The Next Messi (1): Tentang Kemiripan dan Kesempatan

Apabila seorang pesepakbola sudah terlalu hebat, biasanya akan ada pemain lain setelahnya yang diberi embel-embel “The Next”. Contohnya saja Ariel Ortega, Pablo Aimar, dan Javier Saviola yang dianggap sebagai “The Next Maradona”.

Label serupa juga pernah diterima Lionel Messi. Akan tetapi, sang pemain justru punya keunikannya sendiri yang membuat label “The Next Maradona” menghilang. Ini terjadi bukan karena Messi tak memenuhi ekspektasi, tapi karena Messi justru bisa berdiri sendiri.

Sejak debutnya di Barcelona pada 2004, sejumlah nama disebut-sebut sebagai “The Next Messi”. Siapa saja mereka dan bagaimana nasibnya?

  1. Bojan Krkic

Messi belum sefantastis itu ketika dua tahun setelah debutnya di tim senior nama Bojan Krkic disebut sebagai “The Next Messi”. Ada banyak kesamaan di antara keduanya: Tinggi cuma 170, berposisi sebagai winger, dan sama-sama dari Akademi Barcelona.

Bojan masih berusia 16 tahun kala itu ketika ia mencetak 10 gol dari 22 penampilan buat Barcelona B. Website Foot Mercato pun menerbitkan artikel berjudul “Bojan Krkic: Ie futur Messi?”

Namun, karier Bojan tak secemerlang Messi. Secara jumlah gol dan penampilan sebenarnya ia tak seburuk itu. Total ia main di 163 pertandingan dan mencetak 41 gol selama empat tahun membela Barca dan setahun membela Barcelona B.

Setelah itu, Bojan dibeli AS Roma pada musim 2011/2012, kemudian dipinjamkan ke AC Milan setahun setelahnya. Ia sempat kembali ke Barcelona untuk lagi-lagi dipinjamkan ke AC Milan. Bojan kemudian melanglangbuana ke Stoke City, Mainz, Alaves, Montreal Impact, dan kini bersama Andreas Iniesta di Vissel Kobe.

  1. Gerardo Bruna

Bukan cuma La Masia yang bisa menghasilkan produk akademi yang istimewa, Akademi Real Madrid juga bisa. Apalagi pada 2007, mereka punya pemain berusia 16 tahun bernama Gerardo Bruna. Kesamaannya? Mereka sama-sama berdarah Argentina.

Bruna pindah ke Liverpool pada 2007. Padahal, ia ditawari kontrak profesional oleh Madrid. Ia sempat membawa The Reds juara Premier Reserves League pada musim 2007/2008. Namun, setelahnya ia tak mendapatkan menit bermain di tim utama Liverpool.

Karier Bruna perlahan menurun usai membela Blackpool pada 2011/2012, dilanjutkan ke Huesca dua tahun kemudian, Tranmere Rovers, Whitehawk, Accrington Stanley, Ottawa Fury Academy, Ottawa Fury, Derry City, dan Shelbourne di Irlandia. Pada 2022, ia tak punya klub.

  1. Mauro Zarate

Sama seperti Bruna, Zarate juga berdarah Argentina. Kariernya unik karena namanya dikenal ketika main di Birmingham City yang meminjamnya dari klub Qatar, Al Sadd.

Zarate lalu dipinjamkan ke Lazio dengan biaya 2,4 juta euro untuk musim 2008/2009. Di ibu kota Italia tersebut, Zarate bisa dibilang berhasil. Ini yang bikin Lazio mempermanenkannya setelah musim berakhir.

Apa yang membuatnya seperti Messi? Awalnya, ini merupakan klaim dari Presiden Lazio, Claudio Lotito, ketika merekrutnya: “Ketentuan perjanjian memperkirakan nilai Zarate yang akan naik menjadi sekitar 25 juta euro karena Zarate akan menjadi lebih baik daripada Lionel Messi.”

Namun karier Zarate pada akhirnya tak secemerlang Messi. Zarate lebih sering mengemas kopernya usai musim berakhir untuk pindah-pindah klub. Bagaimana tidak? Ia pernah main di Inter Milan, Velez Sarsfield, West Ham United, Queens Park Rangers, Fiorentina, Watford, Al Nasr, Boca Juniors, America Mineiro. Dan pada 2022 ini, ia membela kesebelasan Liga Brasil, Juventude.

  1. Amir Sayoud

Abdessalam Benjelloun bukanlah pemain Maroko biasa. Bakatnya membuat kesebelasan Skotlandia, Hibernian. Pada 20 Juli 2009, kesebelasan Mesir, Al Ahly, dikabarkan sepakat untuk memulangkannya ke Timur Tengah dengan kontrak selama tiga tahun.

Akan tetapi, Al Ahly mengurungkan niat tersebut. Alasannya sederhana. Mereka sudah punya “Messi Baru” di dalam skuad mereka. Dia adalah Amir Sayoud. Saking yakinnya, salah satu anggota dewan klub Al Ahly, Khaled Mortagey, bilang kalau mereka punya pemain muda Aljazair bernama Amir Sayoud dan mereka menganggapnya sebagai Messi Muda.

Akan tetapi, karier Sayoud tak kemana-mana. Ia cuma main di 12 penampilan dalam empat tahunnya bersama Al Ahly. Ia kemudian pindah ke Aljazair dengan membela Belouizdad. Kini, ia bermain bersama tim papan atas Arab Saudi, Al-Tai.

  1. Gai Assulin

Sama seperti Bojan, Gai Assulin juga berasal dari La Masia. Beberapa musim setelah debut Bojan, Barca disenangkan dengan kehadiran gelandang berkebangsaan Israel ini. Soalnya, permainannya di Barca B cukup menjanjikan. Bahkan, ketika Pep Guardiola dipromosikan ke tim utama pada 2008, Assulin diisukan akan menjadi pemain akademi pertama yang dinaikkan Pep ke tim utama.

Cedera membuat kesempatan itu tertunda. Sampai pada 2010, Assulin memutuskan berpisah dengan Barca. Soalnya, di kontrak barunya, Barca enggan menjaminnya naik ke tim senior. Barca memilih memasukkannya ke tim B dengan kontrak tiga tahun. Di sisi lain, Assulin juga punya hubungan yang rumit dengan manajer tim B, Luis Enrique.

Akhirnya Assulin pindah ke Manchester City pada 2010 atas saran Yaya Toure. Padahal, di City juga ia main di tim cadangan. Belum sempat masuk tim utama ia dipinjamkan ke Brighton dan akhirnya kontraknya tak diperpanjang City. Assulin kemudian bergabung dengan Racing Santander, bahkan pernah berkelana ke Kazakhstan pada 2018 dengan membela FC Kairat.

Kini, ia bermain buat tim Serie D Italia, Unipomezia Virtus.