6 Trio Maut di Liga Indonesia

Di tengah kacaunya pegelaran Liga 1 musim 2017, ada satu hal menarik yang tidak boleh luput dari pengamatan. Musim ini beberapa klub kerap memiliki tiga pemain yang memiliki kontribusi terbesar dalam perjalanan timnya. Trio tersebut kerap membantu kesebelasannya apabila sedang mengalami kebuntuan.

Contohnya adalah Bhayangkara FC. Klub yang sedang dibicarakan banyak orang ini memiliki trio Ilija Spasojevic, Ilhamudin Armayn, dan Paolo Sergio. Ketiganya membantu klub dari kepolisian ini masuk papan atas. Begitu juga dengan Bali United yang memiliki Sylvano Comvalius, Irfan Bachdim, dan Nick Van Der Velden yang kerap merepotkan barisan pertahanan lawan.

Lantas siapa saja trio maut yang pernah eksis sepanjang sejarah Liga Indonesia?

Firman Utina, Zainal Arif, dan Ilham Jaya Kusuma (Persita Tangerang)

Tidak ada yang memprediksi bahwa klub seperti Persita Tangerang bisa melangkah jauh pada Divisi Utama Liga Indonesia 2002. Itu semua bisa terjadi berkat kehadiran trio maut yang semuanya diisi pemain lokal. Firman Utina, Zainal Arif, dan Ilham Jaya Kusuma membawa klub berkostum ungu ini tampil sangat baik di kompetisi liga. Firman berperan sebagai pemain no 10 yang siap menyokong dua pemain di depannya yang diisi oleh Arif dan Ilham.

Sementara Ilham dan Arif menghentak berkat gol-gol yang mereka ciptakan. Di akhir musim Ilham keluar sebagai top skor dengan 26 gol sekaligus keluar sebagai pemain terbaik. Sedangkan Arif mencetak 15 gol. Sayang di akhir musim kompetisi, klub asuhan Benny Dollo ini hanya sanggup meraih runner up setelah kalah 2-1 oleh Petrokimia Gresik di partai final.

Danilo Fernando, Kurniawan Dwi Yulianto, Cristian Carasco (Persebaya Surabaya)

Musim Liga Indonesia 2004 menjadi musim spesial bagi Persebaya Surabaya. Mereka menjadi juara dengan status sebagai tim promosi. Salah satu faktor keberhasilan mereka dikarenakan kehadiran tiga pemain kolaborasi lokal dan latin yang diisi Danilo Fernando, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Cristian Carasco.

Carasco saat itu terbilang baru berkiprah di sepak bola nasional. Akan tetapi ia langsung menggebrak publik Surabaya dengan 15 golnya. Selain itu selebrasi unik memakai topeng Spiderman pun menegaskan citranya. Sosok Danilo Fernando juga memiliki kontribusi yang besar berkat jumlah gol yang sama dengan Carasco.

Peran Kurniawan Dwi Yulianto juga tidak bisa disepelekan. Si Kurus menemui kebangkitannya kembali setelah sempat terkena kasus obat-obatan terlarang. Torehan 12 gol menjadi catatan apik sekaligus membawa Persebaya menjadi tim pertama yang bisa meraih dua gelar Liga Indonesia.

Danilo Fernando, Cristian Gonzales, Budi Sudarsono (Persik Kediri)

Setelah absen menjadi juara pada dua pegelaran Liga, Persik Kediri langsung bergerak cepat dengan merekrut pemain-pemain dengan nama besar. Salah satunya adalah merekrut Danilo Fernando untuk memberikan suplai kepada duet striker mereka, Cristian Gonzales dan Budi Sudarsono.

Ketiganya pun langsung memberikan prestasi manis bagi klub asuhan Daniel Roekito tersebut. Persik berada di posisi kedua babak reguler dan menjadi pemuncak klasemen di Grup A pada babak delapan besar. Mereka kemudian lolos ke partai puncak dan mengalahkan PSIS Semarang dengan skor 1-0 melalui gol tunggal Cristian Gonzales.

