Martin Dubravka, Newcastle United, dan Parang yang Mengubah Jalan Hidupnya

Ketika itu malam penutupan bursa transfer musim dingin 2018. Hiruk pikuk Deadline Day di Inggris seperti biasa banyak menyita perhatian, termasuk bagi pendukung Newcastle United. Kepastian mereka untuk merekrut Islam Slimani dari Leicester City membuat pendukung Newcastle seolah tak terlalu peduli dengan hadirnya Martin Dubravka, kiper pinjaman dari Sparta Praha, yang bergabung hanya beberapa menit sebelum bursa transfer resmi ditutup.

Pada musim itu, kepala Rafa Benitez cukup pening untuk mengatasi inkonsistensi penampilan para penjaga gawangnya. Rob Elliott yang dipasang sebagai kiper inti sejak musim 2017/2018 dimulai, tidak cukup membuatnya tenang. Kehadiran Karl Darlow sebagai pelapis belum memenuhi ekspektasi Benitez. Maka pencarian kiper baru dimulai.

Awalnya, Benitez buta mengenai siapa sosok Dubravka. Tim perekrutan Newcastle pun ragu dengan kemampuan kiper timnas Slovakia tersebut. Rupanya, ada andil besar dari Lee Charnley, Managing Director Newcastle dan Steve Nickson, Head of recruitment, dalam proses peminjaman Dubravka.

Awalnya, Benitez ragu dengan kemampuan kiper bertinggi badan 190cm tersebut. Bahkan, Dubravka tak langsung turun usai pindah ke St. James’ Park pada Januari 2018.

Heco, sosok tepat di waktu yang tepat

11 Februari 2018. Dubravka atau Heco-panggilan akrabnya, akan menuliskan catatan karier terbarunya: memulai debut di Premier League melawan Manhester United. Hanya ada 2 pilihan dalam debut semacam ini: menjadi pahlawan atau jadi pecundang yang diolok-olok sepanjang musim.

Dengan nomor pungung “12” nya, Heco memukau seisi St. James’ Park. Kemenangan 1-0 atas Manchester United, plus satu penyelamatan spektakuler di injury time membuatnya berada dalam pilihan pertama. Heco menjadi pahlawan.

Sejak saat itu, Benitez mempercayakan posisi kiper inti kepada Heco.

Bukan hanya kemampuan teknikal saja yang menjadi kelebihan Heco. Sang pelatih, Rafa Benitez langsung memuji bagaimana kepercayaan dirinya di bawah mistar gawang, bahkan pada saat menjaani laga debutnya melawan Manchester United di musim lalu. “Cara dia berkomunikasi adalah sesuatu yang sangat penting bagi tim,” papar Benitez.

Sepakbola adalah sesuatu yang tak terduga

Di usianya yang menginjak 29 tahun saat mulai menanjak bersama Newcastle, karier Heco bisa dibilang terlambat bersinar. Saingan-sainganya di klub Premier League lain, meroket saat usianya masih sangat muda.

Tapi sebenarnya, sepakbola adalah sesuatu yang tidak ia rencanakan. Ia bercerita, bahwa di usia kecil, ia berambisi menjadi atlet hoki es. Salah satu alasannya, ia hendak memilih karier yang berbeda dari ayah dan juga kakeknya yang juga menjadi seorang kiper.

“Saya datang dari keluarga kiper. Ayah saya dulunya seorang kiper, kakek saya juga seorang kiper, tapi mulanya saya ingin bermain di posisi lain. Saya suka bermain dengan menggunakan kaki saya, tapi kemudian sesuatu terjadi, mungkin itu takdir saya,” cerita Heco pada interview eksklusif Telegraph.

Sebagai anak yang dekat dengan lingkungan sepakbola, tak lantas membuat Heco ingin menjadi pesepakbola. Peranan sang nenek lah yang akhirnya membuat ia tertarik dengan sepakbola.

“Orang pertama yang membawa saya ke sepakbola adalah nenek saya. Kami sangat dekat, tetapi saya hiper aktif sebagai seorang anak. Saya kira saya tidak berhenti bicara. Suatu hari aku membuatnya gila, melompat-lompat di apartemennya, melompat dari sofa ke sofa. Saya tidak berpikir dia bisa tahan lagi,” aku Heco.

Kenakalan Heco sewaktu kecil membuat dirinya seperti sekarang. Mimpi Heco untuk menjadi atlet hoki es harus pupus ketika kecelakaan yang membuat kakinya bermasalah dan tidak mungkin menjadi atlet hoki es, maupun pemain sepakbola.

