Roberto Mancini sedang berfokus membawa Italia ke puncak sepakbola internasional setelah absen di Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam hampir enam dekade terakhir. Pada Sabtu (1/9) lalu, Mancini mengumumkan skuatnya untuk pertandingan UEFA National League yang akan dibuka melawan Polandia dan Portugal.
Italia akan menjadi tuan rumah di Bologna ketika melawan Polandia pada Jumat (7/9) mendatang. Ini merupakan pertandingan kompetitif pertama Mancini sejak resmi ditunjuk menjadi Pelatih Italia. Tiga hari kemudian, giliran bertandang ke Portugal. Berikut ulasan tentang calon debutan Italia.
Alessio Cragno (Kiper)
Gianluigi Donnarumma memang disebut pewaris terpilih tahta Gianluigi Buffon selaku kiper legenda Italia. Kehadiran Donnarumma pun mengambil pusat perhatian sehingga mudah untuk mengabaikan kiper berbakat lain yang dimiliki Italia.
Posisi kiper Italia tentu bukan salah satu yang harus dikhawatirkan. Mattia Perin dan Simone Scuffet juga berlomba-lomba untuk bersaing menempati posisi itu. Padahal di tengah-tengah mereka, ada Alessio Cragno dari Cagliari. Kiper 24 tahun itu mulai dikenal setelah berhasil mempromosikan Benevento ke Serie-A 2017/2018.
Cragno pun mendapatkan musim yang mengesankan ketika kembali ke Cagliari meskipun kesebelasan ini berada di papan bawah klasemen Serie-A musim lalu. Selama musim itu ia kebobolan 47 gol dari 29 pertandingan. Kendati demikian, ia melakukan 2,9 penyelamatan gawang di setiap pertandingannya.
Selain itu, Cragno juga mementahkan dua dari lima eksekusi penalti yang dihadapinya. Keunggulannya adalah penempatan posisi, ketenangan dan refleksnya yang cepat. Maka tidak mengherankan jika Cragno akan bermain di salah satu kesebelasan atas Italia suatu hari nanti.
Cristiano Biraghi (Bek Sayap Kiri)
Cristiano Biraghi adalah pemain yang terus meningkatkan penampilannya, terutama sejak memperkuat Fiorentina musim lalu. Pemain 26 tahun ini merupakan pemain kelahiran Milan. Di sana juga ia memulai karirnya bersama akademi Internazionale Milan sebagai seorang pemain tengah. Tapi ia mengubah posisinya menjadi full-back kiri pada beberapa waktu kemudian.
Biraghi baru mendapatkan debut pertandingan kompetitifnya pada 24 November 2010 melawan Twente pada pertandingna Liga Champions. Keputusan itu karena Inter mengantisipasi cederanya Cristian Chivu pada kurun waktu tersebut. Tapi Biraghi lebih memilih pindah ke AS Cittadella pada bursa transfer musim panas 2012 sehingga bermain di Serie-B.
Ia kembali ke Inter pada bursa trasnfer musim panas 2014 dengan harga 620 ribu euro. Tapi Biraghi justru langsung dipinjamkan ke Chievo dan Granada CF pada musim berikutnya. Alhasil ia memutuskan untuk benar-benar meninggalkan Inter dengan bergabung ke Pescara pada bursa transfer musim panas 2016.
Barulah satu tahun berikutnya Biraghi pindah ke Fiorentina. Ia memainkan 34 pertandingan Serie-A musim lalu dan berhasil meningkatkan kemampuan umpan silang, menahan bola, umpan terobosan, tekel, konsentrasi dan kepercayaan mengeksekusi bola mati semakin diasah olehnya.
Emerson Palmieri (Bek Sayap Kiri)
Kecepatan, keseimbangan dan mobilitas Emerson menjadi asetnya sebagai full-back kiri. Itulah yang membuatnya tampil impresif bersama AS Roma selama musim 2016/2017. Secara keseluruhan, ia tampil 47 kali di semua kompetisi yang dilakukannya bersama Roma dan mencetak dua gol.
Penampilan impresifnya membuat pemain 24 tahun itu beberapa kali pernah dipanggil Italia. Tapi ia belum pernah mendapatkan debutnya bersama negara itu karena selalu terganjal cedera. Hal itu memang membuat penampilannya menurun dan menjadi cadangan di Roma pada putaran satu musim lalu.
Emerson cuma dimainkan dua kali, satu di Serie-A dan sisanya pada pertandingan Copa Italia. Kendati demikian, Emerson dirasa Chelsea masih punya potensi sehingga direkrut pada bursa transfer Januari 2018 untuk menjadi pelapis Marcos Alonso.
