Gaji pesepakbola top Eropa memang mencengangkan. Pemain tidak berguna seperti Antony saja mendapatkan gaji 16 miliar setiap bulannya dari Manchester United. Sementara itu rata-rata pemain di Premier League mendapatkan sekitar lima miliar rupiah setiap bulan.
Besarnya gaji ini membuat wajar kalau para pesepakbola top punya gaya hidup yang mewah, seperti tinggal di mansion, sampai membeli mobil mewah. Akan tetapi, ada sejumlah pesepakbola yang mendapatkan banyak uang tapi bukan cuma dari gajinya di klub. Sehingga, saat pensiun, mereka masih bisa menikmati hidup tanpa menjadi miskin.
Robbie Fowler
Fowler adalah salah satu pemain yang dihormati di Liverpool, juga mengenyam caps bersama Timnas Inggris. Gajinya termasuk yang terbesar bersama Liverpool. Masa jaya Fowler sejatinya sudah berakhir usai pergi dari Liverpool pada 2007. Puncaknya saat ia pensiun pada 2012 bersama Muangthong United. Namun, uang yang ditransfer ke rekeningnya masih terus mengalir.
Fowler memang melanjutkan karier melatih. Namun, bukan dari situ pundi-pundi uangnya hadir; melainkan dari investasi yang telah ia buat. Ada sejumlah investasi yang ia buat seperti di bidang bisnis, properti, sampai perusahaan. Bersama dengan Steve McManaman, ia membuat The Macca and Growler Partnership pada 2000-an. Setelahnya, ia membuat perusahaan Robbie Fowler Sports Promotions.
Menurut Spear’s Wealth Management Survey, kekayaan Fowler ditaksir mencapai 30 juta paun pada 2017 lalu.
Thomas Gravesen
Nama Gravesen mungkin lebih dikenal ketika ia tiba-tiba direkrut Real Madrid. Tentu saja, gaji dari Madrid hanya bertahan selama setahun, karena memang cuma selama itu dia di ibu kota Spanyol tersebut.
Dua tahun kemudian, Gravesen pensiun. Anehnya, ia malah pindah ke Las Vegas. Ternyata, di sana ia berinvestasi juga sukses sebagai pemain poker.
Pengaruh Real Madrid terbilang besar, karena meski hanya cuma setahun, itu cukup memberinya banyak uang untuk menjadikannya sebagai modal berinvestasi. Ia bahkan kini tinggal di Las Vegas dengan Andre Agassi dan Nicolas Cage sebagai tetangganya.
Tidak ada data yang pasti, tapi ia diprediksi memiliki kekayaan hingga 100 juta USD dari kegiatannya usai pensiun tersebut. Mobilnya bahkan berharga 8,6 miliar rupiah yang merupakan custom dari McClaren.
Dexter Blackstock
Tidak banyak yang mengenal Dexter Blackstock. Wajar, karena ia cuma bermain di divisi bawah dan pensiun pada usia 31 tahun bersama Rotherham United. Namun, kekayaannya mencapai 157 miliar rupiah. Angka ini jelas tidak masuk akal untuk seorang pesepakbola medioker. Lantas darimana kekayaannya berasal?
Ternyata, Blackstock berinvestasi di bidang properti sejak masih merintis karier di sepakbola. Ia dikabarkan punya 50 rumah dengan total 100-an miliar rupiah. Namun, bukan itu yang membuatnya kaya, melainkan jabatannya sebagai CEO MediConnect, sebuah apotek onliner di Inggris.
Michael Owen
Wajar kalau Owen kaya raya. Ia pernah bermain untuk Liverpool, Real Madrid, dan Manchester United. Uang juga bisa dengan mudah mengalir dari endorse karena ia adalah pemain top. Namun, aliran dananya ternyata berasal dari sumber lain: kuda.
Owen sendiri dikenal sebagai fans balapan kuda. Ia bahkan punya sejumlah kuda balap, termasuk yang memenangi Royal Ascot 2011 dan Dubai World Cup 2015. Ketertarikannya pada balap kuda, membuatnya turut berinvestasi di sana, termasuk menjadi bagian dari kepemilikan Manor House Stable, salah satu peternakan kuda terbaik di Inggris. Owen diprediksi memiliki kekayaan sekitar 725 miliar rupiah.
Mathieu Flamini
Mathieu Flamini mulai dikenal ketika ia membela Arsenal. Pemain top pada masanya, wajar kalau Flamini mendapatkan gaji besar. Namun, pada 2022, atau tiga tahun setelah pensiun, kekayaan Flamini ditaksir mencapai 201 triliun rupiah!
Angka ini jelas mengejutkan, bahkan harusnya jauh lebih tinggi dari pesepakbola manapun, termasuk Cristiano Ronaldo. Darimana kekayaan Flamini berasal?
