Real Madrid dan Juventus sama-sama merupakan salah satu klub raksasa Eropa; yang pertama dari Spanyol sedangkan tim kedua bermarkas di Italia. Sepanjang perjalanan kedua klub selama lebih dari 100 tahun, sudah ada banyak pemain bintang yang datang dan pergi, di mana mereka telah menjadi bagian dari deretan prestasi masing-masing klub itu, hingga namanya tercatat dalam buku sejarah.
Tapi, dari sekian banyak pemain itu, ternyata hanya ada segelintir saja yang pernah membela kedua klub tersebut, baik diawali dari Real Madrid atau lebih dulu berseragam Juventus. Sebagian mereka sempat pindah ke klub lain sebelum akhirnya mendarat di Madrid atau Turin. Berikut deretan pemain sepakbola dunia yang pernah jadi andalan Real Madrid dan Juventus sepanjang sejarah kedua klub.
Luis del Sol
Gelandang timnas Spanyol era 1960-an ini mengawalinya di Real Madrid pada periode 1959-1962 setelah memulai kariernya bersama Real Betis sejak 1953. Luis del Sol pun sempat membantu Los Merengues menjuarai La Liga Spanyol dua musim beruntun, serta trofi Liga Champions 1959/1960, Piala Interkontinental 1960 dan Copa del Rey 1961/1962 dengan total 96 penampilan dan 32 gol.
Namun, kariernya benar-benar melejit setelah pindah ke Italia pada 1962 dan jadi pemain Spanyol pertama yang bermain untuk Juventus. Meski tak banyak mencetak gol dan merebut trofi dalam delapan musim di Turin, dia dipercaya memakai nomor punggung 10 dan jadi tulang punggung tim. Hasilnya, Coppa Italia 1964/1965 dan Scudetto 1966/1967, serta juara Euro 1964 bersama Spanyol.
Michael Laudrup
Playmaker Denmark ini direkrut Juventus pada 1983, saat masih usia 19 tahun. Tapi, karena aturan pemain asing, Michael Laudrup terpaksa dipinjamkan dulu ke Lazio. Setelah dua musim, kariernya pun dimulai bersama I Bianconeri dengan hasil Piala Interkontinental 1985 dan Scudetto 1985/1986. Sayangnya, setelah itu dia malah gagal memenuhi ekspektasi, hingga dilepas ke Barcelona pada 1994.
Di Spanyol, Laudrup sukses mencapai performa terbaiknya; dengan sembilan trofi dalam lima musim, termasuk juara La Liga empat musim beruntun sejak 1991. Pada 1994, dia membuat keputusan yang kontroversial dengan pindah ke tim rival, Real Madrid. Menariknya, juara La Liga kembali direbutnya, sehingga jadi lima gelar beruntun. Tapi, kariernya hanya bertahan dua musim dengan satu trofi saja.
Robert Jarni
Robert Jarni gabung ke Juventus di puncak kariernya, pada 1994 di usia 26 tahun, setelah main untuk Hajduk Split di tanah kelahirannya, Yugoslavia sejak 1986, serta Bari pada 1991-1993 dan Torino pada 1993/1994 di Serie A. Sayangnya, bek kiri timnas Kroasia ini gagal merebut posisi utama di Juventus, hanya tampil 15 kali di Serie A, tapi ikut membantu tim meraih Scudetto dan Coppa Italia 1994/1995.
Setelah main reguler untuk Real Betis selama tiga musim dan mengesankan di Piala Dunia 1998, tiba-tiba Jarni gabung ke Coventry City hanya untuk terbang ke Real Madrid empat hari kemudian. Banyak yang menyebut ini jadi konspirasi El Real untuk mendapatkannya karena Real Betis sempat menolak. Sayangnya, dia gagal lagi dan hanya bertahan semusim dengan satu trofi Piala Interkontinental 1998.
Nicolas Anelka
Real Madrid merekrut Nicolas Anelka pada 1999 ketika masih 20 tahun. Nilainya cukup besar saat itu, 34,5 juta Euro, setelah sukses bersama Arsenal selama dua musim. Namun, sang striker mengalami masa yang menyedihkan di Spanyol, karena gagal mencetak gol dalam lima bulan pertama bersama klub. Total hanya 2 gol dalam 19 laga sepanjang musim itu, tapi dia ikut menjuarai Liga Champions.
Hampir 13 tahun kemudian, di usia jelang 34 tahun, pemenang Euro 2000 bersama Prancis itu datang ke Turin, dipinjam dari klub China, Shanghai Shenhua. Tapi, tugasnya bersama Juventus juga sia-sia; hanya tampil tiga kali di semua ajang pada paruh kedua musim 2012/2013 itu, dan gagal mencetak gol. Hanya saja, Anelka kembali beruntung, karena bisa ikut merayakan Scudetto pada akhir musim.
Zinedine Zidane
Setelah berkembang di Cannes, lalu menarik perhatian di Bordeaux dengan lolos ke final Piala UEFA 1995/1996, Zinedine Zidane dipinang Juventus musim berikutnya. Selama lima musim, dia pun jadi salah satu pembelian terbaik sepanjang sejarah La Vecchia Signora. Hasilnya enam trofi, termasuk dua Scudetto berturut-turut, serta final Liga Champions beruntun pada 1996/1997 dan 1997/1998.
Selama kariernya di Turin, sang playmaker juga memenangkan Piala Dunia 1998 dan Euro 2000 untuk Prancis, serta Ballon d’Or 1998. Pada 2001, Real Madrid menebusnya dengan rekor dunia, dan Zidane juga berhasil mempersembahkan enam trofi, termasuk Liga Champions 2001/2002 yang melengkapi koleksi gelarnya. Di final, dia mencetak satu gol yang menjadi salah satu terhebat sepanjang masa.
Emerson
Gelandang agresif asal Brasil ini melakukan kepindahan kontroversial ke Juventus pada 2004, setelah memimpin AS Roma selama empat musim, termasuk saat merebut Scudetto bersejarah pada musim 2000/2001. Di Turin, Emerson kembali menjalankan peran penting dengan membawa tim ke puncak juara Serie A selama dua musim beruntun sebelum keduanya dicabut karena skandal Calciopoli 2006.
Karena kasus itu pula, di mana Juventus dihukum turun paksa ke Serie B, Emerson akhirnya hengkang ke Real Madrid, mengikuti jejak pelatih Fabio Capello seiring eksodus para pemain bintang dari Turin. Sayangnya, dia gagal menjadi starter reguler selama satu musim di Santiago Bernabeu, meski turut memenangkan gelar La Liga 2006/2007, sebelum kemudian pindah ke AC Milan musim berikutnya.
Sumber: Four Four Two