Bagaimana “Magic” Membantu LAFC Melengserkan Dominasi LA Galaxy

Foto: Twitter LAFC

Membicarakan sepakbola di Los Angeles merupakan sesuatu yang sulit. Sekalipun David Beckham dan Zlatan Ibrahimovic datang membela LA Galaxy, kota tersebut sudah dikuasai oleh Lakers. Berbagai tim olahraga memiliki markas di Los Angeles, namun ungu dan emas selalu menjadi warna kebanggan mereka.

Bukan Dodgers, Clippers, Rams, Kings, UCLA, apalagi Galaxy. Los Angeles adalah milik Lakers. Mulai dari era Jerry West yang diabadikan jadi logo National Basketball Association (NBA) hingga Kobe Bryant dan LeBron James, Lakers selalu menjadi yang utama.

Ketika Galaxy mendatangkan Beckham di musim dingin 2007, mereka memang sempat menjadi kesebelasan Major League Soccer (MLS) dengan jumlah pengunjung terbanyak. Dengan rata-rata 24.252 pengunjung, Galaxy mencatat rekor penonton di Home Depot Center. Sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan di kandang sebelumnya, Titan Stadium.

Tetapi dominasi Galaxy di MLS hanya bertahan dua musim. Pada 2009, Seattle Sounders berhasil melakukan kudeta dan menjadi kesebelasan yang paling banyak menarik penonton di MLS.

Jarak stadion yang jauh dari pusat kota membuat Galaxy kesulitan menarik massa Los Angeles. Apalagi tim olahraga lain di Los Angeles memiliki markas di dekat pusat kota.

Sebagai perbandingan, untuk mengelilingi Stamples Center (kandang Lakers), Dodgers Stadium, dan Memorial Coliseum (stadion LA Rams), penduduk pusat kota Los Angeles hanya perlu menempuh jarak 17 kilometer. Sementara untuk mengunjungi kandang LA Galaxy mereka harus pergi sejauh 30 kilometer.

Sejak 2018, status LA Galaxy sebagai kesebelasan sepakbola utama di Los Angeles kian dipertanyakan. Sebuah kesebelasan baru bernama Los Angeles Football Club (LAFC) mulai ikut mewarnai MLS dengan berkandang di Banc of California, 5 kilometer dari pusat kota.

LAFC memang sudah mengincar area pusat kota sejak memenangkan ekspansi MLS. “Kami bukan tim dari pinggiran kota. Kami tidak berdiri di pinggir pantai. LAFC merupakan fondasi dan meriam Los Angeles. Kami adalah pusat kota,” ungkap presiden klub, Tom Penn.

‘Berdiri di pinggir pantai’ merupakan sebuah sindiran Penn untuk Galaxy yang lebih dekat ke Pantai Redondo dibandingkan pusat kota. Hal serupa juga jadi senjata ultras LAFC ketika ditanya kesebelasan mana yang menguasai Los Angeles.

“Mereka bukan LA Galaxy. Kami menyebutnya Carson Galaxy karena mereka memang tidak berdiri di Los Angeles,” kata salah satu anggota District 9, Gabriel Velasco.

Penguasa Los Angeles

Keberhasilan LAFC membangun markas di pusat kota Los Angeles tidak lepas dari peran para pemilik mereka. Disokong oleh selebriti Will Ferrell, legenda sepakbola Amerika Serikat, Mia Hamm, dan juga pemilik Cardiff City, Vincent Tan, kekuatan di balik layar LAFC memang sangatlah kuat.

Dari deretan pemilik populer LAFC, satu nama menjadi daya tarik tersendiri di Los Angeles. Ia adalah Earvin “Magic” Johnson. Mantan pengatur serangan dari tim impian bola basket Amerika Serikat itu merupakan legenda Los Angeles Lakers. Ia memberi lima gelar juara untuk Lakers di tahun 80-an, dan menjadi alasan utama dibalik kebesaran warna unggu dan emas di Los Angeles.

Foto: USA Today

Setelah gantung sepatu, Magic tidak berhenti memberikan dukungannya kepada Lakers. Pada Februari 2017 dirinya bahkan ditunjuk sebagai presiden Lakers. Ia menyanggupi pos tersebut sekalipun sudah memiliki status sebagai pemilik LAFC, Dodgers. dan Sparks (tim basket perempuan dari Los Angeles).

Sekalipun pemilik LA Galaxy Philip Anschutz memiliki saham di Lakers, pengaruhnya tidak bisa mengalahkan Magic Johnson. Beda dengan Anschutz, Magic tak hanya memiliki saham di Lakers, dia juga merupakan legenda di sana. Wajar Magic lebih populer dibanding Philip Anschutz.