Ia baru dimainkan lima kali pada sisa setengah musim lalu dan belum pernah diturunkan pada musim ini. Maka dari itu agak mengherankan keputusan Mancini untuk memanggilnya ke skuat Italia saat ini.
Manuel Lazzari (Bek Sayap Kanan)
Tidak ada yang tahu tentang Manuel Lazzarri sebelum ia membawa SPAL promosi ke Serie-A 2017/2018. Sebelumnya, ia cuma memperkuat Giacomense di Serie-D. Kemudian pindah ke SPAL pada bursa transfer musim panas 2013. Bersama kesebelasan itu, Lazzari berjuang bersama SPAL di Lega Pro selama tiga musim.
Kemudian berhasil mempromosikan SPAL ke Serie-B 2016/2017. Satu musim di Serie-B, Lazzari berhasil mempromosikan kesebelasannya itu ke divisi sepakbola tertinggi di Italia. Pada Serie-A musim lalu, Lazzari dimainkan 36 kali dan mencetak dua gol. Pemain 24 tahun itu pun diincar beberapa kesebelasan besar Serie-A.
Tapi ia lebih memilih bertahan di kesebelasan berjuluk Gli Estenti tersebut. Kemampuan Lazarri yang menonjol adalah giringan bolanya. Ia melakukan 2,7 dribel sukses per laga dalam tiga pertandingan Serie-A musim ini. Rataan itu merupakan yang paling banyak di skuat SPAL saat ini. Rataan dribel sukses Lazzari juga menunjukan peningkatan dari musim lalu.
Pada musim sebelumnya, ia mencatatkan 2,5 dribel sukses per laga dari 36 pertandingan Serie-A yang dilakoninya. Lazzari juga sering melepaskan umpan silang. Sejauh ini ia sudah melakukan 2 umpan silang perlaga. Hanya saja terkadang umpan-umpannya tidak terlalu akurat. Presentase kesuksesannya pada musim ini cuma 79,5 persen dari seluruh operan yang dilakukannya.
Nicolo Barella (Gelandang Tengah)
Nicolo Barella akan menjadi pemain yang menjanjikan dalam beberapa waktu ke depan. Tanda-tanda itu terlihat dengan dipanggilnya ia oleh Giampiero Ventura ke Tim Nasional Italia, pada Kualifikasi Piala Dunia 2018 menghadapi Makedonia dan Albania. Sebelumnya, Barella juga tampil apik ketika memperkuat Italia U-21.
Maka semakin banyak kesebelasan besar Italia yagn mengincarnya pada bursa transfer musim panas lalu. Gelandang 21 tahun itu merupakan sosok sentral di lini tengah Cagliari. Berpososi natural sebagai pemain tengah, ia punya visi yang cukup aduhai sehingga memudahkannya membaca permainan.
Energi besar, kecepatan dan keseimbangan tubuh yang prima menjadi nilai plus lain dalam diri Barella. Cagliari memainkan Barella sebgai gelandang yagn punya kewajiba memutus alur sereangna lawan, mengontrol ritme permainan dan menjadi jemabatan di antara lini tengah dan depan.
Kemampuan mencetak gol Barella juga mengalami peningkatan ketimbang musim-musim sebelumnya. Salah satu pertanda jika Barella punya kelas untuk menjadi seorang gelandang tengah jempolan. Banyaknya kesempatan bermain yang ia peroleh di Cagliari adalah nilai tambah. Skor Atalanta melawan Cagliari juga ditentukan oleh gol Barella yang juga memberikan kemenangan perdana.
Marco Benassi (Gelandang Tengah)
Lahir di Modena, Marco Benassi memulai karirnya di kesebelasan akademi kota tersebut. Tapi ia memilih pindah ke akademi Inter pada 2011. Benassi baru mendapatkan debutnya di skuat senior pada 22 November 2012 ketika melawan Rubin Kazan. Tapi pada musim selanjutnya, ia dipinjamkan ke Livorno dan akhirnya dijual ke Torino pada bursa transfer musim panas 2014.
Di Torino-lah Benassi semakin diperhitungkan orang banyak. Ia punya kecepatan dan kuaitas mengoper bola yang menonjol. Benassi juga merupakan pemain dengan visi yang mengaggumkan sehingga jeli menciptakan peluang dan mencetak gol. Melalui kejeliannya itu ia mampu menusup ke dalam kotak penalti pada saat uang tepat dan menyelesaikan umpan matang dari rekanya.