Flamini dan rekan bisnisnya berinvestasi jutaan pada riset, percobaan, dan infrastruktur, untuk bisa memprofuksi levulinic acid atau asam levulinat. Asam ini berfungsi sebagai bahan dasar untuk memproduksi berbagai bahan kimia, bahan bakar, dan material. Investasi ini berbentuk perusahaan GF Biochemical yang bertujuan mencari alternatif produk berbasis minyak yang lebih sustainable.
Fokusnya di bidang lingkungan, membuatnya membangun The BioJournal, majalah ternama yang bicara soal dunia biologi. Misi Flamini adalah menghentikan ketergantungan terhadap minyak bumi dan menggantinya dengan bahan bakar hasil sisa tanaman. Menjadi wajar kalau ia juga membikin Bioeconomy in the Circular Economy (Biocirce), pendidikan master pertama di Eropa untuk mempromosikan pendidikan bioekonomi. Ia juga ditunjuk sebagai bagian dari Environmental Excellence Committee untuk Olimpiade Paris 2024.
Sun Jihai
Sun Jihai merupakan salah satu pemain Asia yang mungkin terlupakan pernah main di Premier League. Ia mengakhiri kariernya di Beijing Renhe pada 2016, tapi kekayaannya mencapai 400 miliar rupiah.
Jihai membangun perusahaan bernamai HaiQui Sports (HQ Sports) yang mendapatkan pendanaan dari China Media Capital, yang juga punya satu persen kepemilikan City Football Group. HQ Sports sendiri merupakan perusahaan dengan fokus di bidang teknologi olahraga, media, dan pengolahan data. Di dalamnya terdapat aplikasi MiaoHi yang menghubungkan selebritis dengan para penggemarnya. Konon, jumlah penggunanya sudah mencapai 400 juta orang!
Ramon Vega
Nama Ramon Vega mungkin tak begitu dikenal, karena ia cuma main di tim macam Cagliari, Watford, dan Tottenham Hotspur. Ia pun pensiun dari sepakbola pada 2003 dan tak menekuni karier di bidang yang sama.
Main di klub medioker membuat Vega cuma digaji paling tinggi 1,2 miliar rupiah sebulan. Akan tetapi, setelah pensiun, kekayaannya juga meningkat hingga 400 miliar rupiah.
Ternyata, tiga tahun setelah pensiun, Vega membuat perusahaan real estate yang berbasis di Swiss. Pada 2012 ia pun bergabung dengan Duet Group, kelompok finansial yang mengurusi ekuitas swasta dan manajemen aset. Tentu, dari dua pekerjaan itu saja, kita sudah menduga kalau ia mendapatkan banyak uang. Karena ia berusaha membeli Portsmouth pada 2009 dan menjadi Presiden FIFA pada 2015.
Louis Saha
Wajar kalau Louis Saha kaya raya. Ia main reguler di Premier League bersama Fulham, Manchester United, Everton, Tottenham Hotspur, sampai Sunderland. Namun, usai pensiun, kekayaannya masih mencapai 90-an miliar rupiah.
Uang-uang ini berasal dari AixStars, perusahaan yang menyediakan bantuan untuk atlet profesional usai pensiun. Di dalamnya ia juga bekerja bersama Didier Drogba, Phil Neville, sampai Florent Malouda. Mereka memberikan sejumlah panduan mulai dari keuangan, gaya hidup, sponsorship, terapi fisik, sampai kontrak untuk endorse. Saha juga mendapatkan royalti dari buku tulisannya, Thinking Inside the Box yang dirilisi pada 2012.
Mia Hamm
Hamm adalah salah satu pesepakbola top perempuan. Kekayaannya mencapai 650 miliar rupiah!
Tentu saja, angka sebanyak itu tak didapatnya dari sepakbola, karena sepakbola perempuan kerap dipinggirkan. Bagaimana tidak? Gajinya di sepakbola selama satu musim hanya mencapai dua miliar rupiah.
Karena itu, Hamm mendapatkan uang dengan cara lain yaitu endorse. Ia menjadi brand ambassador untuk Nike, Pepsi, sampai Gatorade. Setelah pensiun, ia menjadi anggota Direktur AS Roma pada 2015 juga pemilik LAFC. Ia pun pernah menjadi global ambassador FC Barcelona. Sama seperti Saha, Hamm juga mendapatkan royalti dari buku yang ditulisnya: A Champions Guide to Winning in Soccer and Live.
Kalau melihat kariernya di sepakbola, orang-orang mungkin mewajarkan kalau ia kaya raya. Namun, yang tak mereka tahu, uang itu didapatnya bukan dari gajinya sebagai pesepakbola.
Sumber: Planetfootball