Dalam sejarah transfer pesepakbola dunia, tak banyak barter pemain yang melibatkan nama-nama besar, apalagi jika terjadi di antara klub rival. Terbaru, tentu saja saat Manchester United mendapat Alexis Sanchez dan menyerahkan Henrikh Mkhitaryan kepada Arsenal, yang menjadi topik hangat jelang ditutupnya bursa transfer musim dingin 2018 lalu. Sebelumnya, juga ada swap transfer atau pertukaran pemain yang tentunya berlandaskan prinsip simbiosis mutualisme. Berikut ini 10 barter terbesar dalam sejarah transfer pemain di kompetisi Eropa, sebelum barter Sanchez dan Mkhitaryan.
-
Nemanja Matic – David Luiz (2011)
Pertukaran ini terjadi hanya karena Chelsea ingin mendapatkan bek David Luiz dengan lebih mudah dari Benfica pada Januari 2011. Maka, klub berjuluk The Blues itu pun menawarkan mahar sebesar 25 juta euro plus gelandang muda Nemanja Matic yang ketika itu masih berusia 22 tahun. Transfer pun berhasil, dan Chelsea tentu saja merasa beruntung bisa mendatangkan bek tengah sekelas Luiz.
Bek internasional Brasil itu pun sukses mengantarkan timnya menjuarai Liga Champions 2011/2012, dan Liga Europa musim berikutnya. Namun, Benfica juga untung besar mendapatkan Matic. Selain menjuarai Liga Primer Portugal 2013/2014, mereka lagi-lagi menerima 25 juta euro ketika Chelsea kembali memboyong gelandang tim nasional Serbia itu. Jadinya, Benfica dapat untung dua kali lipat.
-
Samuel Eto’o – Zlatan Ibrahimovic (2009)
Barcelona sepertinya sudah tidak sabar untuk diperkuat Zlatan Ibrahimovic, sehingga rela melepas striker andalan Samuel Eto’o ke Inter Milan dan menambahkan 69,5 juta euro dalam paket transfer di musim panas 2009 itu. Padahal, penyerang internasional Kamerun itu baru saja mengantarkan klub raksasa La Liga Spanyol tersebut meraih treble winners 2008/2009 dan menyumbangkan 36 gol.
Alhasil, Barcelona memang telah salah menukar Eto’o dengan Ibrahimovic. Buktinya, sang mantan malah kembali meraih treble winners pada musim debutnya di Serie A Italia, dan termasuk tiga trofi lainnya di musim berikutnya. Sementara Ibrahimovic, meskipun mampu mencetak 21 gol dan juga menyumbangkan lima trofi, hanya bertahan semusim, dan lalu kembali ke Italia bersama AC Milan.
-
William Gallas – Ashley Cole (2006)
Salah satu barter terbesar yang terjadi antara klub sekota di Premier League Inggris, William Gallas ke Arsenal dan Ashley Cole ke Chelsea; meski hingga kini keduanya lebih dikenal sebagai legenda The Blues. Pertukaran ini bermula ketika Gallas bersikeras untuk meninggalkan Stamford Bridge, markas Chelsea sejak akhir musim 2005/2006, bahkan mengancam mencetak gol bunuh diri jika tak dilepas.
Namun, ancamannya itu malah jadi bala bagi kariernya di klub London Utara, karena selama empat musim tidak mendapat trofi apapun, hingga dilepas gratis ke Tottenham Hotspur. Sementara Cole berhasil melanjutkan kesuksesan sejak bersama Arsenal di klub London Barat, dengan meraih trofi Liga Champions 2011/2012 dan Liga Europa 2012/2013, serta tujuh piala lain selama delapan musim.
-
Antonio Nunez – Michael Owen (2004)
Barter pemain yang melibatkan dua nama besar dari Spanyol dan Inggris ini malah berakhir dengan kegagalan. Antonio Nunez menyeberang darfi Real Madrid ke Liverpool, sementara sebaliknya ada Michael Owen. Nama pertama memang tak terlalu dikenal, karena menjalani awal kariernya di La Liga Spanyol bersama Madrid tanpa banyak bermain, dan terus berlanjut dengan Liverpool di Inggris.
Sementara Owen datang ke Spanyol dengan label sebagai bintang klub berjuluk The Red tersebut, dan diharapkan bisa melengkapi skuat Los Galacticos ala Madrid. Sayang, sang penyerang tak bisa melanjutkan kesuksesannya, dan gagal meraih trofi. Sedangkan Nunez setidaknya ikut membantu Liverpool menjuarai Liga Champions. Keduanya kembali sama-sama hengkang di musim berikutnya.
-
Ricardo Quaresma – Deco (2004)
Lima tahun sebelum melepas Eto’o untuk meminang Ibrahimovic dari Inter, Barcelona juga pernah menyerahkan Ricardo Quaresma demi memuluskan jalan Deco ke Camp Nou, markas mereka. Dana sebesar 15 juta euro pun ditambahkan dalam transfer tersebut. Klub berjuluk El Barca itu kepincut pada Deco, usai sang bintang sukses mengantarkan Porto menjuarai Piala UEFA dan Liga Champions.
Quaresma yang baru semusim bergabung dari Sporting Lisbon tanpa meraih trofi apapun, akhirnya kembali ke Portugal. Dalam perjalanan kariernya di Spanyol, Deco berhasil melanjutkan kesuksesan dengan membawa Barcelona memenangkan Liga Champions dan empat trofi lainnya. Sementara Quaresma juga sukses di tanah kelahirannya, dengan menjuarai liga domestik tiga musim beruntun.
Editor: Frasetya Vady Aditya