Luciano, Eriberto, dan Identitas Palsunya Bersama Chievo Verona

Buat seorang pemain sayap, mengelabui bek lawan adalah sesuatu yang umum dan normal. Namun, kalau mengelabui seluruh Italia, itu lain cerita.

Dia adalah Luciano Siqueira de Oliveira. Ia adalah pemain kelahiran Rio de Janiero, 3 Desember 1975. Akan tetapi, dunia sepakbola tak ada yang mengenalnya. Soalnya, ia menggunakan identitas yang berbeda dengan nama: Eriberto Silva da Conceicao.

Eriberto merupakan pemain yang dikenal bersama kesebelasan Serie A, Chievo Verona, dari 2000 hingga 2013. Di tengah kariernya bersama Chievo, baru terungkap kalau ia selama ini menggunakan paspor palsu.

Secara permainan, Eriberto memperlihatkan pemain Brasil yang sebenarnya. Pergerakannya tak bisa diprediksi, ia cepat, dan bisa memberikan peluang emas buat rekan-rekannya.

Ia sempat membawa Chievo ke Serie A pada 2001. Setahun kemudian, Chievo dibawanya ke peringkat kelima, yang membuat mereka bisa lolos ke Piala UEFA.

Bagusnya permainan Eriberto membuatnya direkrut Lazio pada musim panas 2002. Namun, hati Eriberto tak pernah tenang.

“Setiap pagi, aku terbangun ketakutan kalau aku menemukan polisi di luar rumahku. Aku menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan perasaan takut ketahuan,” ucap Eriberto.

Karena hal ini, Eriberto memutuskan kembali ke Brasil pada 21 Agustus 2002. Ia langsung mendatangi kantor polisi di Sao Paulo. Beberapa jam kemudian, ia berjalan keluar dengan nama yang berbeda; nama aslinya: Luciano.

Luciano menjelaskan kalau ia memalsukan identitasnya pada usia 19 tahun oleh seorang agen bernama Moreno. Agen tersebut menyaksikannya bermain di tim amatir lalu melihat potensinya. Moreno kemudian menjanjikannya trial dengan klub besar. Namun, ada satu masalah: ia sudah terlalu tua; Hampir 20 tahun. Banyak klub yang akan menolaknya sebagai pemain berbakat.

Luciano menerima tawaran agen tersebut. Ia sudah tak punya apa-apa. Ia hanya yatim piatu yang tinggal di perkampungan kumuh.

Untuk memuluskan langkahnya, Luciano meyakinkan tetangganya yang berusia 16 tahun, untuk meminjaminya akta kelahiran dan membiarkannya menggunakan identitasnya. Rencana licik Moreno pun berhasil.

“Aku seorang yatim piatu dan aku membutuhkannya untuk mendapatkan kesempatan demi mewujudkan mimpiku menjadi pesepakbola profesional. Aku membuat kesalahan.”

Luciano yang sudah berganti nama menjadi Eriberto kemudian bergabung dengan tim muda Palmeiras. Ia naik ke tim utama beberapa tahun kemudian, sampai akhirnya dipantau pemandu bakat dari Bologna.

Pada 1998, ia resmi menjadi pemain Bologna dan mencatatkan debutnya di Serie A pada 12 September 1998. Ia menggantikan Giancarlo Marocchi pada menit ke-82 dalam kekalahan 0-3 atas AC Milan. Akan tetapi, kariernya di Bologna tidak sukses. Ia lebih dikenal sebagai pribadi yang menyusahkan. Sepanjang dua musim, Eriberto cuma main di 33 pertandingan.

Dua tahun kemudian ia bergabung dengan Chievo awalnya sebagai pemain pinjaman. Di Serie B, ia main bagus bersama Christian Menfredini di lini serang dan mendapatkan julukan “Black Arrows”.

Pengakuan Luciano ini membuat media Brasil dan Italia menggali lebih dalam. Mereka bilang kalau Luciano diperas oleh sindikat kejahatan terorganisir yang mengetahui pengetahuan itu.

Rumor lainnya bilang kalau Eriberto yang asli mengancam akan mengangkat kasus ini dan menuntut Luciano. Namun, Luciano menepis gosip ini. Ia mengklaim kalau yang terjadi sebenarnya jauh lebih kotor.

Apa yang mendorongnya untuk mengaku adalah bahwa ia tak bisa memberi anaknya yang berusia dua tahun, Gabriel, nama belakangnya. Selain itu, Luciano juga memberikan Eriberto yang asli uang dengan jumlah yang cukup banyak agar tutup mulut.

FIFA dan Federasi Sepakbola Italia, FIGC, langsung menangguhkannya. Pun dengan transfernya ke Lazio. Soalnya, FIGC merasa tak punya pemain bernama “Luciano”. FIGC juga berpikir untuk mengajukan tuntutan pidana.

Akan tetapi, ketika berita dari media mereda, FIGC mulai melunak. Larangan selama tujuh bulan, dikurangi menjadi empat bulan. Tuduhan pidana juga dibatalkan selurunya.

Luciano kembali bisa bermain pada akhir Januari bersama tim lamanya, Chievo. Luciano harus berjuang untuk mendapatkan tempat di tim utama. Dan setelah berhasil mencetak gol pertamanya, ia mulai bisa mengatasi krisis identitasnya tersebut.

Sebenarnya Luciano main bagus. Bahkan, Inter dan AS Roma dikabarkan siap mendatangkannya. Namun, Luciano merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya. Apalagi, dengan identitas lamanya, Luciano mungkin tak akan direkrut oleh Chievo karena ia empat tahun lebih tua. Hingga akhirnya, Luciano bertahan di Chievo 13 tahun lamanya.

“Aku membuat kesalahan, aku mengakuinya. Aku harus menyampaikan kebenaran. Aku tak bisa seperti ini. Sekarang aku merasa lebih baik. Istriku, Raquel, telah meyakinkanku untuk mengambil langkah ini. Dan aku ingin melakukannya juga untuk anakku, Felipe,” kata Luciano saat itu.

Sumber: When Saturday Comes