Lyon dan Kenangan Buruk Satu Dekade Lalu

Lyon, mencoba menghapus kegagalan sepuluh tahun lalu (Foto: france24.com)

Selain RB Leipzig, Lyon menjadi kejutan lainnya dalam kompetisi Liga Champions musim 2019/2020. Secara mengejutkan, mereka menyingkirkan Manchester City dengan skor 3-1. Dini hari nanti, mereka akan mencoba menghadang laju Bayern Munich demi mempertahankan eksistensi Kuda Hitam setelah tumbangnya RB Leipzig semalam.

Lolosnya Lyon ke semifinal menjadi pencapaian terbaik mereka di musim yang penuh gejolak seperti ini. Mereka sempat diterpa kesulitan pada awal-awal musim yang mengakibatkan Sylvinho, pelatih mereka saat itu dipecat. Saat mereka masih punya peluang untuk masuk zona Liga Europa, pandemi virus COVID-19 membuat otoritas Liga Prancis harus menghentikan League 1 musim ini dan Lyon hanya bisa berada di posisi tujuh yang otomatis membuat mereka tidak akan berlaga di Eropa musim depan.

Mereka juga mengalami kekalahan yang menyakitkan di piala domestik. Pada Piala Prancis, mereka dibantai 5-1 oleh PSG. Lawan yang sama juga mengalahkan mereka melalui adu penalti pada final Piala Liga Prancis. Aroma balas dendam jelas hadir dalam kubu Lyon mengingat PSG akan menjadi lawan mereka di final. Namun sebelum itu, mereka jelas harus mengalahkan Bayern Munich terlebih dahulu. Tim yang mengalahkan Barcelona dengan skor 8-2.

“Kami tahu akan melawan siapa. Kami menyingkirkan Juventus, calon juara Liga Champions. Begitu juga dengan Manchester City. Bayern jelas sama kuatnya dengan mereka. Namun, kami masih berharap bisa melewati babak lain dan itulah yang akan kami persiapkan pada pertandingan nanti,” kata Rudi Garcia, pelatih mereka setelah Sylvinho.

Lyon punya sekali kesempatan untuk bisa mendapatkan momen besar tersebut. Pada musim kompetisi 2009/2010, Les Gones tampil cukup solid pada Liga Champions dan melangkah hingga semifinal. Sayangnya, langkah mereka digagalkan Bayern Munich, lawan mereka pada semifinal kali ini dalam pertandingan dua leg.

Perjalanan Lyon saat itu cukup baik. Pada fase grup, mereka tertinggal dua angka saja dari Fiorentina yang menjadi juara grup. Lyon finis di atas Liverpool yang sebenarnya dijagokan untuk menguasai grup E. Mereka bahkan menang dramatis 2-1 di Anfield berkat gol Cesar Delgado pada menit-menit terakhir pertandingan.

Real Madrid menjadi korban pertama skuad yang kala itu diasuh Claude Puel tersebut pada babak 16 besar. Menang 1-0 di Gerland, mereka berhasil menahan imbang Los Galacticos yang baru saja memiliki Cristiano Ronaldo dengan skor 1-1.

Pada babak perempat final, duel sesama tim Prancis mempertemukan Lyon dengan Girondis Bordeaux. Leg pertama di kandang Lyon berakhir dengan skor 3-1 milik tuan rumah. Kekalahan tipis 1-0 tidak menghentikan langkah mereka ke semifinal. Kesuksesan  mengalahkan Bordeaux terasa sangat manis mengingat Bordeaux adalah kesebelasan yang menggagalkan ambisi mereka untuk menjadi juara Liga Pancis kedelapan kalinya secara beruntun.

Sayangnya, langkah mereka harus terhenti pada babak semifinal. Dua kali berhadapan dengan Bayern Munich, Lyon selalu pulang dengan membawa kekalahan. Padahal, leg pertama berakhir baik karena mereka hanya kalah tipis 1-0 melalui gol Arjen Robben. Sayangnya, tiga gol Ivica Olic di kandang mereka membuat ambisi ke final kandas.

“Saya tidak bisa mencari-cari alasan karena kami sebenarnya punya beberapa peluang. Sayangnya, kami tidak bisa mencetak gol tandang yang nilainya sangat krusial. Saya lebih suka kalah dengan membawa gol tandang,” kata Claude Puel mengomentari tersingkirnya tim asuhannya pada saat itu.

Kekalahan 0-3 pada saat itu menjadi kekalahan pertama Lyon di kandang sejak 11 Desember 2008. Pada tujuh laga sebelumnya, Lyon dikenal cukup garang ketika bermain di kandang sendiri pada ajang Eropa. Yang menarik, kekalahan terakhir Lyon di kandang sebelum 2010 tersebut juga didapat ketika bertemu dengan Bayern Munich. Saat itu, Lyon kalah 3-2.

Sama seperti saat ini, skuad Lyon saat itu diisi dengan campuran pemain matang dan pemain muda yang kemudian menjadi salah satu pemain hebat di kompetisi Eropa. Sebut saja Hugo Lloris dan Miralem Pjanic. Saat Lyon melangkah ke semifinal, usia keduanya baru 23 dan 20 tahun. Namun keduanya saat itu sudah menjalani banyak pertandingan bersama Los Gones.

Kenangan buruk satu dekade lalu sudah pasti akan menghantui Lyon dini hari nanti. Pasalnya, Bayern Munich sendiri sudah mengalami banyak perkembangan. Kemenangan telak atas Chelsea dan Barcelona menunjukkan kalau mereka adalah kandidat kuat untuk menjadi juara. Namun Lyon jelas akan belajar dari pengalaman pahit tersebut untuk setidaknya membuat Bayern tidak bisa meraih kemenangan dengan nyaman.

“Ketika Anda berada di empat besar, kami bisa mengatakan kalau kami memang pantas berada di sana. Jika kami nantinya bisa mencapai final, maka itu juga karena kami pantas mendapatkannya,” begitu kata eks pelatih Roma tersebut menambahkan.

Menarik untuk menantikan kiprah Lyon pada pertandingan nanti. Apalagi, satu-satunya cara untuk bermain di kompetisi Eropa musim depan adalah dengan meraih trofi Liga Champions. Rudi Garcia akan berusaha untuk melawan kenangan buruk tersebut agar tidak kembali terulang untuk kedua kalinya.