Tendangan penalti menjadi cara termudah untuk mencetak gol di sepakbola. Secara statistik, lebih banyak bola yang masuk saat tendangan penalti ketimbang ditahan kiper atau keluar lapangan.
Ada sejumlah cara yang biasa dilakukan oleh pesepakbola saat melakukan tendangan penalti. Dari mulai penalti dengan cara menendang sekeras-kerasnya, sampai menipu atau mempermalukan kiper lewat tendangan panenka.
Berikut kami sajikan jenis-jenis penalti di sepakbola.
Penalti dengan Kaki Dalam
Penalti jenis ini menempatkan kaki dalam sebagai poin utama. Penendang akan menendang searah dengan kaki yang digunakan. Bila menggunakan kaki kanan, ia akan mengarahkannya ke kanan juga.
Penalti jenis ini secara teknis lebih mudah ditebak oleh kiper. Soalnya, secara posisi tubuh penendang sudah memperlihatkan ke arah mana bola tersebut ditendang. Ditambah lagi, kekuatan tendangan relatif lebih pelan ketimbang menggunakan punggung kaki. Kekuatan tendangan mirip dengan operan. Namun, akurasi menjadi terjaga. Apakah bola akan menyusur tanah atau diangkat ke pojok gawang.
Namun, menggunakan penalti ini tampak tidak keren. Contohnya adalah penalti Mario Balotelli saat Manchester City melawan Borussia Dortmund.
Penalti Rendah dan Keras
Penalti jenis ini memerlukan energi yang kuat dari penendangnya. Ia tidak mengarahkan bola ke pojok, asalkan bolanya tetap rendah. Biasanya, saking kencangnya bola, meski mengarah ke tengah, kiper tetap akan kesulitan menahannya. Bagaimana tidak? Bola melesat di atas tanah hanya dari jarak 11 meter. Kiper tidak akan punya cukup waktu untuk berpikir.
Contohnya adalah gol David Beckham ke gawang Argentina di Piala Dunia 2002.
Penalti Tanpa Lari
Dalam penalti jenis ini penendang menunggu momentum yang pas saat kiper tidak berada dalam fokus 100 persen. Soalnya, dalam penalti ini, penendang cuma berdiri satu langkah di belakang bola, atau bahkan bola ada di sebelah kaki lemahnya.
Karena tidak lari, penalti ini relatif lebih pelan. Secara arah juga biasanya mengikuti bagian kaki yang menendang. Intinya, saat kiper tampak tidak siap, penendang bisa langsung menendang dengan cepat sebelum kiper bisa bereaksi.
Contohnya Aritz Aduritz yang berpura-pura melakukan ancang-ancang padahal langsung menendang.
Penalti dengan Ancang-Ancang Jauh
Berbeda dengan penalti tanpa lari, penalti jenis ini justru mengambil ancang-ancang di atas normal. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tenaga sekuat mungkin dalam momentum menendang bola.
Namun, penalti jenis ini kadang juga mengesalkan apabila penendangnya justru cuma jogging alih-alih berlari. Contohnya Paul Pogba yang mengambil ancang-ancang jauh, tapi tak berlari. Soalnya, tujuan Pogba berbeda, yaitu menendang saat kiper tidak siap, saat ia sudah kesal terlalu lama menunggu.
Penalti Melompat
Penalti jenis ini sebenarnya adalah evolusi dari aturan FIFA yang melarang pemain berhenti sesaat sebelum menendang bola. Sehingga, penendang akan melompat yang memberinya waktu sepersekian detik untuk melihat reaksi kiper.
Jenis penalti ini biasanya tidak terlalu keras. Soalnya, mereka memaksimalkan pembacaan pergerakan terhadap kiper. Jarak waktunya sepersekian detik sebelum pemain menentukan ke arah mana bola diarahkan.
Contoh dari penalti ini adalah Bruno Fernandes dan Jorginho. Namun, ada cara untuk menghentikan penalti ini, di mana kiper pura-pura melompat ke satu sisi, tapi melompat ke sisi lainnya.
Penalti Panenka
Penalti Panenka sering digunakan untuk mempermalukan lawan dan memberikan energi buat tim yang mencetak gol. Soalnya, penalti jenis ini membuat kiper melompat dengan semangat padahal bola ditempatkan ke tengah dengan cara lob.
Karena Penalti Panenka kian umum digunakan, kiper pun banyak yang tidak tertipu. Kalau ini terjadi, justru sang penendang dan timnya yang harus menangggung malu. Contohnya penalti Conor Gallagher. Ada beberapa alasan. Pertama, penaltinya berhasil ditahan. Kedua, panenka-nya jelek betul. Bola bahkan cuma meluncur pelan.
Penalti Mengoper
Ada alasan mengapa pemain bertahan langsung berlari saat penendang penalti menyentuh bola. Pertama, bila bola ditahan kiper, bola rebound akan mereka dapatkan. Kedua, agar penendang tidak mengoper bola pada kawannya.
Penalti di waktu normal bisa dioper. Syaratnya adalah bola dioper ke depan. Rekannya dari belakang bisa masuk lalu menyambar bola tersebut. Contohnya adalah penalti Lionel Messi yang dioper ke Luis Suarez. Namun, harus dipastikan kalau sebelumnya sudah ada komunikasi dengan rekan yang lain. Jangan sampai terjadi tragedi Robert Pires di Arsenal. Sampai-sampai Thierry Henry pun mengejeknya.
Penalti Akrobat
Jenis penalti seperti ini sangat disukai karena menjadikannya sebagai pertunjukkan yang menarik bagi penonton. Salah satunya ayng dilakukan oleh Ezequiel Calvente. Secara ancang-ancang, Calvente seolah akan menendang dengan kaki kanan. Namun, saat kaki kirinya seharusnya menapak, justru melah menendang bola. Kiper pun tidak siap karena salah perhitungan.
Jenis penalti lainnya adalah dengan menutup mana. Ini yang dilakukan Patricio Jimenez saat membela Persib Bandung. Ia menutup mata dengan menggunakan bando di kepalanya. Untungnya berhasil menjadi gol, karena kalau tidak ia akan menjadi biang kekalahan Persib di laga itu.
Contoh lainnya adalah Norik Avdalyan. Pemain Rubin Kazan ini melakukan backflip usai menendang penalti. Hal ini bikin konsentrasi kiper terganggu, apakah akan lompat atau menonton Avdalyan backflip.