Selama tiga musim, Benassi menyumbangkan 11 gol dari 85 laga Serie-A. Meski masih muda, Benassi sudah membuktikan bahwa ia sanggup memikul beban karena mengenakan ban kapten di Torino dan level U-21 Italia. Gelandang 23 tahun ini telah berada di jalur yang tepat untuk menjadi pesepakbola papan atas.
Keberadaannya di Fiorentina juga yang membuat para pendukung klub itu tidak merindukan kepergia Borja Valero dan Matias Vecino. Benassi sudah mencetak 8 gol dari 37 pertandingan Serie-A sejak bergabung dengan Fiorentina pada bursa transfer musim panas 2017.
Nicolo Zaniolo (Gelandang Serang)
Dulu, Nicolo Zaniolo memilih untuk menjadi winger ketika masuk ke akademi Fiorentina. Tapi ia justru menjadi sosok pemain fantastis karena dianggap bisa memainkan peran pemain nomor 10 klasik ketika pindah ke akademi Inter. Bersama Inter Primavera, perannya begitu fundamental dalam kesimbangan tim dan bermain sangat baiks ebagai playmaker di belakang penyerang.
Kemudian Zaniolo mendapatkan pengalaman di Serie-B karena pindah ke Virtus Entella pada bursa transfer musim panas 2016. Di Virtus Entella, kurang dari satu tahun ia mendapatkan panggilan dari Italia U-18. Di timnas U-19, ia bermain sangat baik di bawah asuhan Paolo Nicolato. Zaniolo memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari pegnawalan lawan. Ia memiliki syarat untuk menjadi pesepakbola tingkat tinggi.
Zaniolo memilih bergabung dengan Roma pada bursa transfer musiom panas lalu. Ia belum pernah mengecap satu pertandingan pun di kompetisi Serie-A. Secara mengejutkan Zaniolo masuk ke dalam skuat Italia. Ia menjadi pemain keempat yang berhasil masuk ke Italia tanpa tampil satu kalipun di Serie-A setelah Raffele Costantino, Massimo Maccarone dan Marco Veratti.
Nicolo Zaniolo juga disebutkan dalam skuat meskipun tidak pernah tampil di erie-A. “Dia (zaniolo) bermain sangat baik di kejuaraan Eropa U-19. Di masa lalu, beberapa rekan-rekannya sudah bermain untuk klub besar dan itu harus terjadi hari ini. Itu akan terjadi di (level) luar negeri. Dia adalah bagian dari tim U-19 yang sampai ke final kejuaraan Eropa,” kata Mancini ketika ditanya alasan memanggil Zaniolo.
Pietro Pellegri (Penyerang)
Pietro Pellegrini lahir di Genova dan bergabung dengan akademi Genoa. Di kota dan kesebelasan itu, sebutan wonderkid layak disematkan kepada Pietro Pellegri. Ketika baru 15 tahun saja ia sudah mengukir sejumlah rekor. Pada 22 Desember 2016, Pellegri sudah membuat debut untuk tim senior Genoa di partai Serie-A melawan Torino dalam usia 15 tahun 280 hari.
Pada 28 Mei 2017, Pellegri mencetak gol pertama di Serie-A dalam kekalhan 2-3 atas AS Roma. Saat itu ia menjadi pemain pertama kelahiran 2001 yagn mencetak gol di Serie-A. Pellegerini telah malang melintang berkostum Italia mulai dari U-15 sampai U-19. Dengan postur menjulang tinggi dan kemampuan dribel digadang-gadang sebagai Christian Vieri baru Italia atau Zlatan Ibrahimovic.
Pellegrini begitu cepat meninggalkan Genoa. Setelah satu setengah musim memperkuat kesebelasan itu, ia hengkang ke AS Monaco dengan banderol 25 juta euro pada 27 Januari 2018. Pellegri mendapatkan debut di Ligue 1 bersama Monaco pada 16 Februari lalu ketika mengalahkan Dijon dengan skor 4-0. Tapi ia tidak mencetak ikut mencetak gol pada kemenangan besar tersebut.
Gol pertamanya baru tercipta ketika melawan Bordeaux pada 26 Agustus lalu. Gol ke gawang Bordeaux itu menjadikannya pemain termuda kedua yang menyumbang gol untuk klub di Ligue 1 setelah Kylian Mbappe. Sayangnya, kecil kesempatan Mancini untuk melihat penampilan Pellegri pada laga pertama karena ia baru mendapatkan cedera.
Sumber lain: Forza Italia.