“Saya tidak selalu mendengarkan ketika saya masih muda. Saya mungkin telah masuk hoki es, tetapi ketika saya berusia lima tahun, saya benar-benar melukai diri saya sendiri. Ketika itu ada acara barbekyu keluarga dan saya sedang memotong kayu dengan parang. Orang tua saya mengatakan, hentikan itu, hentikan itu, kamu akan melukai diri sendiri, tapi ….parang itu sudah berada di kaki saya. Orang tua saya sudah memberi tahu saya 100 kali. Itu membuat saya cedera parah dan saya masih memiliki bekas luka besar itu sampai sekarang,” tuturnya.

Petr Cech, idola yang memengaruhi Heco

Idola adalah sesuatu yang bisa menggerakkan seseorang untuk menjadi lebih baik. Begitupun bagi Heco. Sebagai orang yang lahir di Cekoslovakia (yang kemudian menjadi 2 negara terpisah sejak 1993), mengidolakan sosok Petr Cech adalah hal yang lumrah bagi seorang penjaga gawang.

Saat Petr Cech pindah ke Chelsea pada 2004, Heco masih bermain untuk tim akademi Zilina, klub ternama di Slovakia.

Manajer Newcastle tersebut menambahkan, “Dia adalah penjaga gawang yang diinginkan bek manapun, dia seberpengaruh itu (terhadap tim).”

Kemampuan berbahasa Inggris yang baik juga salah satu poin plus bagi pemegang 17 caps Slovakia ini. Sesuatu yang tidk mengherankan, mengingat sang idola, Petr Cech juga memiliki kelebihan serupa, dan Heco tak salah memilh idola.

Kiprah Dubravka bukan tanpa cela

Dari statistik yang dilansir Squawka, Dubravka hanya melakukan tiga kesalahan individual yang mengakibatkan gol sepajang musim 2018/1019. Sebagai pembanding, hanya nama Allison dan Sergio Rico yang juga meraih statistik yang sama. Kiper berbanderol mahal seperti David De Gea dan Jordan Pickford misalnya, melakukan empat kali kesalahan yang berujung gol.

Kegemilangan Dubravka bukan tanpa cela. Sorotan publik terutama pendukung Toon Army timbul setelah kesalahan fatal yang dilakukannya pada laga kontra Wolves pada Februari lalu. Kritik tajam atas Heco adalah ketiga kalinya, sebelumnya  ia mendapat kritik karena kesalahan individualnya saat  Newcastle menghadapi Manchester United (2/1) dan juga Spurs (2/1). Di laga melawan Wolves, Newcastle harus kehilangan 3 poin karena Heco gagal menangkap umpan silang di akhir pertandingan. Rentetan blunder tersebut sempat menggoyahkan mental pemain kelahiran kota Zilina.

Legenda Newcastle, Alan Shearer memuji Dubravka sebagai salah satu pembelian berhasil klub, terlepas dari rangkaian kesalahan yang dibuat kiper inti Newcastle.

“Kemampuan handling nya, sebagian besar adalah luar biasa. Jika dia bisa mengatasi kesalahan yang terjadi dalam beberapa pertandingan terakhir maka bagus tapi pada utamanya saya pikir dia adalah pembelian yang luar biasa, ” ujarnya kepada Sky.

Ia membuktikan berhasil bangkit dari kesalahan yang dibuatnya. Pujian kepada Heco diberikan oleh koran olahraga kenamaan, Marca. Dalam daftar 20th Best Player of Premier League 2018/2019 nama Martin Dubravka masuk kedalamnya, mengungguli nama kiper-kiper ternama seperti Allison, David De Gea, bahkan mengungguli Christian Eriksen, Delle Alli, atau Marcus Rashford.

Dalam statistik yang dirilis situs fbref, Dubravka mencatat  shot on target against yang diterimanya sebanyak 144 dan ia berhasil mencatatkan sebanyak 95 penyelamatan dan 11 clean sheet musim ini bersama Newcastle. Sebagai pembanding, kiper-kiper mahal seperti Kepa Arrizabalaga hanya melakukan  82 saves, dan kiper Liverpool, Allison hanya mencatat 76 saves saja musim ini.

Karena penampilan ciamiknya musim ini, Heco diberitakan diincar klub-klub papan atas Eropa macam Juventus. Tapi agaknya, Heco masih kerasan di Newcastle. Apa yang dibuat olehnya bagi Newcastle adalah berkah di tengah-tengah keterbatasan Newcastle.