Manchester City dan Memori 8 Gol

Foto: Dream Team FC

Manchester City mengamuk. Setelah tumbang di tangan Norwich City dengan skor 2-3 pada pekan kelima Premier League, anak-anak asuh Pep Guardiola membantai Watford delapan gol tanpa balas. Amarah yang mereka luapkan kepada the Hornets mencatatkan kemenangan terbesar dalam sejarah Manchester City di divisi tertinggi Inggris. Setidaknya hingga 21 September 2019. Tapi sekitar 10 tahun yang lalu, the Citizens pernah merasakan hal serupa, di sisi berbeda.

Tepatnya 11 Mei 2008, Manchester City bertamu ke kandang Middlesbrough, Riverside. Mereka datang dengan rekor dua kekalahan beruntun dari Fulham (2-3) dan Liverpool (0-1). Menempati posisi sembilan klasemen sementara Premier League 2007/2008. Meski ada di papan tengah, dengan sokongan politikus Thailand, Thaksin Sinawatra, musim ini dapat disebut jadi awalan Manchester City yang dikenal sebagai raksasa Liga Inggris.

Sven-Goran Eriksson yang dipercaya menangani tim Manchester Biru bisa menghabiskan 70 juta Pauns di bursa transfer. Rekor pengeluaran klub untuk berbelanja pemain, lebih dari musim 2002/2003 ketika mereka mengeluarkan 40 juta Pauns untuk Nicolas Anelka, Robbie Fowler,  Sylvain Distin, Marc-Vivian Foe, dan Peter Schmeichel.

Eriksson menggunakan uang yang didapatnya untuk mendatangkan Elano, Martin Petrov, Vedran Corluka, Valeri Bojinov, Rolando Bianchi, Javier Garrido, Benjani, Felipe Caicedo, Gelson Fernandes, Geovanni, dan Nery Castillo. Entah apa alasannya begitu banyak penyerang yang datang. Setidaknya, jumlah gol the Citizens memang meningkat. Dari 29 gol di 2006/2007, jadi 45. Namun, dari 45 gol itu, hanya satu yang berhasil mereka cetak di Riverside.

Pertandingan terakhir di Premier League 2007/2008 sudah tidak berarti apa-apa. Tuan rumah sudah cukup aman degradasi. Sementara Manchester City bersiap menatap Eropa. Laga yang seharusnya bisa ‘dibuang’ ternyata menciptakan rekor. Middlesbrough asuhan Gareth Southgate melumat Manchester City 8-1, menjadi kemenangan kandang terbesar di Premier League musim itu. Sejauh ini juga menjadi kemenangan terbesar Middlesbrough di Premier League.

Memang Dibuang Oleh Manchester City

FOTO: FootballFanCast

Pundi-pundi gol Middlesbrough dicetak oleh lima pemain yang berbeda: Stewart Downing, Afonso Alves, Fabio Rochemback, Adam Johnson, dan Jeremie Aliadiere. Alves yang dikenal sebagai pembelian gagal Boro bahkan mencetak hat-trick ke gawang Manchester City kawalan Andreas Issakson. Sementara the Citizens hanya bisa membalas lewat Elano di menit ke-87.

Manchester City memang bermain dengan 10 orang sejak menit ke-15 setelah Richard Dunne diusir dari lapangan. Tapi hasil akhir 8-1 tetaplah jadi sebuah kejutan. Andai dilihat secara kasat mata. Setelah satu dekade, Eriksson angkat bicara soal memori buruknya di Riverside.

“Sebelum pertandingan, saya ingat kata-kata Richard Dunne: ‘Kami sebenarnya tak ingin main. Tapi kita harus profesional dan tetap menjalankannya’. Setelah itu Dunne mendapat kartu merah di awal pertandingan. Laga itu adalah bencana,” aku Eriksson.

“Memang kenyataannya, tidak ada yang mau bermain,” katanya. “Sebelum pertandingan itupun saya sudah dipastikan pergi dari Manchester City. Pemilik klub tak ingin berbicara dengan saya,” jelas nakhoda asal Swedia tersebut.

Sikap para pemain bukan hanya mendukung status Eriksson sebagai manajer klub. Mereka juga seperti mendukung protes yang dilancarkan para suporter pada Shinawatra. Pasalnya, walaupun memberikan banyak uang untuk berbelanja, Shinawatra dianggap tak mengerti sepakbola oleh para pendukung setia Manchester City. Mereka bahkan tetap memberikan dukungan kepada Eriksson di tengah pembantaian.

Mengadopsi nada lagu ‘Another Brick in the Wall’ karya Pink Floyd, suporter Manchester City meminta Shinawatra untuk tak mengganggu Eriksson. “Oy Thaksin, tinggalkan Sven kami sendiri,” teriak mereka bernyanyi. Mereka bahkan menolak Felipe Scolari yang ketika itu disebut-sebut jadi kandidat utama pengganti Eriksson.

Awal Transformasi Manchester Biru

Eriksson mengaku pertandingan melawan Middlesbrough merupakan memori terburuknya sepanjang menjalani karier sebagai manajer. Akan tetapi secara keseluruhan, laga tersebut adalah sebuah berkah yang tersembunyi oleh Manchester City. Setelah musim 2007/2008 berakhir, Shinawatra diajak penasihat terdekatnya, Pairoj Piempongsant, bertemu Sheikh Mansour. Manchester City dijual oleh Shinawatra dan sisanya adalah sejarah.

Butuh waktu lama untuk Eriksson membuka hal ini. Pasalnya, setelah masa depannya jadi abu-abu di Manchester, dirinya tak diberi izin untuk berkomentar di konfrensi pers. “Kami tidak bisa memberikan pernyataan resmi terkait masa depan manajer [Eriksson]. Ia juga diminta untuk tak memberi wawancara atau menjawab pertanyaan dari media. Begitu juga para pemain,” kata  Paul Tyrrell sebagai direktur komunikasi klub saat itu.

Memori akan kekalahan 1-8 dari Middlesbrough kini sudah bisa diterima dengan lapang dada oleh pihak Manchester City. Mereka bahkan sempat menjadikannya lelucon menjelang pertemuan dengan Boro di musim 2016/2017.

Kekalahan itu justru membuat hasil kontra Watford di pekan ke-enam Premier League 2019/2020 semakin spesial. The Citizens merupakan kesebelasan pertama di era Premier League yang pernah mencetak dan juga kebobolan delapan gol pada satu pertandingan. Semua dimulai dari Riverside, Middlesbrough.