Rebut LeBron dari Zlatan

Persaingan antara LAFC dan Galaxy bukan hanya prestasi dan kekuasaan daerah, tapi juga soal penghuni di tribun. Satu negara bagian dengan Hollywood, Los Angeles adalah rumah bagi selebriti dunia. Bahkan sebelum Will Ferrell menjadi salah satu pemilik LAFC, dia dan Britney Spears disebut sebagai pendukung Galaxy.

Secara terbuka Ferrell mengakui pengaruh Galaxy dalam keputusannya menjadi pemilik LAFC. “LA Galaxy telah berbuat banyak untuk perkembangan sepakbola di MLS, terutama di area California Selatan,” kata Ferrell.

Mereka seperti memudahkan kami [LAFC] untuk membangun kesebelasan baru. Saya yakin LAFC bisa menyaingi Galaxy dalam perebutan suara suporter Los Angeles,” aku aktor yang dikenal lewat film ‘Elf’ dan ‘Anchorman’ tersebut.

Hingga 2019, sepakbola bukanlah olahraga utama di Amerika Serikat. Mereka masih kalah populer dari american football, bisbol, ataupun basket. Sekalipun MLS sudah berkembang pesat, sepakbola masih tergolong baru untuk publik Amerika Serikat.

“Kita masih baru di dunia sepakbola. Apabila dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, mereka dari lahir sudah diberi pengetahuan sepakbola, kesebelasan apa yang harus didukung, itu adalah warisan. Hal itu tak terjadi di sini,” jelas mantan gelandang Amerika Serikat, Maurice Edu.

“Amerika Serikat sedang dalam proses untuk menjadi seperti itu, membangun kultur, dan MLS sudah cukup baik sejauh ini,” lanjutnya.

Salah satu cara untuk menyebarkan sepakbola ke publik adalah lewat orang-orang yang mereka idolai. Oleh karena itulah dukungan figur publik seperti Ferrell menjadi penting. Apalagi atlet dari olahraga yang lebih populer seperti Magic Johnson.

https://www.instagram.com/p/BFKa-kyr4Tu/?utm_source=ig_embed

Larry Nance Jr adalah satu atlet basket yang menjadi pendukung Galaxy. Sayangnya ia pergi meninggalkan Lakers pada 2018 karena ditukar dengan pemain Cleveland Cavaliers Isaiah Thomas dan Channing Frye.

Lakers juga mendatangkan bintang baru setelah hampir dua tahun ditinggal Kobe Bryant yang pensiun. “King” LeBron James didaratkan Magic Johnson ke Staples Center pada 28 Juni 2018. LeBron yang memiliki saham di Liverpool tidak asing dengan sepakbola dan ia pun diajak Ibrahimovic untuk mendukung Galaxy.

“Saya cukup hebat melakukan olahraga apapun yang menggunakan bola. Jika LeBron butuh bantuan, saya siap. Kami berdua merupakan atlet yang bertubuh besar tapi bisa bergerak seperti ninja,” puji mantan penyerang Inter Milan tersebut. Sayangya, LeBron lebih memilih jejak Magic dan mendukung LAFC.

https://www.instagram.com/p/BmyQ_wonLyX/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=embed_loading_state_control

Prestasi Menunggu LAFC

Ketika Magic Johnson membeli LA Dodgers pada 2012, ia mengatakan bahwa dirinya ingin merasakan kembali masa-masa emas bisbol di Los Angeles. “Saat pertama datang ke Los Angeles dari Michigan (1979), saya tahu Dodgers adalah tim besar. Kami akan berusaha untuk membawa masa-masa itu kembali,” janjinya.

Tak perlu waktu lama, janji tersebut berhasil direalisasikan. Pada 2013, Dodgers kembali menjadi juara wilayah barat setelah empat tahun tidak merasakan gelar tersebut. Lima tahun berlalu, mereka selalu berhasil mempertahankan status sebagai tim bisbol terbaik di wilayah barat. Mereka bahkan menggeser Lakers sebagai tim olahraga paling populer di Los Angeles pada 2017.

Bersama Magic, Dodgers berhasil mengembalikan kebanggan publik Los Angeles terhadap bisbol. Saat penonton Major League Baseball (MLB) mulai menurun, Dodgers sukses untuk memiliki rata-rata 45.000 pengunjung setiap musimnya.

Hal serupa juga ingin dilakukan Magic kepada LAFC. Musim perdana mereka di MLS telah memberi modal positif. Banc of California yang memiliki kapasitas sekitar 22.000 orang selalu dipenuhi suporter. Kini tinggal masalah prestasi.

“Sama seperti bagaimana kami mengubah Lakers menjadi tim juara, hal itu akan dirasakan juga oleh LAFC suatu hari nanti,” janjinya. Melihat rekam jejak Magic bersama Lakers dan Dodgers, LAFC memang sepertinya hanya tinggal sabar menunggu giliran saja untuk mendapatkan piala.