5 Kasus Match-Fixing yang Mengguncang Sepakbola

Foto: IItalian Football Diary

Belakangan ini skandal pengaturan skor yang terjadi di kompetisi sepakbola di Indonesia jadi sorotan banyak media. Bahkan salah satu program televisi sampai membuat dua edisi khusus membahas dugaan match fixing yang terjadi di tanah air.

Dugaan praktik kecurangan yang melibatkan aliran uang yang jumlahnya begitu besar melibatkan berbagai klub di tiap divisi di kompetisi liga sepakbola di Indonesia. Tak hanya itu, baru-baru ini bahkan disebut laga Timnas melawan Malaysia pada partai final Piala AFF 2010 juga dinodai dengan praktik serupa.

Meski demikian sebenarnya kasus match fixing di dunia sepakbola bukanlah hal yang baru. Sudah sejak lama dan hampir ada di setiap kompetisi sepakbola di dunia, di mana para mafia ini mencoba mengeruk keuntungan dengan cara yang tersebut.

Berikut ini adalah lima kasus match-fixing paling menghebohkan yang terjadi di dunia sepakbola, dikutip dari berbagai sumber.

  1. Kontroversi Hujan Gol di Nigeria

Bisa jadi ini merupakan kasus match fixing yang paling kentara dan gamblang. Hal ini terjadi di Afrika tepatnya di Nigeria pada 2013. Dua kesebelasan mereka, Plateau United Feeders dan Police Machine terbukti terlibat dalam pengaturan skor.

Insiden terjadi ketika kedua klub yang bermain divisi dua liga domestik Nigeria tersebut mengincar tiket promosi. Untuk bisa menggapai hal itu, keduanya harus menang dengan skor amat telak, yang sebenarnya sulit untuk diwujudkan.

Namun ajaibnya dua tim tersebut di laga yang dimainkan di waktu yang bersamaan sukses menang dengan skor yang sangat mencolok. Plateau United berhasil menumbangkan sang lawan Akurba FC dengan skor 79-0, sementara Police Machine mempermak Babayaro FC dengan skor 67-0.

Federasi Sepakbola Nigeria yang menginvestigasi kejadian tersebut memutuskan bersalah kepada keempat tim yang terlibat. Hukuman 10 tahun tidak boleh berkompetisi pun dijatuhkan oleh Federasi Sepakbola Nigeria.

  1. “Sepakbola Hantu” di Belarusia

Salah satu bentuk match-fixing yang paling tersohor yakni membuat sepakbola hantu, di mana pemain dan official bersepakat untuk memanipulasi hasil pertandingan. Hal tersebut terjadi pada 2015 di Belarusia.

Dua klub asal Belarusia FC Slutsk dan Shakhter Soligorsk dijadwalkan akan saling berhadapan. Laga tersebut dinilai penting dan menarik perhatian para bandar judi. Celton Manx, sosok di balik website judi disebut membayar sejumlah uang untuk FC Slutsk. Pertandingan tersebut nyatanya tidak pernah terjadi kendati kedua tim mengumumkan di website mereka bahwa skor akhir laga tersebut yaitu 2-1.

  1. Kasus Suap Wasit Jerman

Mantan wasit asal Jerman, Robert Hoyzer, pada 2005 terlibat dalam sebuah skandal match-fixing. Hoyzer terbukti menerima uang suap senilai 67 ribu euro atau sekira Rp. 1,1 miliar dari pemilik rumah judi asal Kroasia, Ante Sapina.

Hoyzer saat itu “berhasil” mengatur hasil akhir di banyak pertanidngan divisi dua dan tiga sepakbola Jerman. Termasuk laga piala liga yang melibatkan klub divisi utama Bundesliga. Hoyzer melakukan berbagai keputusan nyeleneh seperti penalti kontroversial dan kartu merah di 23 pertandingan berbeda.

  1. Prostitusi Mempermulus Match-fixing

Tidak melulu match-fixing melibatkan jumlah uang yang melimpah. Contohnyata terjadi pada 2012 ketika wasit Ali Sabbagh dan dua ofisial lainnya terbukti bersalah dan terlibat dalam pengaturan skor pada laga antara Tampines dan East Bengal.

Sebelumnya Sabbagh bertemu dengan pemiliki kelab malam sekaligus sosok yang terlibat dalam sebuah organisasi match fixing bernama Eric Ding. Alih-alih menawarkan uang, Sabbagh disodorkan dengan pilihan pekerja seks komersial asal Kolombia atau Jepang sebagai “bayaran” untuk mengatur skor akhir laga Tampines dan East Bengal.

Namun rencana busuk tersebut terendus oleh tim investigasi dan praktik korupsi yang membuat tiga ofisial, termasuk Sabbagh ditangkap sesaat sebelum laga dimulai. Ketiga perangkat pertandingan tersebut dihukum enam bulan penjara, plus di-banned untuk selamanya oleh FIFA. Ding, otak di balik suap tersebut pun tertangkap dan dipenjara selama tiga tahun.

  1. Calciopoli

Bisa jadi ini merupakan kasus match-fixing yang paling tersohor di dunia. Sebanyak lima tim terlibat dalam skandal tersebut: Juventus, Lazio, Milan, Fiorentina, dan Reggina. Ditambah beberapa wasit yang juga ikut terlibat pada kasus tersebut.

Juventus yang sukses meraih Scudetto pada 2005/2006 dicabut gelar juaranya dan dihukum turun ke Serie B, dan dilarang ikut Liga Champions musim 2006/2007. AC Milan terkena hukuman memulai musim 2006/2007 dengan defisit poin 30. Presiden Reggina Pasquale Foti didenda 20 ribu poundsterling dan dilarang terlibat dalam sepak bola selama dua setengah tahun. Sementara Fiorentina tidak diperbolehkan ikut di ajang Liga Champions 20062007, dan Lazio tidak boleh berpartisipasi di Piala UEFA (sekarang Europa League).

Skandal tersebut terungkap setelah transkrip pembicaraan soal pengaturan penunjukkan wasit antara Direktur Umum Juventus, Luciano Moggi dan Antonio Giraudo dengan beberapa pejabat sepakbola Italia diungkap oleh media. Skandal ini juga dikenal dengan nama Moggiopoli, merujuk nama Dirut Juventus saat itu.