Santos menguasai Amerika Latin pada musim 2011, dengan sederet bakat muda yang didukung para pemain berpengalaman. Di antaranya kiper Rafael Cabral, Rodrigo Possebon, Para hingga Danilo dan Alex Sandro yang kemudian lahir sebagai bintang baru sepakbola dunia, kini sebagai duo Juventus.
Sedangkan para pemain senior, ada duo bek tengah Durval dan Edu Dracena; nama terakhir bermain sebagai kapten tim pada leg kedua final di mana mereka memastikan kemenangan Copa Libertadores 2011. Lalu, ada juga bek kiri senior Leo yang juga main di leg kedua. Berikut delapan pemain lainnya.
Adriano Bispo
Gelandang bertahan ini mungkin bukan pemain utama dalam cerita besar ini. Tapi, kontribusi jebolan akademi Santos tersebut tak bisa diremehkan. 55 penampilan dicatatkan Adriano Bispo sepanjang musim 2011 itu, 14 di antaranya di Copa Libertadores termasuk penampilan penuh di dua leg final.
Pada musim itu, pemain yang saat itu masih usia 24 tahun tersebut baru kembali dari peminjaman dua musim di Sao Caetano, setelah promosi ke tim senior pada 2006. Adriano sempat bertahan dua musim lagi, sebelum dua musim di Gremio, dan kemudian kariernya jatuh ke kasta bawah Brasil.
Arouca
Gelandang bertahan Marcos Arouca da Silva adalah pemain berbakat yang jarang terekspos karena kariernya dihabiskan di tanah airnya. Dia lahir dari akademi Fluminense, dan sempat mencapai final Copa Libertadores 2008 di mana timnya kalah adu penalti wakil Ekuador LDU Quito pada leg kedua.
Setelah itu, Arouca pindah ke Sao Paolo, sebelum dipinjamkan ke Santos pada 2010 dan langsung jadi andalan tim hingga sukses menebus kegagalannya dengan mengangkat trofi Copa Libertadores 2011 di usia 25 tahun. Selama lima musim di Santos, dia sempat mendapatkan empat caps di timnas Brasil.
Elano
Satu lagi pemain senior di skuat Santos saat memenangkan Copa Libertadores 2011. Saat itu, Elano sudah 30 tahun pada periode keduanya bersama klub ini, setelah sebelumnya bermain pada 2001-2005, dan kemudian kembali lagi pada 2015-2016, hingga akhirnya jadi pelatih sementara pada 2017.
Sebagai gelandang serang, Elano adalah nyawa permainan Santos, juga andalan timnas Brasil dengan 50 caps selama 2004-2011, menghasilkan salah satu trofi Copa America 2007. Selama masa emasnya sebelum kembali ke Brasil, dia sempat main di Shakhtar Donetsk, Manchester City dan Galatasaray.
Ganso
Paolo Henriques Ganso jadi starter di sayap kiri pada leg kedua final Copa Libertadores 2011, setelah absen di leg pertama. Saat itu, di usia masih 21 tahun, dia menjadi salah satu prospek terpanas Brasil; menjalani debut internasional setahun sebelumnya hingga mencatat total delapan caps sampai 2012.
Sayangnya dia tak disukai, hingga akhirnya pindah ke tim rival, Sao Paolo pada 2012. Setelah empat musim, Ganso hijrah ke Eropa setelah dipinang Sevilla pada 2016. Hanya saja, dia gagal berkembang hingga dipinjamkan ke Amiens di Prancis, dan lalu kembali ke Brasil bersama Fluminense pada 2019.
Alan Patrick
Usianya baru 20 tahun saat itu, dan hanya duduk di bench dalam final leg kedua Copa Libertadores 2011, setelah main 11 menit di leg pertama. Tapi, secara keseluruhan Alan Patrick membuat lima penampilan dengan satu gol di ajang itu, pada musim ketiganya sejak promosi dari akademi Santos.
Hanya dua hari setelah kemenangan itu, sang gelandang terbang ke Eropa untuk bergabung dengan raksasa Ukraina, Shakhtar Donetsk. Dia sempat beberapa kali dikirim ke Internacional, Palmeiras dan Flamengo, sebelum akhirnya jadi andalan klub pada 2017, hingga pindah ke Internacional pada 2022.
Felipe Anderson
Satu lagi bakat muda penting di skuat Santos pada 2011. Saat itu, dia baru promosi secara permanen ke tim senior setelah debut di musim sebelumnya. Total 29 penampilan dicatatkan Felipe Anderson di semua ajang pada musim itu, termasuk satu penampilannya di Copa Libertadores di usia 18 tahun.
Meski hanya duduk di bench pada final leg pertama dan absen di leg kedua, tapi kemudian dia sukses menunjukkan peran penting di lini tengah tim, hingga menarik perhatian Eropa dan ditarik Lazio pada 2013. Sempat pindah ke West Ham dan dipinjamkan ke Porto, kini dia kembali ke Lazio sejak 2021.
Neymar
Produk akademi Santos ini jadi ujung tombak sejak masuk tim utama pada 2009. Selang dua tahun, di usia 19 tahun, dia bisa mengangkat supremasi tertinggi antar klub Amerika Latin, Copa Libertadores. Neymar mencetak gol pertama di final leg kedua, sebelum Danilo memastikan kemenangan tim 2-1.
Pada 2013, Neymar lalu direkrut raksasa Spanyol, Barcelona, di mana dia memenangkan berbagai trofi bergengsi Eropa, termasuk Liga Champions 2014/2015. Kesuksesannya berlanjut dengan Paris Saint-Germain. Kini, sejak 2023, kapten timnas Brasil itu tampil untuk Al Hilal di Saudi Pro League.
Ze Eduardo
Mengawali karier di Palmeiras sejak 2004, Ze Eduardo lebih dikenal sebagai kutu loncat. Sampai 2023 sudah ada 29 klub yang pernah dibelanya. Bahkan, Santos jadi klub ke-15 dalam enam tahun pertama kariernya, di mana dia lebih banyak menjalami peminjaman dan menghangatkan bangku cadangan.
Akhirnya semuanya berubah saat sang penyerang jadi andalan Santos pada 2010. Selang setahun, dia memenangkan Copa Libertadores, yang kemudian membawanya terbang ke Eropa dan main dengan Genoa. Tapi, selama lima musim, Ze Eduardo gagal berkembang hingga memutuskan hijrah ke Asia.
Sumber: View from the Concourse