Mei setelah menjalani operasi lutut.

Mane mengakhiri debutnya dalam kampanye Liverpool sebagai pencetak gol terbanyak bersama klub – berbagai penghargaan dengan Philippe Coutinho meski bermain lebih sedikit – dan membantu The Reds lolos ke Liga Champions hanya dengan menyelesaikan empat besar Premier League mereka dalam delapan tahun terakhir.

Pemain Liverpool musim ini dan pemain – pemain lain segera menyusul.

Pada saat kartu merahnya yang didapat saat melawan Manchester City pada bulan September dalam Premier League – yang dimulai dengan tiga gol dalam tiga pertandingan – Liverpool rata-rata memiliki 2,2 gol liga dengan Mane di tim dibandingkan dengannya 1,6 gol.

Pemain berusia 25 tahun itu berharap bisa mengakhiri tahun pertamanya dengan memenangkan gelar pemain terbaik Afrika.

  • Victor Moses – Nigeria dan Chelsea

Ketika Victor Moses melihat kembali karirnya, gelandang Nigeria dan Chelsea lebih dari mungkin untuk di lihat pada musim 2016-17 sebagai titik baliknya.

Setelah bertahun-tahun melakukan perpindahan menjadi pemain pinjaman, pemain berusia 26 tahun itu akhirnya mendapatkan perannya di Stamford Bridge – begitu banyak sehingga dia menjadi anggota integral tim pemenang Liga Premier.

Tanggal yang mungkin ditinjau Moses adalah 1 Oktober ketika pelatih Chelsea Antonio Conte, menyusul kekalahan komprehensif dari Arsenal dan Liverpool, beralih ke sistem 3-4-3 dan menerjunkan Moses dalam peran sayap kanan wing back di Hull City.

Ini adalah awal liga pertamanya bagi The Blues selama lebih dari tiga tahun, namun Moses jauh dari yang diperkirakan menghasilkan penampilan dengan naluri menyerang dan keinginan untuk mendapatkan bola kembali jika kehilangan.

Kemenangan melawan Hull merupakan awal dari sebuah rekor yang sama dengan 13 kemenangan berturut-turut di Liga Premier untuk Chelsea dan 22 liga berturut-turut dimulai untuk Moses, sampai dia sempat mengalami cedera pada bulan April.

Bulan sebelumnya, membawa untuk pertama kalinya ke The Blues dengan penandatangan kontrak baru, menyelesaikan peruntungan yang luar biasa di sebuah klub yang ia ikuti pada tahun 2012.

Sementara ini sebagian besar Conte memberi kesempatan kepada Moses untuk berkembang yang dia melihat sesuatu pada masa pra musim yang tidak dimiliki orang lain, pemain berusia 26 tahun itu masih harus mengambil kesempatan dan satu musim paling tidak yang diharapkan, dia menunjukkan dengan kekuatan stamina, kecepatan dan ketahanan tubuhnya.

Serta memenangkan Liga Premier, Moses juga menerima medali runner-up Piala FA setelah Chelsea kalah dari Arsenal di final dimana pemain asal Nigeria itu mendapatkan kartu merah.

Moses hanya bermain tiga kali sebagai pemain internasional tahun ini, namun pada awalnya ia mencetak gol dalam kemenangan 4-0 yang sensasional dari Kamerun yang membuat Juara Afrika lolos dari babak kualifikasi dan melicinkan Nigeria ke Piala Dunia ketiga berturut-turut.

Sekarang Moses bisa menjadi orang Nigeria pertama sejak Jay-jay Okocha pada tahun 2004 yang memenangkan penghargaan ini.

  • Mohamed Salah – Egypt dan Liverpool

Mohamed Salah telah mencetak lebih dari 100 gol dibuat untuk negeranya Mesir dan hanya satu orang yang bisa membuatnya – serangan mendadak melawan Kongo pada bulan Oktober yang membawa tim Firaun ke Piala Dunia pertama kali lebih dari seperempat abad.

Mesir – Juara Afrika mencatat rekor tujuh kali – belum mencapai Piala Dunia sejak 1990, namun Salah diberi kesempatan untuk mengunci tempat mereka di Rusia dari titik pinalti dengan skor akhir 1-1.

Pemain berusia 25 tahun itu entah bagaimana mengabaikan ketakutan jika bermain di kandang, memicu euphoria nasional dan mendorong Presiden Abdul Fattah Al-Sisi memuji kemampuannya lebih dari 80 juta orang Mesir.

Tujuannya mengukuhkan menjadi raja pada tahun 2017, dengan tim yang di juluki Mesirnya Salah berkat winger yang sering mengilhami tim yang sangat jarang bisa berada di posisi puncak seperti sekarang ini.

Salah mencetak lima dari tujuh gol kualifikasi Piala Dunia yang membawa Mesir ke turnamen musm panas mendatang.

Salah memiliki performa yang luar biasa tidak terbatas pada di pertandingan internasional.

Setelah bergabung dengan Liverpool dari Roma bulan Juni, awal karir di Anfield hampir tidak mungkin berjalan lebih baik karena ia ditunjuk sebagai pemain terbaik bulan Agustus dan September.

Sebuah gol pada debutnya membantunya mengumpulkan tujuh gol dalam 11 pertandingan Premier League pertamanya, dan dia telah bernasib lebih baik di Liga Champions, dengan lima gol dalam enam pertandingan.

Salah sangat luar biasa di Inggris adalah kelanjutan dari performa yang bagis di Italia, di mana pemain mungil ity adalah tokoh kunci dalam liga terbaik di Roma dalam tujuh tahun.

Dia mencetak 15 gol dan memberikan 11 assist di liga yang terkenal karena mempertahankannya saat Roma berada di urutan kedua, membuntuti juara Juventus hanya dengan empat poin.

Ini adalah pertama kalinya Salah di nominasikan untuk pemain terbaik Afrika tahun ini dan dia akan menjadi orang Mesir pertama yang memenangkannya sejak Mohamed Aboutrika yang legendaris di tahun 2008.