Gonzales kemudian melengkapi musim terbaiknya dengan menjadi top skor dengan 25 gol. Di sisi lain, meski hanya mencetak enam gol, namun Budi Sudarsono mampu menggantikan peran Ebi Sukore yang sebelumnya menjadi duet Gonzales. Akan tetapi, di musim berikutnya mereka gagal mempertahankan gelar meski melengkapi skuad dengan merekrut Ronald Fagundez.

Zah Rahan Krangar, Anoure Richard Obiora, Keith Kayamba Gumbs (Sriwijaya FC)

Tiga tahun setelah mengakuisisi Persijatim Solo FC, Sriwijaya FC menggebrak kompetisi dengan menjadi tim pertama yang bisa meraih double winners yaitu Liga Indonesia dan Copa Indonesia. Trio Zah Rahan, Anoure Obiora dan Keith Kayamba Gumbs menjadi momok bagi para bek lawan.

Zah Rahan menjelma menjadi playmaker apik yang mampu memberikan suplai bola kepada Obiora ataupun Gumbs. Obiora mencetak 11 gol sementara Gumbs mampu membuat 16 gol di Liga meski baru direkrut pada pertengahan musim. Ketiganya masing-masing mencetak satu gol ketika Laskar Wong Kito mengalahkan PSMS Medan 3-1 di partai final yang diselenggarakan tanpa penonton.

Boaz Solossa, Alberto Goncalves, Ernest Jeremiah (Persipura Jayapura)

Pelatih Persipura saat itu, Jacksen F Tiago dengan berani memainkan formasi 3-4-3 yang ketika itu jarang digunakan sebuah kesebelasan Indonesia. Wajar saja mengingat Mutiara Hitam memiliki tiga striker maut dalam diri Boaz, Beto, dan Ernest. Ketiganya berperan besar dalam keberhasilan mereka menjuarai ISL musim pertama.

Boaz menjadi top skor Liga dengan 28 gol sekaligus menjadi bomber lokal tersubur setelah Ilham Jaya Kusuma. sedangkan Beto mencetak 23 sementara 16 gol di buat oleh Ernest. Persipura juga saat itu keluar sebagai tim tersubur dengan 81 gol.

Noh Alam Shah, Roman Chmelo, Muhammad Ridhuan (Arema Indonesia)

Arema Indonesia bukanlah tim unggulan ketika memasuki Indonesia Super League 2009/2010. Akan tetapi keberadaan Robert Rene Albert mampu memaksimalkan skuadnya dengan mengkolaborasikan beberapa pemain muda dan pemain impor yang dipunyai Singo Edan.

Beruntung Robert memiliki tiga pemain vital di lini depan yang semuanya diisi pemain asing. Kolaborasi Asia-Eropa dalam diri Noh Alam Shah, Roman Chmelo, dan Muhammad Ridhuan menjadi kunci sukses keberhasilan mereka menjuarai ISL di akhir musim.

Meski dikenal kontroversial, Along (sapaan Noh Alam Shah) berkontribusi dengan 13 golnya dimana salah satunya adalah bicycle kick ketika derby Malang melawan Persema. Sementara tandemnya Roman Chmelo mencetak dua gol lebih sedikit dibanding Along. Keduanya tidak akan bisa bekerja dengan baik tanpa adanya tusukan dari Muhammad Ridhuan yang mencetak enam gol.

***

Selain nama-nama di atas, masih ada trio maut yang pernah mewarnai Liga Indonesia. PSM pada 2000 mempunyai Carlos De Mello, Miro Baldo Bento, dan Kurniawan Dwi Yulianto. Selain itu klub Ibukota Persija juga pernah memiliki trio maut dalam diri Luciano Leandro, Bambang Pamungkas, dan Gendut Dony pada 2001 dan trio ABG (Aliyudin, Bambang Pamungkas, dan Greg Nwokolo) medio 2010/2011.